Prolog
Tik
.
.
Tik
.
.
.
Tes
.
.
.
.
Irama tetesan terdengar begitu mencekam. Rio yang sedari tadi duduk di sofanya kini kembali sadar dari lamunannya.
"Gila, dah jam sembilan. Aduh, kok Gua lapar banget," keluh Rio.
Lelaki yang berusia 18 tahun dengan tinggi 172 cm, wajahnya pun sebenarnya tampan, tetapi sayang ketampanannya ditutupi oleh aura suramnya, itulah Rio Airlangga Ezra Faresta yang biasanya di panggil Rio.
Kini Rio pergi ke dapurnya mencari makanan. Dia membuka semua lemari dan laci yang berada di dapur. Namun sayang hasilnya nihil, sama sekali tidak ada makanan.
"Aah, apaan nih aish, kebanyakan ngelamun gua. Makanan ajah gak ada, mana lapar lagi."
Tik..Tik..Tik..
"Kok rasanya jadi gak enak gini sih. Ck, keran di WC ini kebanyakan air kah? Dari tadi bunyi melulu."
Kesal akan tetesan air di WC. Rio mengambil sebuah plastik serta karet dan menutup keran air tersebut. Lepas dengan itu, ia kemudian keluar memperhatikan jam dinding yang berdenting dengan dinginnya.
"Hmm, udah jam sepuluh. Beli gak yah."
KrKrunyuuuk ... bunyi perut Rio terdengar hingga Rio pun tanpa pikir panjang pergi untuk membeli makanan. Jarak rumah Rio ke mini market tidak terlalu jauh, hanya sekitar 150 meter, sehingga Rio biasanya pergi ke mini market dengan berjalan atau berlari kecil.
"Yah lumayan juga. Sekali-kali olahraga malam," ucap Rio.
***
Entah berapa menit Rio telah berlari di jalan raya yang sepi. Hanya hentakan sepatunya lah yang terdengar di telinga jika ia tak mengenakan headset.
Berlari kecil, terus berlari kecil dengan tatapan kosong. Tudung hoodie dikenakan di atas kepala, sedangkan kedua tangan menghangatkan diri di dalam saku hoodienya. Ia sungguh layak disebut orang yang mencurigakan di jalan sepi itu.
Tap .... tap ... tap-tap-tap.
Buagh
Bunyi tabrakan dua buah benda yaitu antara tiang listrik dan Rio terdengar cukup keras.
"Aduuh. Aakh, kayaknya gua ngelamun lagi. Sial," keluh Rio sambil mengelus dahinya yang perlahan mulai benjol seperti bola pingpong.
"Lho, jalannya. Aish kelewatan ini. Jauh banget gua lari," ucap Rio yang kemudian berbalik ke jalan sebelumnya.
"Tuh kan bener. Cih, dah kebangetan nih gua ngelamun ... Dah jam berapa yah, sepi banget."
Rio membuka handphone android-nya dan seketika Rio terkejut. Yang mana ponsel pintar tersebut sudah terbuka padahal ponsel miliknya itu memakai pola dan Rio sama sekali tak ingat apakah ia yang tadi mengotak ngatiknya.
Namun yang lebih mengejutkan, ialah gambar yang baru saja dia lihat di dalam ponselnya. Gambar itu ialah tulisan 'save me' yang berwarna merah darah dengan suasana di gambar tersebut yang begitu gelap.
Rio mengambil nafas dan memejamkan mata, ia berusaha untuk menenangkan pikiran buruknya.
"Sudahlah, ini pasti cuma kebetulan saja," Kata Rio sebelum masuk ke mini market yang ada tepat di hadapannya tadi.
.
.
.
Seorang lelaki yang tampak lebih tua dari Rio tengah memperhatikan Rio yang juga sama-sama berada di dalam mini market.
Terus berjalan lelaki itu juga berjalan di belakang Rio seperti seorang penguntit. Hingga akhirnya Rio akan keluar dari mini market dengan membawa beberapa makanannya, sebagian dari makanan itu berbentuk cemilan yang seiring masuk ke dalam mulut Rio.
"Oe, oooeee. Hei kamu, tunggu sebentar!" Teriak lelaki itu sebelum Rio beranjak pergi meninggalkan mini market.
Rio menghentikan langkahnya dan berbalik menoleh lelaki itu.
"Ada apa Pe - ngun - tit? gua tahu dari tadi kamu lihat gua terus," ucap Rio kasar.
"A..ah maaf ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," ucap lelaki itu.
"Oh begitu. Ehm tapi kamu, kenapa mengikuti gua seperti penguntit pas gua masuk ke sini. Kamu tau gak, kamu keliatan mencurigakan sekali," kata Rio sedikit berhati-hati mengingat kejadian tadi sebelum masuk ke mini market.
"Itu ... Ehm mphhaha" lelaki itu tertawa kecil ketika dia baru melihat sedikit ke wajah Rio.
"Hei, kenapa kamu tertawa begitu?"
"Maaf maaf, aku baru sadar ada biji rambutan yang besar di kepalamu yah,"
Mendengar jawaban dari lelaki itu, Rio tersadar dan tampak malu-malu menutup benjolan di kepalanya.
"Hei, ayo keluar. Kita bicarakan ini di luar," ajak Rio.
"Baiklah."
Mereka berjalan keluar dari mini market.
"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan," tanya Rio
"Yah sebelum aku nanya, bagaimana kalau kita kenalan dulu," usul lelaki itu
"Cih, baiklah. Gua Rio Airlangga Ezra Faresta panggil ajah Rio."
"Aku, Indra Kevin Pradipa. Aku lebih suka kalau dipanggil Kevin ... Kayaknya kamu gak mau lama-lama yah. Bagaimana kalau besok saja kita ketemu di taman kota," kata Kevin karena melihat Rio yang tampak begitu gelisah.
Rio melihat jam di hp-nya
"Buset dah, kok dah jam 12. Benar katamu gua gak bisa lama-lama kakak gua kayaknya dah pulang!" Seru Rio sembari berlari meninggalkan Kevin.
"Oh iya. Hal yang ingin kubicarakan itu tentang 'Save me'! " teriak Kevin itu sebelum Rio bertambah jauh dari hadapannya.
"Buseet, harus cepat-cepat nih!"
Tampaknya Rio tidak terlalu mendengar apa yang dikatakan Kevin. Dia hanya terus berlari agar cepat sampai ke rumah.
***
Di pertengahan jalan Rio sudah tampak begitu keletihan. Dia mengingat-ingat kembali apa yang di katakan Kevin, lelaki yang tadi mengobrol dengan Rio. Namun tetap saja Rio tidak dapat mengingatnya karena dia tadi terlalu terburu-buru pergi.
"Apa yah tadi, ah sudahlah. Mending kakak ku saja yang ku suruh ke sana besok."
Sembari memelankan langkah lari ke langkah jalan, Rio kemudian meng-chat kakaknya yang mungkin saja sudah sampai di rumah. Soal kunci rumah, kakaknya juga memegang satu begitu pun dengan Rio.
Orang tua Rio sudah lama tidak ada. Rio sama sekali tak pernah mengingat siapa orang tuanya, yang Rio ingat hanyalah tinggal bersama kakaknya saja dari kecil.
(Hari ini)
Rio Airlangga
Maaf kak. aku lagi keluar beli makanan, Soalnya gak ada apa-apa di rumah. Lagian aku lapar banget kak.
00.00
Kakak
Begitukah. Coba tadi kamu tunggu aku, kakak bawa banyak makanan nah.
00.00
Wuish, untung kakak ku online batin Rio yang tampak lega
Rio Airlangga
Lagian dah lapar banget loh kak. Dah gak tahan, kakak sih kelamaan.
00.01
Kakak
Iya iya. Sorry kelamaan, cepat pulang yah, dah lewat jam 12 nah
00.01
Rio Airlangga
Iya kak
00.01
Rio Airlangga
Oh iya kak, aku besok ada ketemuan sama teman. Kakak bisa gak gantiin aku ke taman kota. Lagian besok juga hari Minggu kan. Kakak juga gak punya kerjaan kan.
00.01
Kakak
dasar kamu itu ya. Iya dah iya. Aku nolak kamu juga pasti tetap maksa.
00.01
Rio Airlangga
Kakak emang yang ter-best dah.
00.02
Rio menutup chat wa-nya kemudian menyalakan senter ponsel dan berjalan lagi.
"Dinginnya. Buangke, gelap banget sih. Rasanya malah jadi merinding gini gua," ucap Rio sambil melihat sekelilingnya yang begitu gelap.
Memang jalanan ke rumah Rio itu tidak ada lampu jalanannya, sehingga kalau malam jalanan ke rumahnya itu sepi banget, jarang-jarang ada kendaraan yang lewat di jalanan sini.
"Hualah, kok rasanya jauh banget sih rumah gua."
Rio semakin mempercepat langkah jalannya.
Srek...srek
Rio mendengar suara di balik semak-semak tepat di samping ia berdiri. Rio kemudian menyenter semak-semak itu dan terlihat sebuah pohon yang cukup besar yang juga berada di dekat semak-semak. Pohon itu menambah kengerian Rio, tetapi Rio malah bertambah penasaran.
Rio mendekati semak-semak itu, dan seketika muncul sosok hitam melompat dengan matanya yang begitu terang menyenter kuning hingga membuat Rio kaget dan ikut melompat juga. Tak sadar lompatan Rio sampai di tengah jalan terkapar duduk.
Brrmmmnnngg.....
Suara truk besar terdengar melaju dengan kencang. Rio yang masih kaget, tidak bergerak dari tempatnya. Mobil itu semakin mendekat dengan lajunya. Rio kemudian tersadar kembali yang kemudian melihat sosok hitam tadi itu ternyata hanyalah seekor kucing hitam belaka.
Rio segera bangkit kembali berdiri ingin meloncat sejauh-jauhnya. Namun sayang, mobil itu ternyata tidak menurunkan kecepatannya.
Dan
Prakk .... blecakkk
Truk itu menabrak Rio. Tubuh Rio habis dimakan ban mobil yang besar itu akibat Rio menghindar dan tepat berhadapan dengan ban mobil yang besarnya seukuran dengan orang dewasa yang berdiri.
Nyawa Rio seketika hilang dicabut olah malaikat maut dengan cepatnya. Tubuh Rio kini penyet di jalanan itu dengan bersimbah darah kental yang muncrat ke mana-mana.
Tangan dan kaki Rio juga terpisah melayang, daging tubuhnya benar-benar habis. Daging yang ada hanyalah tangan dan kakinya yang terpisah itu. Selain itu semuanya habis dilumuri darah dan daging penyet. Bahkan sisanya hanyalah tulang hancur dan kulit yang hampir menyatu dengan aspal.
Anehnya truk yang menabrak Rio tetap melaju dengan kecepatan sama, tidak ada yang tahu apakah supir yang mengendarai truk itu tidak melihat bahkan merasakannya ataukah supir tersebut tengah dalam keadaan letih (ngantuk) dan mabuk sehingga tak menyadarinya.
Yang jelas, truk tersebut adalah truk yang hina. Kita mengetahui, sepi bukan berarti tak ada yang melintas.
•
•
•
•
•
•
•
O O
'
° °
//\/\/\/\/\/\/\/\/\\
[ 0 ]
//\/\/\/\/\/\/\/\/\\
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro