Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Kakak Kelas

Title: Kakak kelas
Genre: Teenfict

✨Happy Reading ✨

✨✨✨

Pernah gak sih kalian suka sama idola sekolah atau bahkan kalian menyukai kakak kelas sendiri yang terlihat keren di depan mata kalian?

Kalau iya, itu yang sekarang aku rasakan akhir-akhir ini. Aku menyukai kakak kelas yang kastanya jauh lebih diatasku, dan itu adalah kak Hiro. Ia adalah kakak kelas yang menjadi idola sekolah sekaligus terkenal dengan kepintarannya dalam olimpiade matematika.

Apalah aku yang suka stalker dia diam-diam, mulai dari sosmednya sampai kehidupan sehari-harinya seperti dia yang suka menggambar di taman sekolah misalnya-- oke, aku terlihat seperti orang jahat sekarang. Tapi gimana lagi, aku malu berbicara di depan kakak kelas yang terlalu keren itu!!

"Kuro?" tiba-tiba saja ada suara Mayu yang membuatku kaget setengah mati karna menghentakan mejaku.

Sebagai sobat yang baik dan budiman aku mencoba berlagak sok kalem di hadapannya, "Kenapa?" tanyaku.

"Jajan yuk!" ajaknya sambil menarik tanganku. Sudah kebiasaan Mayu menarik tanganku seperti ini, aku ingin sekali memukulnya tapi tak tega melihat wajahnya yang suka meminta maaf itu.

Aku berdiri dari bangku, "Huh, tapi kamu jangan boros-boros belinya. Nanti keteteran kayak kemarin." Cerocosku dengan kesal.

Aku melihat wajahnya menjadi murung, dengan sekejap aku mencoba mencubit pipinya, "Yak, murung aja terus sampai kiamat!"

"E-engghak khok, Khur lephashin-" jawabnya sembari meringis kesakitan.

Aku melepaskan tanganku dari pipinya itu, dengan senyuman penuh kemenangan aku menjawab;

"Iya, iya, aku lepasin noh."

Aku dan Mayu beranjak dari kelas menuju kantin. Pada saat perjalanan ke kantin, Ai--
si anak kelas sebelah menghampiri kami berdua. Biasa, gini-gini kami malah berbicara abstrak yang gak tahu tujuannya ke mana.

Sesampainya di kantin, kami bertiga duduk di spot paling aman dan tentram yaitu...

BANGKU PALING POJOK KANTIN!!

Soalnya di situlah tempat paling adem, sejahtera, dan gak keliatan kalau lagi bawa barang-barang yang biasa dirazia gitu, contohnya saja seperti handphone atau mancherdise Haikyuu. Dan tentunya, stalker si doi yang biasanya duduk bareng bersama manusia populer di sekolah.

Aku meminum es cappucino sambil menunggu kak Hiro datang. Ai dan Mayu sedang membicarakan komik kesukaan mereka, aku hanya bisa menyimak dan menyaksikan reaksi aneh mereka itu.

Beberapa menit menunggu, ia tak kunjung datang. Positif thinking aja dulu mungkin dia lagi ada kendala sedikit. Sampai bel istirahat telah berakhir, pemuda bersurai biru itu tak menampakan keberadaannya.
Dengan berat hati, aku bersama Mayu dan Ai kembali ke kelas masing-masing.

Pada saat jam pelajaran di mulai, aku hanya sibuk memikirkan tentang kak Hiro yang tumben gak muncul hari ini. Gimana kalau misalnya tiba-tiba jatuh sakit? Atau bahkan dia ditindas oleh orang-orang yang iri padanya?! Gak, gak, pikiranmu terlalu kejauhan Kuro!

"Kuroneko!" Suara yang menakutkan itu menyebutkan namaku, ia adalah Faa-sensei. Guru sastra yang kalem tapi biasanya menyeramkan kalau ada yang tidak memperhatikan penjelasannya.

Dengan ketakutan aku menjawab, "Iya, Faa-sensei?"

"Kamu kerjakan soal nomor 20!" Jawabnya dengan tenang tetapi tegas, dengan cepat aku membuka buku cetakku lalu berjalan ke arah papan tulis.

Beberapa jam kemudian, pelajaran telah usai. Pulangan telah tiba, tetapi sebelum itu aku harus datang ke ruangan klub jurnalistik untuk menyelesaikan tugas laporan yang akan diberikan ke Loi-sensei nantinya.

Baru saja keluar kelas, secara tak terduga aku tertabrak seseorang sehingga membuatku jatuh dengan tidak estetik.

Yaitu, dengan terduduk yang hampir terjungkal ke belakang.

"OI, HATI-HATI DONG KALAU JALAN!!" Ucapku yang sudah sangat kesal.

"Dasar to-" aku tersadar, ternyata itu kak Hiro yang berada di hadapanku sekarang sambil mengulurkan tangannya.

Mampos, malu aku! Batinku.

Aku menolak uluran tangannya, dengan cepat aku segera bangkit lalu pergi meninggalkannya. Pupuslah harga diriku di depannya...

Setelah sampai di ruangan klub jurnalistik, Lotus-sensei, kak Rumi, kak Pram, dan lainnya melihat ke arahku dengan tatapan keheranannya.

"Kamu kenapa, Kuro?" tanya Loi-sensei dengan senyumannya. Aku duduk di bangku kosong yang tak jauh dariku.

"Pasti abis ketemu Hiro ya~~" sahut kak Rumi dengan nada meledek. Rasanya pengin aku ajak gelut di lapangan aja kakak kelas ini.

Aku menyangkal, "Idih, gak!"
aku mengambil beberapa berkas yang akan dibuat laporan. Kalau aku memberitahu kejadian barusan, kemungkinan besar satu ruangan bakal tertawa. Adegannya seperti sinetron memang, tapi tetap aja gak estetik sama sekali.

Perasaan kesal dan malu sudah menjadi satu, aku mengerjakan laporan secepat mungkin lalu cepat-cepat pulang. Pada saat semuanya sudah selesai, aku segera pergi keluar dari ruang eskul lalu pergi ke parkiran sepeda dan berjalan pulang.

Dengan sangat terburu-buru, aku mengayuhkan sepeda ontelku. Sampai pada di bagian jalan yang terjal aku tak mengurangi kecepatan sepedaku dan seketika oleng ke arah semak-semak yang membuatku terjatuh ke depan.

Sepertinya hari ini Dewi Fortuna tak berpihak padaku, pantas saja kena sial.

"U-ugh.." ringisku.

Seseorang berjalan menghampiriku dan segera menolongku, aku melihat ternyata Kak hiro membantuku berdiri, serta membawaku keluar dari semak-semak.

Oke, aku tarik soal perkataanku barusan.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya kak Hiro padaku.

Tidak apa-apa gimana, aku saja baru jatuh dari semak-semak dan kau ucap tidak apa-apa?!

Aku menjawab pertanyaan kak Hiro dengan senyuman, "Gapapa kok,"

"Huh, syukurlah," ucapnya sembari bernafas lega. Aku melihat wajahnya dari dekat, gak salah lagi dia memang ganteng--bukan saatnya kamu berpikir yang seperti itu, Kuro!

"Kamu tunggu sini, akan aku ambilkan sepedamu." Lanjutnya, Kak Hiro mengambil sepedaku. Dan terlihatlah, ban depan sepedaku menjadi penyok. Aduh sepeda kesayanganku!

"Waduh, ban sepedamu rusak. Gimana kalau nanti aku bawa ke bengkel saja sekalian?" tanyanya. Aku melihat kak Hiro yang tampak khawatir itu.

"Ah, gak usah. Nanti aku bisa bawain sendiri kok." Balasku dengan senyuman, lagi.

"Tapi kedua lututmu terluka loh, beneran tidak masalah?" tanyanya lagi. Aku menundukan kepalaku dan melihat kedua lututku terluka. Kok tidak terasa sama sekali rasa sakitnya?

"Baiklah kalau gitu." Jawabku dengan ketus. Oke, sepertinya aku sudah mulai tidak sopan sekarang.

Aku bersama kak Hiro berjalan ke arah rumahku, ia bertanya apakah harus ke minimarket terlebih dahulu untuk mengobati lukaku tetapi aku menolaknya karna rumahku jaraknya lumayan dekat dengan sekolah.

Kak hiro menolehkan kepalanya ke arahku lalu mengatakan, "Oh iya,"

"Sebelumnya, namamu siapa ya?"

Sebenarnya aku kesal karna ia tak mengenalku, dengan sabar aku menjawab, "Kuroneko."

"Kuroneko, ya..." ucapnya sambil mencoba mengingat sesuatu.

"Ah, berarti kamu anak klub jurnalis itukan?"

Aku menganggukkan kepala, "Iya,"

Kak Hiro tersenyum lalu mengulurkan tangannya padaku, "Kalau gitu perkenalkan aku Hiro Naruse, salam kenal. Kuroneko,"

Aku membalas aluran tangannya, "Salam kenal juga, kak Hiro." Seketika kedua pipiku merasakan panas, dengan cepat aku melirik ke arah lain.

"Kamu kenapa? Sakit?" Tanyanya.

"Nggak kok." Jawabku dengan malas.

Perjalanan pulang kami berdua tak terasa, sesampainya di depan rumahku kami sempat bertukar kontak satu sama lain lalu kak Hiro berpamitan sambil membawa sepedaku yang akan dibawakan ke bengkel.

Sejak itu aku dan Kak Hiro menjadi akrab, meskipun cuma temen sih...

END.
NamakuKurKur

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro