Ilusi
Rate : T
Genre : Drama, Angst
Ilusi
Ansatsu Kyoushitsu @ Yuusei Matsui
Joker Game @ Yanagi Koji
Story by Nijimura Ran
Sumary
Baginya, kehidupan yang tentram hanya ada dalam angan-angannya saja. Seperti ilusi yang tak berujung.
Cast
Akabane Karma
Jitsui
Happy reading...
.
.
.
.
.
Matanya tak lepas dari buku yang ada di pangkuannya, menikmati kata demi kata yang bertengger manis disana.
Jarum jam yang berdetik seakan menjadi pengiring musiknya.
Sesekali dahinya berkerut menandakan ada bagian yang kurang disukai dirinya.
Ataupun bagian yang kurang ia pahami.
Tapi mengingat ia adalah seorang penikmat buku.
Tak mengherankan jika ia begitu tekun dan sabar ketika orang lain akan mengabaikan buku.
Ia malah tertarik dengan benda kecil itu. Malah ia seperti membuat dunianya sendiri.
Puk!
Tepukan di bahu membuat arah pandangnya beralih, Jitsui tersenyum samar ketika mengetahui siapa dalangnya.
Tangan Jitsui meraih kain halus dan ia meletakannya di halaman yang ia tinggal tadi. Sebagai pembatas.
"Ada hal sesuatu yang mengganjal?" Tanya Jitsui kalem. Ia melihat tatapan itu lagi, entah kenapa ada sedikit di bagian hatinya yang merasa tercubit.
Jitsui mengernyit meski samar.
'Aku tak punya hati' batin Jitsui miris.
"Tidak, aku hanya tak habis pikir. Kenapa kau betah sekali mengurung dirimu di tempat seperti ini, duduk sendirian ditemani dengan bertumpuk-tumpuk buku menyebalkan itu." Jawab Karma tenang.
Tembaga menatap serius pada Onix sekelam malam.
"Kenapa Akabane-san bisa menyimpulkan seperti itu?" Tanya Jitsui heran.
"Maksudmu?"
"Akabane-san menyebut buku sebagai sesuatu yang menyebalkan." Jitsui mengambil jeda sesaat.
Jitsui membuka mulutnya namun tak ada suara yang keluar dari sana. Ia mengatupkan rahangnya kembali.
"Apa sebenarnya tujuanmu datang kemari Akabane-san?" Ia melanjutkan dengan raut tak terbaca.
Seringai Karma hadir, lawan bicaranya memang peka dalam hal apapun. Jangan diragukan lagi, seorang mata-mata yang handal seperti Jitsui memang berbeda dari siapapun.
Diseberang Jitsui masih menunggu jawaban darinya.
"Ku rasa aku tidak harus mempunyai tujuan apapun untuk mengunjungi teman lama-ku." Jawab Karma kalem, sedemikian rupa ia memasang senyum di bibirnya.
Meski Karma tahu itu takkan berhasil mengelabuhi lawan bicaranya.
Ekspresi Jitsui tak berubah, masih tenang seperti air lautan yang tak berombak.
"Aku rasa.. bukan itu yang ingin kau sampaikan." Ujar Jitsui sambil melempar pandangan keluar jendela.
Senyum miris terulas, namun secepat kilat sembunyi di hati.
"Kau selalu peka seperti biasa. Well, aku hanya ingin memberitahu sesuatu padamu." Ujar Karma serius.
Jitsui menatap Karma tepat di manik matanya.
"Aku akan pergi..."
"Meraih apa yang seharusnya aku raih sedari dulu."
"Menjadi birokrat adalah impianku sedari dulu. Mungkin aku tak harus bermain lagi seperti kemarin."
"Apapun keputusanmu Akabane-san. Aku akan tetap mendukungmu." Lidah dan hati Jitsui saling bertolak.
"Ku pikir kau akan menahan kepergian ku, nyatanya tidak." Hela nafas terdengar frustasi.
Jitsui diam-diam melukis senyum.
"Aku memang tidak menahan kepergianmu." Ujar Jitsui polos.
"Tapi berjanjilah, kau akan pulang." Sambungnya kemudian.
Jitsui bisa melihat, ada sorot bahagia disana.
"Tentu, pasti Jitsui. Aku pasti akan pulang dan menemui mu." Ucap Karma yakin. Seolah ia memang bisa menepatinya.
Ruangan yang mereka pijaki berubah menjadi putih. Seputih kapas yang belum tersentuh noda.
Jitsui! Bangun!
Jitsui tersentak dari alam bawah sadarnya.
"Kaminaga-san?" Gumam Jitsui ragu. Jitsui menatap sekelilingnya. Masih di tempat yang sama.
Tempat yang penuh dengan ilusi, ilusi yang ia buat untuk menguatkan diri demi menanti janji.
Kaminaga menatap khawatir rekannya. Tapi mereka tak punya banyak waktu lagi! Mereka harus lari dan sembunyi dari kejaran seseorang!
"Kita harus cepat lari dari sini. Cepat kemasi barang-barangmu." Ucap Kaminaga dengan raut serius.
Alis Jitsui mengerut, ia tak mau pergi dari tempat ini.
"Tidak, aku takkan pergi dari sini." Jelas Jitsui.
"Jitsui.." Kaminaga geram.
"Ku mohon jangan paksa aku." Pinta Jitsui lirih.
"Aku masih ingin menunggunya, jika pun aku mati. Aku ingin mati bersama dengan kenangan yang ku punya." Ujar Jitsui pelan.
Kaminaga mendengus.
"Kau gagal Jitsui."
"Aku tau."
"Maaf, tapi aku harus melakukan hal ini padamu."
Pelatuk ditarik.
"Lakukan saja."
Di lepaskan dan bersarang di otak Jitsui.
Pandangan Jitsui menggelap, kenangan demi kenangan terputar jelas di ingatan.
Senyumnya, tawanya, seringainya,semua masih terasa begitu jelas.
Hingga ia menemukan mayat seseorang yang ia kasihi.
Membeku di tengah medan perang.
Harapannya runtuh, janji itu.. takkan bisa di tepati lagi.
Karena sang pembuat janjipun telah tiada dari dunia yang fana ini.
....
Kau berbohong padaku Akabane-san. Kau bilang akan kembali dan menemuiku. Tapi kenapa? Kenapa kau tak pernah kembali?
Aku selalu menunggumu, hidupku bagaikan ilusi tanpamu.
Akabane-san.. ternyata aku memang sebuah ilusi.
Hidup dengan berganti identitas setiap kalinya. Bersembunyi dan selalu begitu. Aku pikir aku sudah lelah.
Mungkinkah kita bertemu di alam sana?
Semoga
Semoga kita bertemu disana nanti
.
.
End
Maaf kalo ini gaje banget kayak orangnya. :v
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro