Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 24

Mereka akhirnya membawa Olien Sergey ke kantor polisi terdekat. Meechella berpikir, daripada dirinya menjadi tempat tuduhan semua orang karena Olien terus saja memanggilnya dengan sebutan mama. Maka Meechella berinisiatif untuk membawa Olien ke kantor polisi. Dalam perjalanan, Olien terus saja menangis sambil menyebut Meechella sebagai mamanya. Dan, Meechella hanya mampu menenangkan anak perempuan itu agar meredakan tangisannya.

Hanya ada polisi jaga yang berada di sana. Beberapa petugas polisi banyak yang sudah kembali ke rumah karena jam kerja telah berakhir. Damian, bersama Meechella yang kini menggandeng tangan kecil Olien berjalan masuk ke dalam kantor polisi untuk membuat laporan anak hilang.

Di depan mereka sudah ada polisi jaga yang siap menerima laporan atas Olien Sergey. Damian menunjukkan kartu identitas militernya, polisi itu meminta staf untuk membuatkan mereka minuman hangat karena cuaca di sana sangat dingin karena hujan yang mengguyur kota mereka. Tidak heran, mereka tinggal di daerah yang terkenal akan puncaknya.

Damian dan Meechella menjelaskan apa yang telah terjadi. Mulai dari menemukan Olien di restaurant, lalu membawanya ke kantor polisi.

"Mama, hiks,” isak Olien membuat polisi yang tengah menerima aduan mereka menjadi mengerutkan keningnya heran.

Olien terus saja merengek memeluk leher Meechella dengan erat. Anak perempuan itu merasa takut berada di tempat yang asing. Ini pertama kalinya bocah malang itu tanpa pengawasan ayah dan pengasuhnya.

Entah mengapa dia bisa berpisah dari pengasuhnya. Padahal Olien sudah berusaha menjadi anak yang baik, tidak merepotkan para orang dewasa di rumahnya.

“Sebentar Nona, Anda bilang kalian menemukan anak ini di restaurant tapi kenapa anak ini memanggil Anda dengan sebutan mama?“ tanya polisi itu.

“Kami juga tidak tahu Pak, dia bisa saja tengah berpisah dari mamanya,“ jawab Meechella turut mengungkapkan kebingungannya.

Polisi tersebut menatap Olien, dia mencoba tersenyum lembut ke arah bocah yang kini tengah menangis.

“Hai Olien, apakah kau berpisah dengan mamamu?” tanya polisi itu menggunakan bahasa Inggris, karena Meechella sejak di sana mencoba berbicara lebih jauh dengan Olien dengan bahasa Inggris.

Olien mengangguk, masih menundukkan wajahnya ketakutan.

“Katakan pada Pak Polisi, Olien, di mana mamamu?” tanya Polisi itu.

“Ini mama Olien, Pak Polisi,“ jawab Olien menatap Meechella, menunjuk anak tunggal Machiko dan Nayna dengan jari telunjuknya.

Polisi jaga itu membelalakkan matanya .

“Pak, Anda berniat membuang anak ada sendiri? Apa anak ini hasil hubungan gelap kalian? Anda bisa dipecat dari militer kalau atasan Anda mengetahui aib ini!“ pekik polisi jaga itu menatap Damian dan Meechella silih berganti.

Damian mengusap wajahnya frustasi, untuk apa juga dia sampai membuang anaknya sendiri? Mana mungkin orang tua tega membuang anaknya?

“Apa masuk akal kalau kami ingin membuang anak ini tapi kami datang ke mari dan melaporkannya? Kau ini polisi macam apa? Cepat keluarkan pengumuman anak hilang, lampirkan di seluruh kabar berita baik online maupun media massa lainnya!“ titah Damian pada polisi itu.

“Baiklah saya akan menuruti kemauan Anda,“ ucap polisi jaga itu usai berpikir logis.

Damian menoleh ke arah Meechella.

“Bukan!“ jawab Meechella dengan nada sinisnya pada Damian. Meechella tahu apa yang akan Damian tanyakan kepada dirinya.

“Apa mungkin ini anak Nona Meechella? Anda mengarang cerita seolah anak ini hilang biar tidak ada yang mencurigai Anda?” tanya polisi jaga lagi.

“Mungkin karena Anda takut reputasi keluarga Anda akan hancur?” tambahnya.

Meechella menggebrak meja, wajahnya sudah memerah karena murka.

“Oke-oke, saya hanya menjalankan tugas saya untuk mengambil informasi sebanyak mungkin dan seakurat mungkin,” polisi itu mengangkat tangannya meminta maaf.

“Mama, Olien mengantuk,“ ucap Olien mendongak menatap Meechella.

Meechella terdiam, terhipnotis mata biru laut milik Olien. Meechella mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Olien.

“Hem, Olien boleh tidur,“ jawab Meechella lembut.

Olien melingkarkan tangannya di perut Meechella, mencari posisi tidur terbaik. Meechella mengelus bahu Olien dengan sayang. Siapakah orang tua Olien? Kenapa mereka begitu tega pada Olien? dilihat dari penampilan Olien, Olien sepertinya berasal dari keluarga berada.

Sergey? Ah, Meechella akan mencari tahu siapa pemilik marga itu. 

“Ini kartu nama milikku, hubungi aku kalau ada informasi tentang keluarga Olien,“ ucap Meechella.

Dia berdiri, menggendong Olien yang tengah tertidur di dekapannya. Damian mengikuti Meechella, lelaki itu menahan tangan Meechella.

“Kau akan membawanya ke rumahmu?” tanya Damian.

“Iya,“ jawab Meechella, membuka pintu belakang mobilnya.

Damian mengambil alih Olien, menidurkannya di kursi belakang. 

“Kau tidak takut?” tanya Damian.

“Dam, dia anak kecil. Dia bisa apa? Kau tak lihat bagaimana kondisinya sekarang? Bajunya basah Dam, aku harus membawanya pulang dan mengganti bajunya, dia bisa sakit jika terlalu lama di luar,“ jelas Meechella.

“Baiklah, kau bawa anak itu pulang, aku akan di sini untuk mencari tahu tentang orang tua Olien. Hati-hati di jalan,“ ujar Damian pada akhirnya.

Damian mengecup kening Meechella, lelaki itu membantu Meechella masuk ke dalam mobil. Damian menatap mobil itu hingga mobil yang dikendarai Meechella benar-benar menghilang dari pandangannya. Damian tersenyum dalam hati, setidaknya karena masalah ini Meechella bisa lebih lama berada di dekatnya hari ini.

.

Suara TV yang menyala tidak bisa menutupi suara deru mobil Meechella, sudah sedari tadi Nayna dan Chiko menunggu kepulangan anaknya untuk makan malam. Apalagi ditambah informasi dari Raphael bahwa Meechella keluar dari kantor dan memulangkan Raphael lebih cepat.

"Chell?“ panggil Chiko ketika mendengar salam dari putrinya yang baru saja memasuki rumah.

“Anak siapa itu Chell?” tanya Nayna dengan matanya melebar.

Meechella berhenti, dia menidurkan Olien di sofa ruang keluarganya.

“Hati-hati!“ ucap Nayna meminta Meechella berhati-hati,takut membangunkan anak itu.

Meechella berjalan tergea menuju ruang penyimpanan baju-bajunya dari bayi hingga dewasa yang sudah tak terpakai. Meskipun sudah banyak yang dia sumbangkan, namun beberapa baju berkesan penting tetap disimpan Nayna di dalam sana sebagai kenangan, termasuk baju-baju ketika mereka berulang tahun.

“Siapa anak itu Chell?” tanya Nayna saking penasarannya mengikuti langkah anak semata wayangnya.

“Aku menemukannya di restoran, Olien namanya. Olien Sergey,“ jawab Meechella tersenyum lembut tatkala menyebutkan nama lengkap Olien.

Meechella mengambil satu pasang baju masa kecilnya yang dianggap muat untuk Olien.

“Kenapa bisa? Kamu sudah melaporkannya pada polisi?” tanya Chiko yang penasaran.

“Sudah Mom, aku sudah meninggalkan kartu namaku di kepolisian,“ ucap Meechella.

“Sini biar Mommy yang gantikan bajunya,“ ucap Nayna mengambil alih baju pilihan Meechella.

Nayna dan Chiko mengamati wajah Olien dengan seksama.

“Sepertinya dia bukan keturunan orang Indonesia,“ tebak Chiko menilai setiap inchi wajah Olien Sergey.

Meechella mengangguk setuju. “Dia memakai bahasa Inggris yang sangat fasih, logat Inggris,“ jawab Meechella.

“Dolce and Gabbana, dia bukan anak orang biasa. Itu merk yang harganya setara dengan satu mobil mewah,“ ucap Nayna mengetahui baju yang dipakai Olien hari ini.

Nayna menyodorkan baju basah yang dipakai Olien, di sana terpampang brand ternama yang masuk dalam kandidat dari lima merk termahal di dunia.

Meechella menggigit jari telunjuknya.
“Mommy, Daddy, jangan-jangan aku dituduh menculik anak konglomerat? Bagaimana ini?” pekik Meechella memebelalakkan matanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro