# 4 🌌
Kebahagiaan Dibalik Mimpi Buruk
Sedih rasanya ketika kebahagiaanku bersama sahabatku direngut paksa oleh ego dari diri kita masing-masing. Masalah ini bermula pada saat temanku menanyakan sesuatu, tetapi aku menjawabnya dengan kebohongan. Bukan berarti aku seorang pembohong, melainkan pada saat itu aku hanya bercanda. Yah, karena aku memang orangnya suka bercanda. Namun, ternyata temanku malah marah dengan ku kini. Kini aku hanya berteman dengan satu teman yaitu Karin dan temanku yang aku bohongi itu adalah Ratry dan Rahmi. Mereka sebenarnya orang yang humoris tetapi terkadang pula mereka serius.
Sudah dua hari kami berempat tak seperti biasanya. Aku, Ratry, Rahmi dan juga Karin tidak pernah berkomunikasi dan itu membuatku sangat sedih, apalagi mereka duduk di depanku dan selalu cuek terhadap celotehanku akhir-akhir ini.
Bel sudah menunjukkan jam pulang. Bahkan, seharian pun kami belum pernah bertatap muka.
Keesokan harinya, kami bertemu lagi di kelas. Seperti biasa dengan ulah jailku kuganggu mereka dengan beberapa candaan. “Try, Ami ke kantin yuk, kamu yang traktir yah, seperti biasa” sambil mencolek mereka berdua. Ternyata mereka tidak meresponku. Kupikir mereka telah memaafkanku. Jadi, aku mengganggu mereka seperti biasanya. Semenjak kejadian itu, aku yang mulanya seorang gadis yang periang, berubah menjadi gadis yang murung dan memilih untuk menyendiri
Pada malam hari, aku menyatakan sesuatu di sosial mediaku.
“Assalamu alaikum Ratry? Kamu marah yah sama aku? Kok gak ngomong-ngomong sama aku? Terus, kalau kamu memang marah, aku ngertiin kamu. Tapi, aku cuman bohong-bohongan kok, gak serius, aku cuman mau godain kamu ajah. Yah, walaupun udah kelewat batas sih, tapi intinya aku cuman mau minta maaf ajah sama kamu dan sama si Rahmi karena aku gak mau hubungan silaturrahmi kita terputus hanya karena keegoisan dari diri kita masing-masing dan aku ingin semoga esok hari kamu tersenyum dan menyapa aku layaknya seperti pada saat kita masih berteman dengan komunikasi yang baik”. Begitulah isi dari pernyataanku pada Ratry di sosial media yang aku kirim ke kronologinya.
Setelah beberapa menit masih belum ada balasan, mendingan aku liat TV aja, tetapi bukannya terhibur aku malah nambah nangis karena acara televisi yang aku lihat sedih banget apalagi tentang persahabatan. Akhirnya, aku putuskan untuk menyudahi melihat tayangan itu.
Lalu, aku pun membuka sosial mediaku dan ternyata masih belum ada jawaban dari permintaan maafku. Aku tidak berputus asa, kucoba untuk chat si Rahmi yang berisi permohonan maaf juga. Tetapi, hasilnya tetap saja nihil. Sama saja tak dijawab.
Malam ini pun menjadi malam kelabu yang membuat aku semakin sedih. Aku benar-benar tulus dengan persahabatan kami, tetapi balasan yang mereka berikan padaku tak seimbang dengan apa yang aku lakukan pada mereka, bukan berarti aku ingin imbalan, melainkan aku ingin dihormati seperti aku menghormati mereka, dan malam ini aku bertekad akan bersikap seperti biasa terhadap mereka. Kukuatkan hatiku untuk tersenyum dan menyapa walau nanti tak ada balasan dari mereka…
Tiba-tiba, aku terbangun dari tidurku, badanku penuh keringat yang bercucuran, aku langsung mengambil segelas air. Aku melihat jam dinding ternyata baru menunjukkan pukul 02.00. Aku tidak bisa mengugkapkan dengan kata-kata, aku harus tertawa atau menangis. Ternyata ini semua hanyalah bunga tidur. Aku pikir akan kehilangan sahabat terbaikku, ternyata… hehehehe. Aku masih termasuk orang yang beruntung lah.
Selama ini aku candain mereka dengan keterlaluan. Namun, mereka tidak pernah memasukkan ke dalam hati, dan menganggapnya biasa saja. Kini aku sadar bahwa, dalam bercanda tidak boleh juga keterlaluan. Setelah mengalami mimpi ini, aku tidak bisa lagi melanjutkan tidurku, aku memilih untuk membaca komik.
Waktu pun berlalu dengan cepat, adzan Subuh sudah berkumandan menandakaan shalat akan segera dimulai. Kuambil air wudhu dan segera melaksanakan shalat. Setelah itu, aku bergegas merapikan tempat tidur dan memilih untuk memasak nasi untuk bekal ke sekolah
Pagi telah tiba, ayam sudah berkokok keras, matahari perlahan mulai muncul menampakan dirinya dari arah timur. Pukul 06:00 aku sudah standbye dengan seragam sekolah putih abu-abuku.
Di kelas, aku menceritakan semua mimpiku ini kepada sahabatku itu, mereka semua tertawa lepas kepadaku. Kami bercanda seperti biasanya.
Kejadian ini membuatku benar-benar sadar bahwa dalam bercanda juga memiliki batasan tertentu. Sejak saat itu, aku sadar bahwa mereka adalah segalanya bagiku. Siang itu kami menghabiskan waktu berempat. Seperti biasa, saat jam istirahat kami makan bersama dan mengeluarkan bekal masing-masing. Siang itu kami berjanji untuk mengikat sahabat untuk selamanya dan tidak lagi mementingkan keegoisan dari kami masing-masing.
Kami memang berbeda, tetapi ikatan dan cinta kami yang membuat kita satu yaitu menjadi seorang sahabat. Bukan hanya hari ini, tetapi sampai ajal memisahkan kami, persahabatan ini akan terus melekat dalam jiwa kami masing-masing.
Waktu terus berlalu, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Begitupun seterusnya alur yang dilalui manusia. 3 tahun kami dipertemukan dan menjalin ikatan yang kuat. Kini, tibalah saatnya kita berpisah setelah dinyatakan lulus di Madrasah tercinta ini. Tetapi, aku percaya bahwa setiap ada pertemuan pasti ada yang dinamakan perpisahan.
Perpisahan itu akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, belajar dan kumpul bersama, dalam suka maupun duka. Setiap tetes air mata yang tertumpah di hari ini akan menjadi saksi atas jalinan yang selama ini kita simpul.
Tak ada kata yang pantas terucap wahai sahabat, hanya derai air mata yang selalu bercucuran, mengucap selamat jalan. Silakan lanjutkan perjuanganmu ke arah yang lain, di tempat yang baru, yang akan menjadi jarak pertemuan kita.
Tidak usah terlalu bersedih wahai sahabat. Berbahagialah, karena engkau akan menemukan suasana yang baru, bukan di sini lagi, tapi di sana. Perkuat langkahmu wahai sahabat. Yakinkan diri dan hatimu, hari esok pasti lebih cerah, hari esok adalah harapan yang harus diraih. Tetaplah dengan senyuman yang lebar, tatapan wajah yang ceria, dan tekad yang kuat. Hari esok adalah hari bahagia. Yakinlah wahai sahabat, cinta dan ikatan kita selalu satu. Kita akan bersatu selamanya, dalam cahaya persahabatan.
Sahabat… Segala rindu yang akan muncul, segala nafas yang akan berhembus, segala harapan yang akan kita raih, segala langkah yang akan kita ayunkan. Yakinlah di sana ada kesuksesan. Di sana ada keberkahan, dan di sana pasti ada cinta.
Sahabat… Biarkan aliran air mata ini jatuh sesukanya, biarkan dia mengalir, mengucap kata seindah-indahnya. Biarkan dia, karena air mata tak berarti sedih, air mata tak berarti duka, air mata juga merupakan lambang dari bahagianya hati. Biarkan dia menemani kita di hari ini. Biarkanlah, karena dia memang hadir untuk ini, untuk sebuah perpisahan.
Sahabat… Selamat melanjutkan langkahmu, selamat berjuang, selamat berjumpa lagi di lain waktu. Dalam senyuman yang lebih indah, yakinlah bahwa kita akan dipertemukan kembali dalam gerbang kesuksesan kelak.
Aamiin…
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro