Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Mimpi

"Sudah lama aku tidak ke sini," ucap seorang lelaki membenarkan kacamata yang melorot dari hidung mancung karena terik membuat banjir keringat seluruh tubuhnya licin sekali, fokus melihat jajaran ruko sangat asri sepi pembeli tetapi ramai penjual membuka toko membuat kepala dipenuhi pertanyaan karena tidak sesuai dengan yang ia dengar. Bisa dibilang tempat ini adalah salah satu jalan menuju ibukota tetapi jalan yang lebih efektif sudah tersedia, ia berjalan pelan melihat papan sambutan Selamat datang di Generasi Pemimpi tampak selalu dibersihkan tak pernah usang. Kiranya kepergiannya yang cukup lama membuat tempat ini seperti di berita yang ia dengar sebelum ke sini, para penghuni di sini sangat jelas merawat tempat ini walau sudah tidak dilewati lagi.

Ruko pertama dari kiri sebuah kedai es krim minimalis colorful tersedia meja berpayung dihiasi pot tumbuhan cantik senada dengan toko tentu menjadi daya tarik pembeli dekat dengan papan sambutan tadi, bila lelah menempuh perjalanan berpuluh kilometer dipastikan mampir karena uniknya rasa es krim hitam dengan harga murah meriah. "Beli es krim hitam satu," pinta lelaki itu melihat spanduk es krim hitam masih terawat tidak bolong-bolong ataupun lepas sebelah tidak seperti spanduk pada umumnya di suatu tempat yang telah lama ditinggalkan.

Mendengar suara pembeli lekaslah penjual keluar dari bilik ia beristirahat sembari menunggu kedatangan ramai pembeli yang pernah membuat kewalahan namun tak akan pernah lagi. Penjual tersebut perempuan menggunakan kaos hitam celemek bermotif cipratan cat sesuai tembok toko warna warni dengan rambut lurus pendek berkacamata hitam "HIDEKI?!" suaranya meninggi bergema di kesunyian menggemparkan kota kecil itu, para penjual di ruko sebelah dan seterusnya kaget melihat dari tempat masing-masing si lelaki mengenakan hoodie sleeveless celana jeans dan sepatu kets membawa tas besar serba hitam.

Penjual mayonnaise sebelah mengenakan kaos hitam sablon kuning Mayo Shop keluar menjerit ingin mendekat tetapi si lelaki memberi penolakan karena berkeringat dapat dimengerti olehnya, lekas ia kembali ke toko paling cerah berwarna kuning lalu membawakan sosis, bakso, dan nugget dengan mayonnaise pedas. "Kak Hideki suka pedas kan?" tanya penjual mayonnaise memastikan ingatannya benar menggaruk rambut. "Iya Mayo, apa kabar kamu?" mungkin dalam batin, Hideki sedang tertawa jahat mendapat makanan gratis. Mayu mengangguk lalu tersenyum mendengar ada yang memanggilnya Mayo lagi.

"Ini es krimnya, duduk dulu di sini" tawar si penjual mempersilakan menarik kursi benar-benar memperlakukan pembeli layaknya raja. "Gratis," tambahnya lalu menarik kursi lain mengajak Mayu untuk duduk juga berbincang bersama-sama. "Terima kasih Kuro," balas Hideki memasang muka tidak menyangka perlakuan teman-temannya masih sama, ia menjilat es krim menyamakan rasanya dengan momen yang berusaha diingat bersama teman-teman di sini.

Di depan kedai es krim terdapat ruko hitam putih dikelilingi bambu menjual aneka barang berbentuk dan bermotif panda kemudian munculah sang ratu delima membawa sesuatu sembari berteriak. "HIDEKI KEMANA SAJA?" Dibarengi pemilik ruko merah hitam di sebelahnya yang menjual aneka jam berpenampilan tidak sesuai karena seperti tukang bengkel apalagi dia perempuan, Hideki membatin seharusnya dia dirjen pajak lalu menyapa. "Hai Umi! Hai Pajak! Aku hanya ke kota sebelah."

"Itu bukan sebelah melainkan ibukota," sahut perempuan berambut pendek tiba-tiba muncul berseragam Aindomaret membawa onigiri, snack, dan teh pucek harum. "Ai benarkan? Itu Hideki datang!" tanya si lelaki membuntuti, senang apa yang didengar tadi ternyata benar sempat sang bos tidak percaya. "Iya Hiro maaf."

"Jangan buat aku aja donk kalian juga makan, ini buat kita semua karena bisa kumpul lagi," pinta Hideki tidak melanjutkan makan menerima pemberian dan menaruhnya di meja. Yang lain mengiyakan dan Mayu menjawab dengan, "Ini spesial karena Kak Hideki datang ke sini setelah sekian lama! Ya kan teman-teman?"

"Sudah menemukan apa yang dicari?" tanya penjual jam dalam kesempitan ia berkesempatan mencomot sosis padahal ditatap Kuro mengartikan, "Pram tidak sopan, itu kan punya Hideki dari Mayu." Pram membalasnya dengan menjulurkan lidah mengartikan, "Hideki nyuruh makan kok."

"Sudah tetapi ada yang janggal, makanya aku ke sini," jawab Hideki melihat temannya satu persatu lalu menanyakan, "Tante Ryan, Kak Fak, Om Hikari, Cumi, dan yang lain kemana?"

"Kak Hikari dan Cumi kayaknya mencari cumi untuk menjual takoyaki," Hiro tidak yakin dengan jawabannya. "Mereka hari ini berjualan ke ibukota," yakin Radel membuka dan menawarkan sesuatu yang dibawanya tadi yaitu kue panda.

"Kak Ryan membersihkan penginapan seperti biasa, kalau Kak Faa jualan kapak kali ya?" balas Pram. "Heh Kak Faa bukannya bantuin Kak Ryan?" kaget Ai mendengar balasan Pram tampak tidak benar.

"Aku kira mencari kayu bakar," tambah Mayu membuat bingung kebenaran keberadaan Kak Faa. "Apa aku teriaknya kurang kenceng, jadinya yang muncul segini aja?" batin Kuro. "Apa yang muncul harus segini karena ceritanya akan panjang?"

"Rasanya di sana bagaimana?" tanya Hiro tetapi dibalas dengan tarikan nafas panjang Hideki kemudian memasang muka serius menyudahi basa-basi, beberapa temannya menyadari perlakuan anehnya. "Ada yang ingin aku tanyakan," pintanya tampak lirih seperti ada yang disesalkan. Hiro sendiri tidak masalah Hideki tidak menjawab tetapi batinnya bertanya, "Hideki kenapa?"

"Apa? Tanyakan saja, kita semua temanmu tentu membantumu," Radel mewakili semua teman-teman memberikan respons.

"Selama di Ibukota aku mendengar kota ini disebut kota mati, kota hantu, dan kota angker. Ada yang bilang karena sepi tidak dilalui dan tidak dipedulikan pemerintah menjadi kota rawan kriminalitas. Tetapi kenapa setelah aku di sini tidak ada kebenaran dari berita itu?" Hideki membuka teh pucek harum meneguknya.

"Seharusnya kamu bersyukur itu tidak benar kak," jawab Mayu datar namun menggema.

Hideki membuka tas ransel besar membuang pakaian ke segala arah hingga sempak terpakai di kepala Pram dan menemukan koran, "Aku bersyukur kok tapi ada bukti." Koran tersebut berjudul Pembantaian di kota hantu dan sub judul Arwah para penduduk bergentayangan. Hideki lemas menutup muka bingung mencoba menahan air mata dan isakan, menaruh kepalanya ke meja tidak ingin teman-temannya melihat betapa ganteng dirinya.

"Kami sudah pergi," beritahu Ai menepuk-nepuk Hideki dan Hiro menggoyang-goyangkan.

"Kita sudah di tempat yang lebih baik," lanjut Kuro mengajak semuanya mengelilingi Hideki yang menangos bahkan yang belum berperan di sini menjadi cameo karena telah pergi.

"Jangan berlarut-larut dalam kesedihan," tambah Radel dan semuanya mengucapkan, "Sampai jumpa lagi Hideki!"

Hideki terbangun mendapati dirinya tertidur di kasur hitam tentu ini kamarnya bernomor lima belas di Penginapan Angin sebelah Mayo Shop, dahulu sebelum ke Ibukota ia bekerja serabutan membantu teman-teman yang membutuhkan tenaganya. Pikirnya ia tertidur setelah sampai malam hari dan mendapati semuanya nihil sesuai di berita yang didengar. Teman-temannya telah tiada dan berpesan dalam mimpi agar Hideki jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Keluar dari kamar disuguhkan lorong penuh debu dan atap reyot berjalan perlahan menuruni tangga mengingat Tante Ryan dan Kak Faa selalu menyapu mengepel tidak pernah menyerah sementara Hideki mengeluh karena tidak ada pengunjung.

Aindomaret tepat di depan penginapan, apabila membutuhkan sesuatu dapat lekas ke sana tersedia semua yang dibutuhkan dengan pelayanan maksimal dari Ai dan Hiro. "Aku selalu membantu mengelap kaca kini telah pecah," ujarnya lirih melihat Aindomaret telah hancur berjalan keluar akan kembali ke Ibukota. Kedai Takoyaki Terang di sebelah kiri Aindomaret pun sama seperti telah dibobol sering sekali Hideki membeli, di sebelah kanan Aindomaret terdapat toko jam milik Pram yang di mana luarnya telah rusak tetapi dalamnya terang benderang. Hideki mengucek kedua matanya melihat kanan dan kiri memastikan kebenaran penglihatannya kedatangannya pertama kali di kota ini hanya menyisakan lampu jalan redup dan semuanya berantakan.

"Mereka tidak pernah menyerah, aku juga harus seperti mereka." Pisau sudah berada digenggaman memberanikan diri untuk masuk ke dalam, pecahan jendela bahkan jam berserakan di halamannya. Menunduk memasuki garasi yang tertutup setengah. "KLANG!" setiap Hideki melangkah selalu berbunyi berusaha perlahan lagi dan lagi menggeser pintu yang tertutup separuh menghalangi jalan, memasuki ruangan di sebalah kiri yang memancarkan cahaya dari jendela luar walau tertutup gorden robek, dan mendapati. "Mesin waktu?!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro