II
Rumor has it
.
.
Koridor sekolah ramai dipadati murid-murid, cahaya sang surya membias pada kaca-kaca yang terbuka, angin musim gugur berhembus lembut.
Amane kini berjalan sendirian di tengah keramaian tanpa Tsukasa, dia sedari tadi mengunci tatapannya ke luar jendela menatap bunga-bunga sakura yang berguguran seperti hujan salju di musim dingin.
Dia sudah terbiasa dengan kesendirian. Meski dia memiliki Tsukasa yang selalu mengekori, Amane tetap merasa sepi. Eksistensi saudaranya itu hanya menimbulkan luka. Pada tubuh. Hati. Dan jiwanya.
Jadi ketika disuguhkan pemandangan di depan, setidaknya ia jadi tahu satu hal. Bahwa bunga-bunga itu, yang dulunya bermekaran menghiasi Kamome dengan warna indahnya pada akhirnya mati menjadi serpihan. Amane merasa damai melihatnya. Bukan, bukan pada bagian terakhir, tetapi pada bagian di mana bahwa waktu penghabisan tidak dirasakannya sendiri.
Hatinya dahulu hidup, dikecup basah oleh linangan air mata haru orang-orang yang mengasihinya dengan tulus. Orang tuanya adalah malaikat tak bersayap miliknya pun demikian dengan Tsukasa.
Sebelum takdir mengubahnya.
Berita kepergian mereka datang begitu cepat seolah badai yang menerbangkan pasir. Amane hanya mampu terdiam menahan isakan yang berada di ujung lidah, siap menerobos pertahanannya. Didepannya tampak Tsukasa yang menggengam daun pintu, buku-buku jarinya memutih, matanya menatap Amane tanpa berkedip.
Kini mereka hanya memiliki satu sama lain.
Dan hati Amane sudah mati sejak hari itu.
Amane menghentikan langkah, mencari perumpamaan yang tepat dengan pemandangan dihadapannya.
Sakura yang berguguran, itu hatinya. Angin yang berhembus? Itu takdir. Matahari yang bersinar? Kebahagiaannya. Tubuh—
Amane membeku.
Tubuh?
Kemudian bunyi debuman keras terdengar serta jeritan dari para murid setelahnya.
Jantung Amane berdebar keras. Apa yang sedang terjadi?!
Murid-murid mulai berdesakkan, menghimpit tubuh ringkihnya. Amane tersadar lalu bersusah payah menerobos keluar.
Setelah berhasil, dia lantas berlari melawan arus, menabrak murid-murid penasaran dan hampir terjatuh.
"Sensei!" Amane berteriak, membuka kasar sebuah pintu di sisi kanan ujung koridor, tidak mempedulikan etika. Tsuchigomori tampak menatap jendela, membelakanginya.
"Hah... terjadi lagi."
"Apa maksud sensei?"
Tsuchigomori mengalihkan pandangan, berjalan mendekati Amane yang tampak menyedihkan dihiasi banyak luka memar.
"Kau tidak tahu? Kemarin Takeshi ditemukan meninggal terlilit kabel di lab komputer."
"Sekarang murid SMA."
Tsuchigomori mengambil kotak P3K dan mengisyaratkan Amane untuk duduk.
"Sepertinya dia sudah kembali..." bisik Tsuchigomori, melonggarkan perban yang dililit asal-asalan di tubuh Amane. Dia hanya menelengkan kepalanya bingung dan mengurungkan niatnya untuk berbicara.
"Nah, sudah selesai. Sekarang pergilah."
Amane terdiam sebentar namun setelahnya berpamitan. Setelah menutup pintu perlahan, dia bertanya-tanya mengapa Tsuchigomori tidak secerewet biasanya.
"Ne, ne kau sudah dengar? Misteri sekolah ketujuh, Si Gadis dari Neraka."
"Eh? Bukannya hanya ada enam?"
"Itu yang diketahui selama ini, tapi sebenarnya ada tujuh."
"Kurasa insiden ini berhubungan dengannya."
Langkah Amane perlahan memelan, lalu terhenti sama sekali. Ia berpura-pura menatap ke luar jendela.
"Ada yang mengatakan jika kau mendatangi pohon momiji di belakang sekolah, tepat tengah malam, kau bisa memanggilnya."
"Sungguh aneh," ujar gadis yang satunya, mengernyit.
"Dan hanya satu jenis permohonan."
"Apa itu?"
"Balas dendam."
Gadis tadi mengerjap, "Sungguh berbahaya."
"Memang." Mengendikkan bahunya."Tapi ingat, kau harus bersungguh-sungguh dengan permohonanmu."
Mata Amane kini terpaku pada pantulan sepasang violet yang tajam, menangkap basah dirinya yang sedari tadi menguping.
"Jika tidak, kau akan hangus dibakar."
Bunyi bel menggema, pertanda waktu makan siang telah usai.
Amane tersentak dan bergegas pergi.
Misteri sekolah, huh.
.
.
.
.
.
A/N:
Terima kasih teman-teman yang udah membaca dan ngasih vote + comment!!
Aku berterima kasih bangeeet udah mau sempatkan waktu membacanya.
Aku sebenarnya senior di tahun terakhir, jadi, begitulah nggak bisa sering2 update. Maaf ya. Tapi mungkin aku bisa sempetin buat update diselang waktu-waktu senggangku.
Sekali lagi aku ucapkan maaf dan terima kasih udah mau menunggu cerita ini!!!
Wıтн Lσυe,
ℂσrđelıαℝızσlυeт
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro