Tidur di Hotel - Almahira_
Kau seharusnya masih terlelap dalam buaian alam mimpi, namun faktanya, kau terbangun dari tidur nyenyakmu. Bukan karena kamar sebelah membuat kebisingan di tengah malam—hidungmu hanya mendeteksi sebuah bau yang menyengat.
Kau menutup hidungmu dengan refleks. Dalam hati kau bertanya-tanya, mengapa di hotel seperti ini justru terdapat bau bangkai? Kau mulai menduga-duga kalau ada pegawai yang lupa membersihkan pojok kamar atau celah-celah sempit yang ternyata menyimpan sesosok bangkai tikus atau hewan pengerat lainnya.
Ketika jam menunjukkan pukul satu lewat tiga puluh menit, kau sadar bahwa kau sudah terbangun selama setengah jam. Kantukmu sirna begitu saja, bau menyengat itu membuat kau benar-benar kesal dan penasaran.
Pencarian pun kau lakukan. Setelah menyalakan lampu, kau mulai memperhatikan setiap celah sempit, begitu pula dengan atas lemari. Nihil. Kau masih tak bisa menemukan asal-muasal bau itu.
Merasa geram, kau mengumpat sedikit sebelum keluar kamar, hendak memprotes ke bagian staff atas kelalaian mereka. Kau pun memasuki lift yang ternyata sudah terdapat seorang pria paruh baya di dalamnya. Pria itu tersenyum, kau membalas senyumnya, begitu pula ketika dia menyodorkan tangannya, kau menjabatnya.
Tangannya dingin. Kau berpikir kalau pria ini pastilah akan protes tentang AC-nya yang terlalu dingin dan tak bisa dinaikkan suhunya. Berusaha meyakinkan dugaanmu, kau bertanya ramah padanya, "Apa kau juga memiliki keluhan? Maksudku, hotel ini sepertinya memiliki segelintir kekurangan yang cukup mengganggu."
"Oh ya?" sang pria tersenyum menatap wajah kesalmu. "Aku tidak memiliki keluhan. Memangnya kau ada?"
"Kamarku memiliki bau bangkai yang amat mengganggu. Aku tidak bisa tidur karenanya," ucapmu geram.
Pria itu menatapmu heran. Kedua mata birunya membulat sebelum kembali terarah kepada pintu lift yang masih menutup.
"Kau tahu? Seingatku di hotel ini ada kejadian seorang tamu meninggal tanpa sebab di kamarnya, selama berhari-hari tanpa diketahui seorang pun."
***
Kau tidak langsung menuju staff. Begitu sang pria turun di lantai tiga, kau menekan tombol menuju lantai 6 di mana kamarmu berada. Tanpa ragu lagi, kau benar-benar membongkar kamarmu sampai ke setiap sudutnya.
Begitu kau membongkar tempat tidur di mana kau tidur sebelumnya, jantungmu terasa seperti berhenti berdetak sesaat.
Di bagian bawah kasur, kau dapat melihat bekas cairan yang sudah mengering. Yang membuatmu ngeri adalah karena bentuknya seperti seorang manusia yang tengah tertidur.
Rasa panik dan takut memenuhi pikiranmu. Membayangkan ini adalah kamar tempat seseorang meninggal dan mengingat bahwa tempat kau tidur adalah tempat orang itu mati. Selama berhari-hari. Hingga mayatnya berlendir.
Kau sempat membatu beberapa saat, sebelum menyambar kopermu secara cepat dan merapikan barang-barangmu di sana. Tak butuh waktu lama sampai kau sudah siap, yang tanpa ragu segera meninggalkan hotel itu. Kau sudah tak perduli dengan komplain—itu bisa dilakukan lain hari.
Yang penting sekarang adalah menuju mobilmu dan pergi sejauh-jauhnya dari hotel ini.
Saat kau sampai di lantai dasar, seorang staff berdiri menatapmu dan kau balas menatapnya sengit. Namun sang staff hanya terdiam di sana, tak bergerak, bahkan tak berkedip. Kau mengucapkan satu makian untuk hotel itu dan staff-nya. Lagi-lagi, dia hanya terdiam.
Pintu hotel terbuka, menampakkan mobilmu yang terparkir rapi. Dan kau segera melangkah keluar.
***
"Hei, kau! Bangun! Apa yang kau pikirkan? Hei!"
Kelopak matamu terasa berat, tetapi akhirnya terbuka juga. Yang pertama kau dapatkan adalah rasa pegal di seluruh badan dan beberapa orang yang menatapmu heran. Kau menekuk alis, pandanganmu sedikit buram, sebelum akhirnya mendapati ada dua sosok pria dan sesosok wanita di hadapanmu.
Kau mengubah posisimu menjadi duduk. Tempat ini asing. Seingatnya tadi kau keluar dari hotel lalu—
Kau baru menyadarinya. Kau sedang berada di pemakaman.
"Apa yang kau lakukan? Tidur di atas makam seseorang? Kau pikir itu lucu?" seorang pria yang mengenakan topi mengomel kepadamu. Wajahnya menyiratkan ekspresi marah sementara kau sendiri bingung dengan apa yang sedang terjadi.
"Hei, Ral, tenanglah." Wanita itu menepuk pundak pria bertopi. "Kita tanyakan pelan-pelan padanya. Kau tidak lihat dia kebingungan begitu?"
"Ini...," kau memberanikan bersuara. Seraya mengedarkan pandangan ke sekililing, kau melanjutkan, "...apa yang terjadi?"
"Biar ku jelaskan." Seorang pria bertubuh tinggi berjongkok di hadapanmu. "Dua jam yang lalu, kami lihat mobilmu diparkir di depan pemakaman. Kami yang kebetulan sedang berjaga di sini akhirnya membuntutimu diam-diam. Kau melangkah tanpa arah, bahkan mobilmu lupa kau tutup pintunya."
Kau terdiam, mengingat-ingat kejadian itu. Benarkah kau melakukannya?
"Lalu kami memanggilmu, namun kau tak menyahut," sang wanita menyambung cerita. "Dan setelah berjalan cukup lama, kau tiba-tiba berbaring di atas makam ini dan tertidur lelap. Kami berusaha membangunkanmu, sayangnya kau tak kunjung bangun. Lalu selama pukul satu sampai sebelum kau terbangun tadi, kau menjerit-jerit tidak karuan. Bahkan matamu terbelalak. Kau seperti kesetanan."
Sebelum kau mencerna apa yang terjadi dan menyamakan kejadian itu dengan semua yang kau ingat, sang pria bertopi tiba-tiba menyahut, "Lalu ketika kami mencoba membangunkanmu lagi, akhirnya kau terbangun. Jadi tolong jelaskan mengapa kau melakukannya."
Kau menatap mereka bergantian. Ekspresi wajahmu berubah ngeri, takut, dan merinding. "A-aku ... seingatku tadi aku sedang tertidur di hotel."
"Kau bercanda?" lagi-lagi sang pria bertopi menyahut. "Daritadi kau hanya tidur di atas makam sepupuku!"
"Se-sepupumu?" Suaramu bergetar takut. Mengingat bahwa kau tertidur di atas makam itu pastilah sesuatu yang menakutkan, bukan? Apalagi jika ditambah dengan dirimu yang ternyata menjerit-jerit kesetanan.
"Ya, sepupuku!" si pria bertopi menyeru. "Baru saja meninggal seminggu yang lalu akibat serangan jantung ketika tidur di sebuah hotel."
Jantungmu kembali terasa berhenti berdetak.
.
.
.
END
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro