Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26. Sam Takut


Hai teman teman.... Aku update.... Maafin aja kalau ada yang gak sesuai tempatnya wkwkw. Ntar pas revisi ualng aq perbaiki semua. Ini hanya karena buru-buru, biar teman teman... bisa langsung baca dengan update cepat dari biasanya. Terima kasih jangan lupa bintangnya...

Sam memasuki kamar Nicolas— kakak Nic. Remaja itu celingukan saat memasuki kamar bernuansa maskulin tersebut. Sam langsung mengganti bajunya denga baju milik Nicolas yang dipinjamkan Nic. Sebuah kaos lembut berwarna putih dan celana joger berwarna khaki. Pakaian itu muat untukknya. Tubuh Sam memang agak besar dan seukuran oria dewasa.

Sam menatap kamar yang tentu saja rapi meski pemiliknya sudah enam bulan ke Papua. Nicolas kakak Nic adalah seorang perwira angkatan darat yang kerap bertugas ke berbagai daerah di Indonesia. Terlihat dari beberapa foto Nicolas yang terpampang di dinding kamar. Nicolas sangat mirip dengan Nic, dalam foto itu Nicolas mengenakan seragam loreng dengan baret hijau di kepalanya.

"Kayaknya keren ya, jadi tentara. Tapi kayaknya aku lebih cocok jadi Satpol PP," tukas Sam.

Sam langsung menduduki single bed di kamar itu. Tak bisa dipungkiri beberapa kali dia teringat ucapan dari terawangan Mas Ari. Katanya, dulunya dia adalah senopati kerajaan. Antara percaya dan tidak percaya, mengapa harus zaman dulu, dan mengapa sekarang dia justru jadi remaja pemalas belajar.

"Gak jadi jendral enggak apa-apa, lah. Pokoke aku berguna bagi nusa dan bangsa," tukas Sam.

Kembali Sam mengingat kisah Gandrung Ganindra yang dikisahkan Mas Ari dari terawangannya. Gandrung adalah prajurit setia kerajaan, selain jabatannya adalah senopati, dia adalah sahabat sang putra mahkota.

"Putra mahkotane, Om Arga," gumamnya.

Ari bercerita pada Sam kalau Gandrung diminta Yuwaraja mencari gadis yang telah memikatnya. Setelah Bimasesa memberikan laporan kalau Nyai Damar Asih tidak tahu siapa gadis itu. Gandrung berencana akan mencarinya sendiri. Pria gagah itu mencari siapa gadis tambatan Sang Yuwaraja.

Menurut cerita Ari, Gandrung yang gagah perkasa itu suka bermeditasi di Sungai bagian ke hulu. Pria itu mendalami ilmu kanuragan dan tenaga dalam untuk bekal melindungi kerajaan. Saat memulainya dia duduk bersila dan memejamkan matanya.

Di atas tempat tidur, Sam mengikuti duduk bersila Gandrung yang seperti diceritakan Ari. Remaja itu mencoba memejamkan mata, siapa tahu bisa seperti Gandrung. Namun, beberapa saat memejamkan mata, Sam langsung dikejutkan oleh suara petir yang menggelegar.

"Hah, astaga," ucapnya terkejut.

Sam berdebar dan napasnya tersengal karena terkejut. "Ah, enggak bisa gini, nih. Kaget aku sumpah!"

Kalau di rumah, dia bisa memanggil emak atau ayahnya. Namun, kalau di sini? Sepi, hanya ada Nicole. Mengingat orang tua Nicole sudah meninggal, Sam sebagai tamu menjadi takut. Remaja itu langsung keluar kamar menuju kamar Nic.

Dia berlari-lari dan makin kaget kala melihat lukisan ibu dan ayah Nic yang mendapatkan cahaya dari kilatan petir. "Hah, ampun, Biyung!" ucapnya berlari menuju kamar Nic.

***

Di kamar Nic, Nic yang akan tidur mendadak sayup-sayup mendengar suara pintu kamarnya diketuk seseorang. Mencoba kembali mendengar ketukan itu dengan saksama.

"Tante, tante. Udah tidur?"

Nic mengerutkan kening. Dia baru sadar kalau ada Sam di rumahnya. Ya, Nic mempersilakan Sam menginap di rumahnya dan tidur di kamar Nicolas. Nic merapikan rambutnya segera. Wanita itu heran mengapa Sam tiba-tiba memanggilnya. Bukankah seharusnya Sam langsung tidur karena dia terlihat sangat lelah.

"Tante ..., ini Sam," panggilnya.

"Iya, kenapa, Sam?" tanya Nic dari dalam.

"Tante, buka pintunya," ucap Sam.

Nic membuka pintunya dan langsung melihat Sam yang sudah menggaruk kepalanya sambil tersenyum kecut. Remaja itu menduk sejenak lalu tersenyum lagi. Tampak dari wajahnya kalau dia mengginginkan sesuatu.

"Kamu belom tidur?" tanya Nic.

Sam hanya menjawab dengan gelengan dan bibir yang mengerucut.

"Kamu tadi kayak kelihatan capek. Ya udah, kamu tidur lagi aja ya!" perintah Nic. Setelahnya dia mencoba menutup pintu, tetapi ditahan oleh tangan kekar Sam.

"Loh, kenapa?" tanya Nic.

"Sam takut," ucapnya pelan nyaris seperti anak kecil.

"Ya ampun, Sam. Kenapa takut, sih. Kamu kayak anak kecil, deh," ucap Nic.

"Tante, Sam takut," ucapnya kembali sambil memainkan tangannya.

"Tenang aja rumah saya aman, kok," timpal Nic.

"Sam nggak biasa di sini, rumah Tante besar banget, serem!"ujar Sam dengan masih memainkan tangannya.

"Ya ampun, masa jagoan sekolah takut sih," goda Nic sambil tertawa pelan.

"Sama aja, jagoan sekolah tetap punya rasa takut, Nte," jawabnya.

"Ya ampun, ha ha ha. Enggak ada apa-apa kamu tenang aja," ucap Nic menenangkan Sam.

"Kalau Sam diculik gimana?"

"Nggak akan ada yang culik kamu, Sam. Rugi penculiknya, kamu bakalan ngerepotin karena makan nasi padangnya banyak banget," canda Nic.

Sam terlihat makin cemberut. Bibirnya makin mengerucut. Sam masih menunduk memainkan tangannya. Sam seperti sengaja membuat dirinya terlihat imut di depan Nic.

"Kalau nanti Sam jantungan trus mati karena suara petir yang keras gimana?" tanya Sam kembali.

"Ya dikubur lah, Sam," jawab Nic sekenanya. Nic bersusah payah menahan gelak tawanya karena sikap Sam.

"Is, Tante. Tega lihat Sam."

"Trus gimana?"

"Boleh Sam tidur di kamar Tante?"

"Hah!" Nic terkejut dengan ucapan Sam barusan.

"Boleh, lah .... Sam tidur di sofa, Tante di tempat tidur. Sam janji Sam gak macem-macem. Sam anak baik, kok," ucap Sam.

"Tapi, tapi, tapi," ucap Nic gagap.

"Boleh lah, Sam janji," tawar Sam.

"Bukan gitu, Sam. Di kamar saya enggak ada sofa."

"Ya udah, Sam di lantai," ucapnya terpaksa.

Nic menggaruk kepalanya. Bukan tidak percaya pada Sam. Tetapi hal seperti ini meski tak ada yang tahu tetap saja rasanya aneh.

"Boleh, ya? Ya?" desak Sam.

"Tapi, Sam," ucap Nic.

"Boleh, lah. Sam janji gak macem-macem. Tapi tante jangan maksa, ya. Kalau misal tante maksa, Sam gak bisa berbuat apa-apa," ucapnya.

"Sam.... Sam....," ucap Nic.

"Boleh, kan?"

Akhirnya Nic mengizinkan Sam masuk kamarnya. Sam celingukan melihat kamar Nic yang bernuansa chic modern dengan dominasi warna pastel yang lembut. Di tengah kamar yang cukup luas itu ada ranjang berukuran king size dengan alas berwarna merah muda polos.

Sam duduk bersila di bawah tempat tidur yang beralaskan karpet bulu berwarna lembut. Tatapan remaja itu berpindah ke meja kerja Nic yang agak berantakan.

"Maaf, ya Tante. Tapi tante percaya sama Sam, kan?" tanya Sam memastikan.

"Iya, deh iya," ucap Nic dari posisi duduk di kursi kerjanya.

"Tante, agak terpaksa kayaknya. Tapi ya udah, maaf deh. Daripada Sam takut. Mana petirnya keras banget suaranya. Kalau di sini ada Tante, jadi gak takut-takut amat."

"Bisa aja kamu, Sam. Padahal enggak ada apa-apa di rumah saya," tukas Nic.

"Besok pas Sam pulang, apa gak tau tetangganya Tante?" tanya Sam mengintrogasi.

"Enggak, Sam tetangga di sini enggak kepo dengan kehidupan orang lain. Kamu lihat kan, kalau pagar di sini tinggi-tinggi," papar Nic.

Sam mengangguk. "Iya, sih."

"Bukan berarti seenaknya bawa cowok ke rumah juga, Sam. Ini pun karena darurat, saya nggak bisa membiarkan kamu pulang dengan kondisi hujan deras seperti sekarang."

Sam mendongak menatap Nic. Tampaknya dia merasa Nic memperhatikan dirinya. Setelah mendongak, remaja itu tersenyum simpul. "Boleh pinjem bantalnya? Sam tidur di sini aja. Tante tidur di atas tempat tidur."

"Enggak, Sam."

"Hah, enggak? Ya udah enggak apa-apa, Sam enggak pakai bantal juga enggak apa-apa," timpal Sam.

"Bukan gitu, kamu enggak usah tidur di karpet soalnya dingin banget. Saya enggak matikan AC. Saya senang tidur dengan suhu dingin," papar Nic.

"Terus, Sam gimana?"

"Kamu tidur di tempat tidur, kamu sisi kanan saya sisi kiri," ucap Nic tajam.

"Lha, moso?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro