Part 17
Wajah cantik itu mengulum senyumnya, mata indahnya yang mampu menghipnotis lelaki manapun diusianya yang dibilang tak lagi muda. Jari-jari lentiknya menyentuh rambutnya yang kini dibiarkan tergerai dengan bebas.
Kulit putihnya menambah kesan cantik dari ibu kandung Marchello tersebut. Siapa sangka wanita secantik itu telah mempunyai anak yang umurnya hampir di akhir kepala dua.
Meskipun bibirnya mengukirkan senyuman, tapi dari sorot mata terlihat menimang sekaligus menilai. Itulah Valeria, seluruh keluarganya tahu benar.
"Dan Damian, apa yang akan kamu pilih, Meechella atau pekerjaanmu?" tanya Valeria.
Pertanyaan yang terlontar dari bibir meronanya membuat seluruh keluarganya terdiam, pertanyaan bam skak matt dari Valeria Roseandra Corlyn kepada lelaki yang beberapa hari lalu memberanikan diri mengajak keponakannya yang telah diakuinya sebagai anak itu bertunangan tanpa izin.
Viona, ibu yang melahirkan Valeria menatap Valeria memperingatkan. Namun wanita seakan cuek, dia tidak pernah menuruti perkataan orang lain ataupun terintimidasi atas pandangan orang. Valeria terlalu dingin dan juga hangat bagi mereka yang mengenalnya.
"Valeria." Viona memanggil Valeria, memintanya untuk menghentikan pertanyaannya.
Seseorang yang diberi pertanyaan menunduk, lelaki itu terdiam.
"Damian, kau tak perlu menjawab pertanyaan mamaku," ucap Meechella.
Meechella berdiri, dia tidak tahu apa yang akan dijawab Damian. Atau dia terlalu takut jika pilihannya Damian bukan padanya. Seperti dua tahun yang lalu, ketika Damian meninggalkan dirinya ketika cintanya tengah mekar.
"Meechella, duduklah," kata Nayna memperingati putrinya.
Nayna menarik Meechella untuk kembali duduk, jika Nayna selalu memberikan yang terbaik dari segi materi dan memanjakan anak-anaknya. Maka Valeria, dia terlalu tegas bagi anak-anak. Valeria jarang memanjakan anak-anaknya, karena memang Valeria tidak ingin mereka terlalu diberi kebebasan dan seenaknya sendiri.
Nayna tahu, kegelisahan yang kini dirasakan Meechella. Putrinya terlalu takut jika pilihan Damian tidak memihak kepada dirinya. Begitupun dengan Nayna, luka dua tahun lalu yang dia lihat di mata putrinya sama sekali tak ingin dia lihat kembali di saat ini.
"Damian?" Valeria memanggil Damian, dia ingin mendengar jawaban darinya.
Jawaban ini yang akan menentukan restunya akan berpihak kepada pasangan itu atau malah menentang mereka.
Damian menarik napas panjang, dia mendongak menatap Meechella. Ada pandangan 'maafkan aku' yang membuat Meechella memejamkan matanya pasrah.
"Aku memilih pekerjaanku," jawab Damian tegas membuat semua orang disana terdiam.
Mata Meechella berkaca-kaca, semudah itukah dia membandingkan diri Meechella dengan pekerjaannya? Apakah Meechella tak punya nilai dimata lelaki pengabdi negara itu?
Meechella berdiri, namun tangannya dicekal Chiko.
"Dengarkan dia dulu," pinta Chiko meminta pengertian putrinya.
Damian menegakkan duduknya, matanya beradu pandang dengan Valeria.
"Aku memilih negaraku, memilih pekerjaanku. Karena keluargaku dan keluarga Meechella ada di negaraku. Aku memilih pekerjaanku karena pekerjaanku setia pada negara. Kalau pada negara saja aku setia, aku pasti setia dengan pasanganku seumur hidupku. Kalau pekerjaanku adalah kesetiaanku, maka Meechella adalah duniaku. Kalau aku menyerahkan pekerjaanku, lalu bagaimana tanggung jawabku? Apa yang akan kalian nilai dari lelaki yang bahkan tak punya tanggung jawab dan berkomitmen dalam pilihannya," lanjut Damian.
Meechella menitikkan air matanya mendengar ucapan Damian. Kesetiaan lelaki itu sempat dia pertanyakan. Namun hari ini dia mendapatkan jawabannya. Lelaki itu bertanggung jawab, dia akan bertanggung jawab hingga akhir pada pilihannya.
Maka Meechella adalah wanita yang beruntung dipilih lelaki yang akan mempertahankannya.
Valeria tersenyum, dia menyilangkan tangannya di depan dada.
"Aku merestui kalian," ucap Valeria bagaikan oksigen bagi semua orang disana.
"Mama, thank you," ucap Meechella berlari memeluk Valeria.
Valeria terkekeh. "Maafkan Mama, Sayang. Hampir saja Mama membuatmu menangis ... hmm. Selamat, putriku," ucap Valeria tak kuasa menahan rasa harunya.
Nayna menangis di pelukan Chiko, dia sangat tersentuh dengan ucapan Damian.
"Hiks, dia sangat manis Hubby," isak Nayna dalam dekapan Chiko.
"Aku lebih manis Queen, tidakkah kau ingat kisah kita sewaktu muda. Aku tak kalah romantis dari cecunguk itu," cibir Chiko menatap Damian tak suka, Chiko tidak pernah membiarkan lelaki lain membuat istrinya terpesona.
"Romantis apanya, kamu dulu nabrak aku, kakiku terinjak koper!"
Chiko gelagapan, seluruh keluarganya menahan tawa mendengar jawaban Nayna. Kisah Chiko dan Nayna memang sangat melegenda, dimana perjuangan Chiko mendapatkan Nayna yang saat itu masih mencintai mantan kekasihnya. Tidak mudah mendapatkan hati Queenayna Nathalia Corlyn.
.
Kini seluruh keluarga mengadakan makan malam bersama, karena jarang-jarang mereka bisa berkumpul seperti ini. Namun Valeria dan Frederick undur diri lebih dulu karena ada masalah dengan agensi milik Valeria.
Semua keluarga mendengarkan bagaimana Meechella dan Damian bisa bersama, dari asal mula Meechella menuduh Damian mencopet dompetnya yang terjatuh.
"Cukup-cukup, jangan pamer kisah kalian. Kisah Mommy dan Daddy tidak kalah dari kalian," cibir Chiko membuat Nayna mendengus.
"Daddymu sangat cemburuan, kamu harus maklum," ucap Nayna pada Damian.
Damian mengangguk dan tersenyum geli. Ternyata keluarga Konglomerat tidak selalu penuh persaingan dan terkesan menakutkan. Nyatanya keluarga ini sangat hangat dan juga tidak peduli soal harta.
"Damian nanti biar tidur disini saja, kamu berapa hari di Bandung?" tanya Sisil.
"Tiga hari Amma Mertua," jawab Damian
"Baiklah, besok-besok saja kita bahas kapan peresmian pertunangan kalian. Kami tidak mau berita kalian membuat citra keluarga ini buruk. Apalagi pertunangan kalian kemarin tanpa kehadiran kami," ucap Sisil diangguki Damian dan Meechella.
Chiko dan Nayna berdiri, mereka membawa piring kotor ke dapur. Karena para pekerja rumah keluarga Corlyn selesai bertugas setelah memasak makan malam. Mereka kembali lagi besok hari setelah subuh.
"Ayo El, kita pulang," ajak Nayna.
Damian memegang tangan Meechella.
"Kamu tidak tidur di sini?" tanya Damian pada Meechella.
"Dia harus kembali ke rumah Dam, memangnya kalian mau tidur bersama?" tanya Machiko menatap Damian tajam.
"Tadi malam kita tidur bersama kok," ucap Damian dengan polosnya membuat Meechella mencubit perut Damian hingga lelaki itu mengaduh kesakitan.
"Hah? Kalian tidur bersama? Wahhhh cecunguk ini!" Chiko mengusap kepalanya frustasi.
"Jangan bilang kalian nyolong start?" tanya Chiko menatap Damian dan Meechella bergantian. Telunjuknya menunjuk kearah Meechella dan Damian.
Nayna menyenggol Chiko. "Hubby, itu kan privasi mereka," bisik Nayna tidak enak karena mereka bukan anak kecil lagi. Apalagi Damian sudah mengatakan jika keluarganya tau soal Meechella.
"Daddy, ini tidak seperti yang Daddy pikirkan. Kita tidak tidur, kita terjaga sepanjang malam."
"SEPANJANG MALAM?" pekik semua keluarga di sana.
Damian terkikik, sedangkan Meechella menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia salah memilih kata, padahal memang semalaman mereka berdua tidak tidur karena Damian bercerita tentang dua tahunnya tanpa Meechella. Mereka bahkan memasak ramen dan memesan beberapa makanan ringan dari restoran hotel.
"Tidak-tidak, tidak seperti yang kalian pikir. Aishh!"
Meechella mencebikkan bibirnya, kini semua orang menatap mereka berdua menelisik.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro