Part 22
WARNING !!!
Pasal 72 ayat {1} Undang-Undang Hak Cipta:
Plagiarisme : penjara paling singkat SATU BULAN dan atau denda SATU JUTA RUPIAH, atau paling lama TUJUH TAHUN dan atau LIMA MILIAR RUPIAH !!
-
Mobil berplat merah dengan lambang tentara memasuki asrama tentara. Beberapa perwira tinggi menunggu kedatangan sang pemilik mobil. Hari ini, Damian akan mendapat wewenang baru yaitu menjadi ketua pelaksana penerimaan calon perwira baru tahun ini. Damian berkewajiban mengawasi jalannya proses itu dengan sebaik dan seadil-adilnya.
“Lapor, Mayor Hendrik siap menerima tugas.“
Pemimpin dari apel pagi, Mayor Hendrik memberikan laporan kepada sang kapten.
“Laksanakan!“ jawab Damian menjawab Mayor Hendrik dengan hormat pula, sifat rendah hati Kapten Damian yang sudah terkenal di kalangannya.
Mayor Hendrik mengajak Kapten Damian berkeliling asrama yang kebetulan sekali berada di Bandung. Damian sangat beruntung, setidaknya meskipun hubungannya dan Meechella benar-benar kandas tiga hari yang lalu namun dirinya diberkati menghirup udara yang sama dengan wanita itu.
Bahkan tadi pagi Damian sengaja memilih jalan melewati kompleks rumah Meechella, dan melihat wanita itu jogging berkeliling komplek rumahnya dari jauh. Pemandangan pagi yang sangat Damian sukai, mencintai wanitanya dalam diam. Tidak masalah jika mereka berdua tidak dalam satu ikatan bernamakan cinta. Hanya melihat wanita yang dia cintai hidup dengan baik-baik saja sudah lebih dari cukup bagi Damian.
Terlihat para calon tentara tengah menjalani latihan fisik, melihat usaha para peserta membuat Damian mengingat usahanya dulu. Berkarir selama lebih dari sepuluh tahun di dunia militer mengharuskan dirinya bisa menguasai situasi, mencari solusi terbaik dalam setiap masalah yang ditugaskan kepadanya, menghadapi kematian kapan saja di medan tempur tanpa identitas dan tidak tau apakah dirinya akan dikubur dengan layak ataukah mayatnya akan menjadi santapan binatang buas yang tengah kelaparan.
Seluruh peserta seleksi berkumpul ketika pemimpin apel memberi komando bahwa Kapten Damian sebagai ketua pelaksana sudah datang. Damian berdiri di depan mereka semua dengan gagahnya, mengedarkan pandangannya menyusuri seluruh isi tempat upacara.
“Saya Kapten Damian Delrico yang akan menjadi ketua pelaksana. Saya ucapkan selamat berjuang untuk dunia militer yang lebih baik,“ ucap Damian dengan penuh harapan.
Damian dan seluruh peserta di sana bertepuk tangan, mereka patut menjadikan Damian sebagai contoh yang baik. Karena prestasi dalam dunia militer lelaki itu tidak bisa dianggap remeh. Pangkatnya didapatkannya bukan dengan cuma-cuma, penuh keberanian dan juga rela berkorban untuk nama baik negaranya. Lelaki itu bukan perwira biasa, Damian siap mati demi negara yang sudah membesarkan namanya sampai detik ini.
Lelaki itu juga harus berterimakasih kepada tanah airnya yang sudah memberikan kehidupan baik kepada Meechella.
“Kau, negara atau cintamu?” tunjuk Damian pada salah seorang peserta.
“Siap, saya pilih negara!“ jawabnya dengan tegas.
“Kasih saya alasan atas jawabanmu,“ ucap Damian penasaran.
“Karena orang yang saya cintai berada di Indonesia, jadi saya harus melindungi negara lebih dahulu, Kapten,“ katanya tanpa ragu
Damian tersenyum, menepuk pundak peserta itu dengan bangga. Itu juga alasan Damian memilih negaranya ketimbang Meechella.
“Buktikan!“
“Siap laksanakan, Kapten!“
.
Ruang kerja itu sangat gelap, meskipun tidak ada keluhan soal pencahayaan, namun sepertinya seseorang didalam sana sengaja mematikan seluruh lampu sehingga ruangannya menjadi gelap gulita di siang hari. Gordennya dibiarkan tertutup, tidak ada pencahayaan yang bisa menembus masuk ke dalam sana.
Raphael, asisten pribadi Meechella menggelengkan kepalanya melihat kelakuan bosnya yang akhir-akhir ini terlihat memprihatinkan. Wanita itu bahkan sudah melewatkan makan siangnya, siapapun yang datang tak diperbolehkan masuk dengan alasan sedang tidak ingin diganggu.
“Aarghhhhhhh, dasar lelaki sialan, bajingan, kurang ajar!“ teriak Meechella frustasi.
Sumpah demi apapun, Meechella sudah sekuat tenaganya mengusir bayangan lelaki itu dari hadapannya. Kenapa bayangan lelaki itu saat tertembak ketika menyelamatkannya dulu terus mengusik pikirannya beberapa hari ini? Haruskah dia meminta obat penenang kepada auntynya Alena? Tapi Meechella sendiri lulusan psikolog, dia tahu bahwa dirinya kini baik-baik saja, tapi kenapa bayangan lelaki itu menjadi mimpi buruk di setiap tidurnya.
Lagipula kenapa lelaki itu harus kembali datang, memporak porandakan hatinya padahal Meechella sudah dua tahun melewati hari tanpa Damian dan tanpa masalah. Lalu tiga minggu yang lalu, lelaki itu seperti hantu yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya tanpa menghargai perasaannya.
“Bodoh, kau selalu termakan rayuan lelaki iblis itu Meechella!“ ucap Meechella pada dirinya sendiri.
Meechella mengacak rambutnya frustasi, dia harus mencari udara segar. Haruskah dia pergi ke Perancis bertemu Reebecca? Sekaligus mencari udara segar di sana. Namun mungkinkah orang tuanya mengizinkan? Peliknya masalah Rebecca di Perancis saja sudah membuat energi keluarganya terkuras habis. Belum lagi masalah batalnya pertunangan Meechella yang beritanya telah menyebar ke pelosok negeri.
Ponsel Meechella di atas meja bergetar. Meechella mengambilnya secepat kilat, seakan berharap notifikasi yang dia dapatkan dari lelaki itu.
“Aishh operator sialan!“ umpat Meechella kesal.
Pemberitahuan promo terbaru kartu perdananya sangat mengganggu baginya, pasalnya di lubuk hatinya yang terdalam Meechella berharap lelaki itu mengirimkan pesan, menanyakan kabarnya atau mengajak dirinya bertemu mungkin. Tapi semua itu hanya harapan semata, sepertinya Damian tidak pernah serius atas dirinya selama ini. Meechella hanya bahan permainan semata bagi Damian.
“Aku tidak bisa seperti ini, aku harus menemui Aunty Alena,“ ucap Meechella merasa dirinya benar-benar frustasi.
Meechella keluar dari ruangannya, Raphael dengan sigap berdiri.
“Nona Meechella, ada yang bisa saya bantu?” tanya Raphael.
“Tidak usah, kamu bisa pulang cepat hari ini, aku akan memeriksakan kesehatanku,“ ucap Meechella kemudian berlalu meniggalkan Raphael yang tercengang mendengar ucapan atasannya.
Memeriksakan kesehatannya? Mungkinkah bosnya sedang mengalami masalah kejiwaan? Astaga jangan sampai itu terjadi karena Meechella adalah bos yang loyal kepada bawahannya. Meechella tidak segan-segan memberikan mereka liburan ke luar negeri enam bulan sekali, digilir per divisi.
-----
Meechella melajukan mobilnya menuju rumah sakit keluarga Kusuma, keningnya berkerut saat mendapati ada sekitar sebelas mobil tentara terparkir di pelataran parkir rumah sakit. Security membukakan pintu untuk Meechella, karena seluruh pegawai rumah sakit tahu bahwa Meechella memiliki darah dari keluarga Kusuma, darah dari Ariana sang nenek yaitu ibu Machiko.
“Apa ada kegiatan di dalam?” tanya Meechella penasaran.
“Itu dari penerimaan tentara baru, sedang menjalani tes kesehatan tahunan,“ jawab security itu dijawab anggukan dari Meechella.
Meechella tersenyum lembut melewati beberapa perawat dan juga dokter di sana. Meechella memilih menaiki lift VIP yang hanya boleh digunakan untuk dokter dan para petinggi di rumah sakit.
Pintu lift terbuka, Meechella melangkah menuju ruangan Alena yang berada di lantai tiga puluh.
“Meechella?“
Meechella menoleh, Alena memeluk Meechella.
“Aunty ikut menyayangkan apa yang telah terjadi, maaf karena tidak bisa mendampingimu di sana,“ ucap Alena penuh penyesalan.
Meechella mengangguk. “Tidak masalah Aunty, semua sudah usai.“
“Ada apa, El? Kenapa kamu menemui Aunty di rumah sakit? Apakah kamu sedang sakit?” tanya Alena dirundung kekhawatiran.
Meechella mengajak Alena masuk kedalam ruangan, memastikan tidak ada yang akan mendengarkan pembicaraannya.
“Dengarkan Meechella baik-baik aunty, dan ini rahasia, jangan bicarakan dengan Daddy atau Grandma, oke?“
Alena menutup mulutnya, dia menatap Meechella dengan mata terbelalak.
“Chell, kamu tidak hamil kan?” tanya Alena.
“Meechella, kamu hamil?” pekik seseorang yang baru saja datang membuat mereka berdua menoleh.
Marcuss ikut terbelalak mendengar pertanyaan istrinya.
“Astaga, sepertinya aku salah memilih tempat,“ cibir Meechella memegangi kepalanya.
“Bener Chel kamu hamil? Bagus dong, Uncle jadi bisa nimang cucu nih,“ ucap Marcuss Sean.
Alena langsung melempari Marcuss dengan kalender kecil yang ada di atas mejanya. “Jangan gila kamu!”
Marcuss duduk di sebelah Meechella.
“Katakan, Uncle dengar mantan tunanganmu seorang kapten? Ini bisa jadi senjata melorotkan jabatannya, bilang kamu dihamili mantanmu itu!“ usul Marcuss pada Meechella, akal bulus seorang lelaki tengik di masanya.
“Uncle, Aunty, Ella ke sini tuh mau periksa. Beberapa hari ini Meechella mimpi kejadian dua tahun lalu terus menerus, seperti kembali ke masa lalu,“ ucap Meechella membuat Alena menghembuskan napas leganya.
“Syukurlah, Aunty tidak bisa membayangkan apa yang akan keluarga besar kita lakukan jika itu terjadi,“ ucap Alena.
Marcuss menatap Meechella, menilai apa kurangnya keponakan dari istrinya hingga ditinggalkan begitu saja pada hari pertunangan berlangsung. Meechella wanita baik-baik, keluarganya juga bukan orang sembarangan, tumbuh dan besar di keluarga kaya raya, pintar, dan digadang-gadang akan menjadi Direktur Utama Corlyn Company, bahkan bisa saja Meechella akan menjadi presdir dari Corlyn Company ketika Reivan menghembuskan napas terakhirnya.
Marcuss berdecak, menyayangkan apa yang terjadi pada keponakannya. Wanita cantik dan sangat sempurna, Marcuss menjamin dirinya akan jatuh hati pada Meechella jika dia kembali di masa mudanya, tentu saja jika tidak ada Alena dalam kehidupan itu.
“Ckck, lelaki bodoh!“ ucap Marcuss bergumam sendiri hingga membuat Alena dan Meechella menatapnya penuh tanda tanya.
“Honey aku akan menemui Grace dulu, kalian bicaralah,“ ucap Marcuss sadar diri karena kini posisinya bukan antar keluarga, namun antara dokter dan pasien.
Setelah Marcuss keluar, Alena menatap Meechella.
“Kamu bisa menceritakan tentang mimpi burukmu sekarang, El.“
Meechella mengambil napas panjang.
“Jadi waktu aku ke Iraq dulu, aku pernah diculik sekelompok geng lokal gitu Aunty. Nah aku mimpi waktu Damian ditembak sama geng lokal itu, setiap aku bangun pasti aku selalu merasa kayak kejadian itu baru saja terjadi, padahal itu dua tahun yang lalu “ jelas Meechella.
“Damian? Kenapa dia tertembak?” Alena menyerngit bingung.
“Damian ditugaskan di Iraq, dia yang menyelamatkanku. Waktu itu kalau tidak salah kedua kalinya kita bertemu,“ ucap Meechella menerangkan.
“Kamu tidak butuh seorang dokter, kamu tahu benar karena kamu lulusan psikolog. Kamu memimpikan itu karena ada Damian dalam kejadian itu, kamu mungkin merasa khawatir, gelisah, dan ketakutan, tapi bukan karena ketakutan atas dirimu, kamu takut karena disana ada Damian. Kamu mengkhawatirkannya Chell, karena kamu tidak bisa melawan pikiranmu untuk berhenti mengkhawatirkannya,“ jelas Alena membuat Meechella diam membisu.
Alena memberikan dua jenis obat pada Meechella.
“Kamu hanya perlu relekskan pikiranmu, obat ini bisa kamu minum hanya saat kamu benar-benar merasa gelisah dan tidak bisa tidur.“
Meechella mengangguk, kemudian Alena meraih tangan Meechella.
“Aunty juga pernah hancur karena laki-laki. Tapi Chell, hidupmu akan terus berjalan. Aunty yakin kalau kamu akan menemukan kebahagiaanmu, kalian akan bersama lagi jika kalian berjodoh,“ ucap Alena menyemangati keponakannya.
.
Alena mengajak Meechella berkeliling rumah sakitnya.
“Grace mulai magang di sini, sebenarnya Aunty tidak senang dia harus berada di sini. Aunty ingin Grace bisa merasakan dunia kerja yang nyata.“
“Lalu siapa yang menerima Grace di rumah sakit ini?” tanya Meechella.
“Grandpamu Rehan, siapa yang memanjakan dia lebih dari siapapun?” Alena menautkan kedua alisnya.
Meechella tersenyum. “Semua ayah dan kakek pasti seperti itu pada anak perempuannya,“ jawab Meechella memakluminya.
“Oh ya Nty, ke mana si kecil Freya?” tanya Meechella karena sudah lama tidak tahu kabar Freya.
“Ah Freya bersama Flower di rumah Mama Olivia.“
Meechella mengangguk, Freya memang lebih sering berada dirumah Olivia daripada bersama Alena. Karena Alena dan Marcuss sibuk dengan pekerjaannya mereka.
“Maklum saja, di rumah aunty tidak ada yang mengawasi Freya. Dia kan sedang dimasa nakal-nakalnya bocah,“ jawab Meechella.
Alena mengangguk, memang masa-masa remaja itu sangat mengkhawatirkan, apalagi punya anak perempuan. Dua anak perempuan membuat Marcuss dan Alena selalu menanyakan kabar kepada kedua putrinya. Mereka selalu bercerita apa yang mereka lakukan ketika mereka berkumpul.
“Oh ya Chell, hari ini ada pemeriksaan rutin calon tentara, siapa tahu ada yang cocok,“ goda Alena.
“Aku membenci mereka,“ kekeh Meechella.
Meechella berpamitan. “Aunty antarkan ke bawah.“
Mereka berdua berada dalam lift, namun lift tersebut berhenti di lantai 17. Lift itu terbuka, betapa terkejutnya Meechella melihat Damian di sana.
Damian tersenyum, jodoh memang tak kemana. Alena yang tahu bahwa lelaki itu adalah Damian, Alena membisikkan sesuatu pada Meechella.
“Kamu masih ingat ucapan aunty di ruangan tadi? Kalau kalian bertemu lagi kalian jodoh,“ goda Alena.
Alena keluar dari lift. “Silahkan Kapten Damian,“ ucap Alena sambil mengedipkan matanya pada Meechella.
“Kya, Aunty!“
Alena menahan dua tamu VIP lainnya yang datang bersama Damian, Alena melihat pangkat yang terpampang di pundak mereka.
“Mari saya antar dengan lift berikutnya, suatu kebetulan bertemu Anda-anda di sini, “ ucap Alena
Damian menekan pintu lift, hanya mereka berdua di dalam sana. Damian mundur ke belakang.
“Hai?” sapa Damian tersenyum kepada Meechella.
“Hm ....“
“Kamu sakit?” tanya Damian penasaran.
“Hm!“
“Sakit apa? Sejak kapan? Kenapa tidak bilang Chell?” Damian melontarkan pertanyaan berturut-turut hingga membuat Meechella mendengkus.
Sakit apa? Wah, lelaki ini sungguh tidak sadar bahwa lelaki itu yang membuat Meechella sakit hati. Bukankah sakit hati itu termasuk menyakitkan?
Hampir saja dia ingin menjawab, namun lift yang mereka tumpangi tiba-tiba terhenti.
“Liftnya berhenti!“ ucap Meechella menelan ludahnya, menahan ketakutannya.
Damian menekan tombol alarm, seseorang disana menjawab dan memberitahukan bahwa tekhnisi mereka akan membuka lift secepatnya.
Lift itu sedikit terguncang, membuat Damian memeluk erat Meechella.
“Jangan cari kesempatan Dam!“
“Aku takut kegelapan,“ ucap Damian memeluk Meechella dengan erat.
Meechella menggelengkan kepalanya tak percaya, dia tentara dan berkata takut kegelapan?
“Kau tentara tapi takut kegelapan?” tanya Meechella setengah mengejek.
Damian mengannguk. “Kau tahu apa artinya kegelapan itu?” tanya Damian masih memeluk Meechella, menghirup aroma wanita yang sangat dia cintai.
“Tidak!“ jawab Meechella acuh.
“Itu hidupku tanpamu Chell,“ jawab Damian membuat Meechella gelagapan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro