Game 01 : A Girl Who Falling Down From The Dark Sky
'Bagus, hari ini pun kau mendapat peringkat pertama disekolah...'
'Katanya kau berhasil memenangkan seluruh kompetisi di pekan olahraga sekolah? Kerja bagus nak!'
'Hari ini pun jangan terlambat oke?'
'Dengarkan selalu kata gurumu...'
'Sudah ibu bilang jangan bermain dengan anak itu!'
'Kenapa kau tak mendengarkan kata kata kami?!'
'Dasar anak nakal!'
'Tak tahu diuntung!'
'Seharusnya aku tak melahirkanmu!'
'Anak tak berguna!'
'Sampah!!'
'Seharusnya kau tak perlu hidup sekalian, dasar anak tak berguna!!!'
Berisik sialan! Aku sudah 'selalu' mendengarkan dan berbuat seperti apa yang kalian suruh! Aku lakukan semuanya! Belajar, melakukan ini itu, mencari perhatian guru, berteman dengan teman yang berbakat, menjauhi orang orang yang kalian larang, pagi siang sore malam belajar belajar dan belajar! Tak boleh bermain seperti anak lainnya diluar sana! Diperlakukan seperti alat hidup yang dipergunakan hanya untuk kejayaan finansial semata! Aku... Aku... Aku sudah--
Aku sudah mencapai batasku--
Brak!
Prang!
" AKU SUDAH BOSAN, BAN*SAT!!! "
Ya ya aku akan pergi dari sini! Aku tak akan kembali lagi kerumah sialan ini! Kaya juga tidak tapi sok sokkan mengatur segala! Aku sangat membenci rumah beserta penguninya ini! Kalau bisa mati saja kalian semua--
" Aku... Benci Nii san! "
Deg!
* * * * * * *
Deg!
" Hah?!! " kubuka mataku paksa, ku lihat pula sekelilingku heran, setelah sudah pasti dengan keadaannya kuhembuskan nafasku panjang.
" Haaa... Mimpi... Ya? " kukeluarkan suaraku dengan nada tak bersemangat. Belakangan ini jujur saja aku sering memimpikan tentang kejadian 3 tahun yang lalu. Ya, aku selalu memimpikan kejadian dimana aku melarikan diri dari rumah. Ketika masih kelas 2 SMP aku melarikan diri dari rumah akibat perilaku kedua orang tua yang telah bersikap semena mena terhadapku.
Awalnya pelarian waktu itu terasa amat sulit diakibatkan cuaca yang tak mendukung sama sekali saat itu. Parah sekali, ketika aku melarikan diri pada saat itu juga badai salju menyerang. Seluruh kota Akihabara hampir terpendam oleh tumpukan salju. Karena terlalu lelah, lapar dan sebagainya aku ditemukan jatuh terkubur ditumpukan salju ditengah tengah trotoar yang beruntungnya diriku ditemukan oleh orang berhati baik dan diasuhnya pula diriku selama 3 hari dirumahnya- disebabkan diriku yang mendapat demam secara tiba tiba akibat aksi nekatku.
Setelah sembuh kuceritakan semua kejadianku pada wanita paruh baya yang baik hati itu. Ia terlihat prihatin padaku dan menawarkanku untuk tinggal serumah saja dengan mereka- Wanita paruh baya itu bersama anak perempuan dari wanita tersebut. Namun penawarannya kutolak dengan alasan tak ingin merepotkan mereka ber 2 lebih dari ini. Aku mengatakan rencanaku yang ingin tinggal setidaknya disebuah apartemen kecil atau apalah itu.
Entah hari itu adalah hari keberuntunganku atau tidak wanita paruh baya itu mencarikan sebuah apartemen kecil yang bayarannya lumayan jika dibayari dengan uang part timer atau uang kerja sambilan.
Letak apartemen itu berada agak- bukan... Lumayan jauh dari rumah mereka jadi mereka tak bisa setiap hari mengunjungiku. Sekali dua kali dalam sebulan putri dari wanita paruh baya itu mengunjungiku untuk sekedar memberi makanan selama seminggu dan terkadang juga memberikanku uang saku untuk disekolah. Ya, wanita paruh baya itu baik sekali. Aku sangat berhutang budi padanya juga anaknya. Bahkan aku diperbolehkan untuk memanggilnya dengan sebutan 'Ibu'.
Segera kubangkitkan diriku dari futon (kasur tipis) yang kutiduri, aku merapikannya dan melipat selimut yang kupakai tadi malam. Setelah beres kubersihkan diriku, bersiap untuk kesekolah tentu saja.
" Aaa yabai (gawat) sekarangkan giliran piketku... " aku segera memasang dasiku dan bergegas berlari menuju pintu. Kubalikkan badanku kebelakang, menatap ruangan kecil rapi yang tersusun didepan mataku dengan tatapan tak dapat diartikan.
" Aku berangkat dulu... "
Hening.
Kuhembuskan nafasku sembari tertawa kecil, kututup kembali pintu apartemenku perlahan lahan dengan senyuman miris terpampang jelas diwajahku.
" Apa yang kuharapkan sih? Aku kan tinggal sendiri bodoh... "
'Mana ada orang yang akan mengatakan selamat datang dan hati hati dijalan pada orang yang tinggal sendiri sepertiku?'
- Skip Time -
" HA RU TO!!! Kesini kau sialan!!! "
" Argh!!! A- apa yang kau lakukan?! Le- leherku... "
Baru saja tiba disekolah entah datang dari mana sosok bersurai kecoklatan itu datang, dia tiba tiba saja datang menubrukku sambil menaruh tangannya dipergelangan leherku, membuatku tercekik akibat daya kekuatannya yang melebihi gorilla Amerika manapun.
" Heh sakit sialan! Le- lepash... Urgh... Arata! "
" Haha rasakan itu! Siapa suruh kau kemarin pu-- "
Plak!
" Ouch! Sakit! Bre*gsek! Siapa yang memukul kepala-- eh... Hahaha A- Ayame sensei... "
Dibelakang Arata- Ohara Arata, teman sekelas sekaligus sahabatku sejak masuk SMA ini berdirilah sesosok wanita tinggi tomboy bernama Takigawa Ayame sensei, umur 24 tahun, tengah menatap bosan pada kami.
Wali kelas kami yang berperawakan jangkung dengan tinggi sekitar 174 cm itu berkacak pinggang menatap kami, ia menghembuskan nafasnya lelah. " Kalian lagi kalian lagi... Kiryuu... Ohara... Bisakah kalian tak bertengkar didepan pintu masuk? Kalau mau bertengkar itu dilapangan sana... " Takigawa sensei menunjuk bagian luar koridor dengan dagunya. Terlihat jelas dia sudah bosan dengan kelakuan kami setiap harinya didepan maupun didalam kelas.
Arata tersenyum riang, ia segera menggaet tangan Takigawa sensei dan berlaku mesra dihadapanku.
" Hehe~ jangan dingin begitu dong Ayame chan sensei! Lagipula siapa juga yang bertengkar? Tadi itu ritual para cowok berdekatan di pagi ha-- aduhduhduhduhduh! "
" Ya ya ya ya dan ini adalah ritual para cewek untuk berdekatan dengan cowok yang otaknya geser seperti dirimu ini! Cepat duduk! Pelajaran akan segera dimulai! "
" Aaaah!!! I- iya iya aku mengerti, makanya lepaskan cubitanmu aaaaaaa!!! "
" Pffft-- "
Aku menahan tawaku ketika melihat pipi Arata melar merah akibat ditarik sekuat tenaga oleh Takigawa sensei. Kami berdua segera duduk dibangku masing masing kami. Arata yang kebetulan duduk didepanku bersungut sungut kesal. " Auw auw auw rusaklah sudah wajah masterpieceku ini! Huhuhuhuhu maafkan aku ibu ayah... Wajah anak tampanmu ini telah dicemari! "
" Huuuuu!!! "
Seluruh kelas menjerit riuh, ada pula yang melempar bola kertas ke wajah Arata, sedangkan yang tengah dibully malah cengengesan tidak jelas.
" Hei hei hei kalian semua diamlah! Cepat buka buku kalian! Kita latihan! "
" Apa?! Pagi pagi gini kok langsung belajar sih sensei?! " terdengar suara protesan bergemuruh dimana mana, suasana kelas menjadi kacau. Kulihat aura hitam yang mulai keluar dari tubuh sang iblis SMA Hakunoseki yang melegenda ini. Kusumbat telingaku dengan kedua tanganku dengan kecepatan super sonik. Yabai--
" BERISIK!!! KALIAN INI MURID KELAS 11 SMA ATAU MURID SD HAH?! SEKARANG DIAM ATAU KUKURUNG KALIAN SEMUA DIGUDANG SEKOLAH! MENGERTI TIDAK HEH BOCAH SIALAN??! "
JDEEERRRR!!!!!!!
" Ha- haik gomen nasai sensei!!! "
Bagai dicambuk oleh sengatan petir raja di maha raja, seluruh siswa banjir keringat dan segera membuka buku latihan mereka masing masing secara tergesa gesa beda halnya dengan Arata yang malah senyam senyum bahagia sendiri didunia fantasinya.
Kulihat ekspresinya tersebut sambil tersenyum kecil.
'Huh, dasar...'
* * * * * * *
Ting! Tong! Ting! Tong!
Suara lonceng istirahat pun berbunyi keras, membuat kami sekelas lega bukan main. Hampir saja kami semua mati gaya karena tumpukan soal laknat didepan kelas!
" Baiklah silahkan keluar... " Takigawa sensei menutup bukunya lalu mempersilahkan kami keluar dari kelas setelah dirinya telah beranjak pergi terlebih dahulu dari kelas.
" Haaa... " aku mendesah lambat. Kulonggarkan ikatan dasi bajuku yang mencengkeram kuat leherku tak lupa melepaskan 2 buah kancing baju kemeja putihku. " Sumpah deh neraka lagi bocor kali ya? Panas banget sialan! " gerutuku tak terima. Padahal setelah ini aku harus pergi bekerja dimarket didistrik xx dan badanku sudah bau cuka begini! Bisa bisa sebelum diriku memasuki market bokongku sudah terlebih dahulu ditendang keluar dari marketnya.
" Ya iyalah bego sekarang kan emang lagi musim panas tolol... " Arata berkata sambil mengipas ngipas sebuah buku cetak tebal kearah wajahnya. Kudelik tajam dirinya. " Biasa aja gak bisa hah? Minta mati ya? "
" Dih bro selow lah... Lu nyante amat ngatain 'mati' gitu, kalo beneran kejadian ama lo gimana? " ucapnya mewek mewek gak jelas membuatku berdecak jijik. " Ga usah sok sok bro broan ama gue kampret gue tendang lu dari jendela kelas kelar hidup lu! "
" What?! Serius lu??! Ini kan lantai 6 njir-- "
" Dih laki laki berisik ih! Gak liat apa kami lagi ngapain hah?! " seorang gadis bergaya rambut pony tail memarahi kami. Arata refleks menarik tanganku keluar dari kelas, mau tak mau aku harus mengikutinya agar tak diamuk oleh perempuan sekelas. " Iya iya kami pergi nih! Udah diam nih! Udah-- "
" BACOT LU OHARA! UDAH PERGI AJA SANA B@N*S@T! "
'hilih pentil biasa aja napa...'
Yah mana mungkin aku bisa mengatakannya sekarang bisa bisa kepalaku sudah dilempari tas tas cewek yang isinya cuman perlengkapan rias doang.
" Dih galak amat tuh anak... Ya kan Harurun? " Arata menaruh tangan kanannya pada bahuku yang kemudian kutepis kasar. " Jelas jelas lu provokatornya malah gak sadar diri... Terus siapa juga yang kau panggil panggil Harurun itu... Najis tau! " gumamku lambat. Arata memandangku heran.
" Heh? Lu ngomong apa tadi? Gomen gak kedengaran... Ulang lagi dong... "
" Gak ada tombol repeat, anda kurang beruntung coba lagi seabad kemudian... "
" Njir wakakakakaka yakin tuh lu masih hidup? "
" Berisik! Cepetan kekantin! Dah keburuan lapar nih! "
" Hahahaha okok! "
Siapa sangka bahwa kehidupan normalku ini hanya akan berakhir sampai disini? Karena setelah ini--
--Awal dari sebuah rasa keputusasaan yang pekat akan dimulai...
- Skip Time -
Tik!
Tik!
Tik!
Tik!
Tik!
Tik!
Tik!
Suara alunan dentingan jam tiada akhirnya bergema ditelingaku. Membuatku sedikit kesusahan untuk fokus mengerjakan tugas bahasa inggris dihadapanku dengan tenang. Kugigit bagian bawah bibirku frustasi. Kugaruk garuk kepalaku kasar lalu kutatap jam sialan didepan kelasku garang.
'jam sialan itu tak bisa diam apa?! Kalau begini terus aku akan--'
Ting! Tong! Ting! Tong!
" Ya! Silahkan dikumpulkan! Setelah itu berdoa ya, yang piket jangan lupa! "
" Haik sensei... "
" Gah... " 'Tugasku belum selesai keparat kau...' kembali diriku menggerutu sambil menyerahkan buku tugasku pada sensei sexy yang kebetulan adalah seorang bule yang sedang magang disekolahku. Aku tak terlalu menyukai sensei sadis ini, coba karena bukan pr pr nya yang luar biasa banyaknya itu mungkin aku tak akan menggerutu seperti ini.
" Siap? Berdiri... Beri salam! "
" Arigatou gozaimashita Arezanduria (Alexandria) sensei! "
" Yes, kalian semua juga... "
Blam!
" Wah gila otakku udah korslet sekarang nih... Bagaimana denganmu Haruton? "
" Otakku sudah terbelah menjadi 2 bagian sekarang dan juga berhentilah memberiku julukan julukan anehmu itu! " aku mendesis kesal sambil menjaga jarak darinya. Seperti biasa kami berdua pulang bersama disebabkan jalan pulang kami yang searah.
" Hehe kan lucu-- "
Drap! Drap! Drap!
" Oi Ohara! Kesini kau sialan! Apa apaan nilai latihanmu ini?! " tidak terkejut dengan raungan ganas seorang makhluk jahanam, kami membalikkan diri mendapati Takigawa sensei tengah tergopoh gopoh berlari sambil membawa selembar kertas yang sepertinya adalah kertas tempat kami menjawab isi ulangan matematika tadi pagi. Kulirik Arata jengah. Kubisikkan sesuatu padanya " Psst! Lagi lagi kau mengosongkan isi lembar jawabanmu yah? Gak bosan apa ditegur Takigawa sensei terus? " kuucapkan kata kata tersebut dengan nada prihatin pada Takigawa sensei, Arata malah memperlihatkan cengiran anehnya padaku dengan tenang.
" Tak apa... Kau kan tahu aku melakukan itu karena-- "
" Heh! Malah ngobrol kau! Ikut aku keruanganku... SEKARANG JUGA! "
Greb!
" Euw! Iyha iyha suenshei! "
Kulihat Takigawa sensei yang sedang emosian menjewer pipi Arata lagi, menarik bocah kekanak kanakkan itu keruangannya tak memperdulikan tatapan tatapan aneh orang lain padanya.
Kuhembuskan nafasku kasar lalu aku pun berbalik arah kearah gerbang sekolah untuk segera ketempat kerja sampinganku berada. " Anak itu... Kalau memang suka dengan sensei jangan cari masalah begitu dong, kau itu bodoh apa? Hah... Ya ampun... "
Sembari tertawa ringan aku pun melangkahkan kaki menjauhi lingkungan sekolah.
* * * * * * *
Kring! Kring!
" Ah, selamat datang! "
Seperti biasa dihari senin hingga kamis aku bekerja sampingan sebagai kasir suatu market kecil diujung distrik tempat diriku tinggal, dihari jumat dan sabtu diriku bekerja part timer malam sebagai waiter disuatu cafe kopi biasa yang letaknya agak jauh dari apartemenku berada. Sebenarnya pekerjaan sebagai waiter ini kurahasiakan dari ibu. Soalnya ibu tak akan mengizinkanku mengambil 2 pekerjaan sekaligus. Sedangkan mengambil pekerjaan menjadi kasir saja aku sudah sangat berjuang untuk meyakinkan ibu apalagi jika kukatakan kini aku ikut bekerja disebuah cafe. Hah... Bisa jadi panjang penjelasannya...
" Yang kubutuhkan sekarang itu adalah uang lebih... " aku bergumam lambat sambil mengecek harga harga barang yang dibeli oleh pembeli. Pembeli itu menatapku heran " Apa nak? "
" Eh? Oh tidak! Tidak bukan apa apa kok bu! Maaf saya sedang bicara sendiri haha... " oh sial aku bergumam terlalu keras ternyata... Malunya...
" Har- harganya 150¥ yen... Terima kasih silahkan kembali lagi... "
Kring! Kring!
" Hah! Aku capek... " setelah pintu tertutup kembali kududukkan diriku dikursi sambil menyesap kopi dingin yang baru kuambil dari vending machine sebelum datang ketempat kerjaku ini.
Baru juga menyesap setengah isi kopi tersebut kemudian--
Kring! Kring!
" Uhuk uhuk! Se- selamat-- uhuk uhuk! " akh sial aku tersedak!
" Oh Kiryuu kun! Kau tak apa apa?! " seorang bapak bapak tua dengan cekatan mengambil satu air mineral dari fegerator dan memberikannya padaku. Segera saja kutolak minuman mineral itu sambil menggeleng gelengkan kepala tak ingin.
" Ti- tidak perlu bos! A- aku baik baik saja! A- aku hanya terse-- uhuk uhuk uhuk! " argh batuk sialan! Enyah kau!!!
" Tak apa tak apa! Minum saja Kiryuu kun! Kau bisa tercekik! " setelah dipaksa paksa untuk meminum air mineral kotak yang berukuran sedang itu aku pun terpaksa meminumnya disebabkan batukku yang kian menjadi jadi.
" Urgh... Mm... Gluk gluk gluk... Guh.... Uhuk uhuk! Haa haa haa... " le- leganya!
" Moshi moshi Kiryuu kun? Kau tak apa kan? "
" Eh? Oh terima kasih banyak bos, biar kubayar-- "
" Wah tak apa! Tak usah dibayar! Anggap saja itu hadiah atas ketekunanmu dalam bekerja selama ini! " bapak bapak yang berprofesi sebagai bos ku itu tertawa renyah ala bapak bapak berumur kepala 5 dengan wibawanya. Membuatku sangat menghormati dirinya yang pemurah tersebut.
Mengulum senyum, bos merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan sebuah amplop coklat dari dalamnya. Mengulurkan amplop tersebut padaku ia berkata " Tapi jika hasil kerja kerasmu hanya dihadiahi dengan sebotol air mineral rasanya tak benar ya? Ini... Setelah ini kau boleh pulang kerumahmu Kiryuu kun, selamat berjumpa lagi hari senin esoknya lagi... "
Kubolakan mataku kaget, tak percaya dengan apa yang kuterima. Amplop ini berisi-- " Uang? " Tapi bos, seharusnya gajiku diberikan diakhir bulan ini bukan? Lagipula sekarang ini masih awal bulan-- " kuprotes keputusan bos dan berusaha mengembalikan uang tersebut kembali ke kedua telapak tangannya. Namun tanganku segera ditepisnya seraya berucap " Tak apa Kiryuu kun! Selama ini kau sudah berusaha keras disamping kegiatan belajarmu, kau patut mendapati hadiah yang pantas! Market ini akan kututup seminggu ini karena urusan keluargaku, selama seminggu itu pula pergunakanlah uang itu sesuai kebutuhanmu ok? "
" Bo- bos... A- arigatou gozaimasu! " terharu dengan penuturannya pun, aku mengganguk kecil menerima sejumlah uang yang tak sedikit dan tak terlalu banyak itu dengan beberapa tetesan air mata berjatuhan membasahi kedua pipiku.
Rasanya hangat sekali...
Perhatian ini...
Sungguh menyenangkan...
* * * * * * *
Kring! Kring!
" Silahkan datang kembali... "
" Fuh... " setelah keluar dari kedai kelontong kecil yang sedang diskon daging ikan tuna murah, kugosokkan kedua telapak tanganku bersamaan guna menciptakan setidaknya sekelejar kehangatan ditelapak tanganku. Kulihat langit malam yang begitu gelap- aku tak tahu kenapa tapi aku merasa bahwa cuaca malam ini tampaknya tak terlalu-- bahkan terlihat sangat tidak bersahabat.
" Langit... Sedang mengamuk ya? Gelap sekali... Apa sebentar lagi akan turun hujan? Kalau begitu aku harus pulang lebih cepat lagi... " kumasukkan kedua tanganku kedalam saku almamater sekolahku dan berjalan cepat melalui jalanan yang mulai ramai dengan orang orang yang mencoba melindungi diri dari perkiraan kemungkinan akan turunnya hujan lebat. Kutengok kiri kananku-- uh...
" Sayang! Sini! Nanti kamu kehujanan loh! "
" Iya iya ini kan sedang lari! "
" Mau dipeluk gak yang? "
" Jangan coba coba ok? "
" Sayang!~ "
" S a y a n g ! ~ "
Kunaik turunkan alisku jengkel mendengar suara suara rengekan para couple tak tahu diri disekitarku. Disaat aku tengah bersusah payah bekerja demi mencari sesuap nasi untuk kehidupanku sehari hari mereka malah enak enakkan bergelimangan harta orang tua mereka masing masing! Betul betul--
Bikin IRI tau!!
" Tch! Mereka kira dunia ini hanya milik mereka saja ya? Lalu aku ini apa ha? Mahkluk transparan gitu?! Heh gini gini aku juga ingin punya pacar tahu! Aku kan juga laki laki!!! "
Berteriak tak terima, diriku berhenti berjalan ditengah tengah jembatan besi dipinggiran kota. Berteriak kesal meneriaki semua uneg uneg hidupku dengan lantang. Yah tempat ini sudah jauh dari tempat kelontong terpencil tadi, jadi seharusnya tak kan ada yang bisa mendengar suara keputus asaan, kejengkelan, dan keirianku pada semua orang yang baru saja kutemui hari ini.
" Padahal... Kupikir jika aku bisa melarikan diri dari rumah terkutuk tersebut aku akan mendapatkan kebahagian yang sebenarnya... Tapi apa? Bukannya bahagia aku malah tambah tersiksa? Pulang sekolah langsung bekerja paruh waktu, tak dapat bergaul dengan baik, aku juga sudah banyak menyusahkan ibu, aku juga sudah menyakiti Natsume dan Akira... Aku mungkin memang tak berguna... " meneteskan air mata, kuremas pegangan jembatan dengan erat. Frustasi. Aku hatiku sakit...
'aku benci nii chan!!!'
'maaf Natsume... Onii cha--'
'Jangan dekati aku lagi! Aku benci onii chan! Benci!!!'
--Aku tak ingin menyakiti hati seseorang lagi demi ke-egoisanku sendiri...
" Haaa... Andai saja ada malaikat yang jatuh dari langit lalu memberikanku sebuah mukjizat mungkin aku setidaknya akan mendapatkan kembali kepercayaan diriku sebelum kabur dari rumah... Well~ gak mungkin juga sih, mana mungkin seorang malaikat terjatuh tiba tiba-- "
Jder!
Crash!!!
" --dari langit... Eh? Pe- petir? Lubang apa itu-- a?! "
Srek!
Rambutnya yang berwarna putih keperakan itu bersinar terang dibawah ledakan dan kemurkaan sang langit...
Badannya yang dibaluti oleh jubah panjang berwarna hitam yang serupa dengan malam itu berkibar kibar dengan anggunnya...
Tubuh tak berdaya seseorang yang sama sekali tak kukenali itu perlahan jatuh kepermukaan bumi, cepat tapi pasti--
" Gawat! Dia akan jatuh ke sungai! "
Bruuuk!!!
Tanpa adanya keraguan kulempar kantong belanjaanku kejalanan, membiarkan isinya berceceran dijalan dan segera melompat kearah gadis tersebut, kupeluk erat tubuh dinginnya seraya membalikkan tubuhnya agar dirinya tak mengalami benturan ketika terjatuh. Tapi tunggu dulu...
--kenapa aku menolongnya?
BYURRR!!!
SPLASH!
" uhuk uhuk! Ah! air sungainya terminum! Uhuk uhuk!!! Ta- tapi... Syukurlah... Dia sepertinya tak apa apa... " memejamkan mata seraya bersyukur, aku pun segera melihat keadaan si gadis misterius tersebut.
" Uh... Dia ini... Pingsan kan? Eh? EHHH?! DI- DIA GAK PAKE BAJU APAPUN??! " astaga astaga... Aku... Shock! Ya tuhan dia telanjang! Tak ada apapun dibalik jubah hitam tersebut! Oh demi lawakan Arata setiap harinya... Apa yang sudah aku lihat barusan?!
" Ta- tapi tunggu dulu... Perasaan tadi dibagian perutnya aku seperti melihat sesuatu yang... Ah... "
DEGH!!!
Da...rah?
" Ini... Darah bukan? "
Apa apaan ini? Dia... Sedang terluka?!
To be continued...
Next Time, " Game 02 : Are You An Angel? "
09 Maret 2018
Alice_Luciole24
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro