18. Kelapa Muda
Hai teman-teman....
Makasih loh, udah setia nungguin cerita ini. Sejauh ini berkat vote teman-teman aku jadi semangat nulisnya. Semoga paham sama ceritanya ya. Kalau ada yang gak paham boleh komen nanti kuperbaiki. Yang dicetak miring adalah isi hati Sam. Selamat membaca....
Sam dan Arga ke luar area ekskavasi yang baru saja berlangsung. Baru saja acara akan dimulai, mereka tampak sudah bosan saja. Sam mengikuti pria gagah berseragam pemda dengan papan nama bertuliskan Arga Prawira di dadanya
Berjalan hampir lima puluh meter, Sam dan Arga memasuki sebuah kedai berdinding kayu yang menjual air kelapa muda. Masih dibilang belum terlalu siang. Namun ,sepertinya Arga memiliki niat tertentu mengajak Sam ke sini. Bukan sekedar obolan biasa.
Sam dan Arga duduk di kursi kayu yang sebelumnya dua buah es kelapa muda sudah dipesan Arga sesaat saat mereka sampai di kedai itu.
"Langsung aja, Dek. Kalau mau makanan ambil aja," tawar Arga yang diangguki Sam.
Sam langsung memperhatikan wajah Arga yang memang gagah. Dia tipikal pria idaman wanita kebanyakan. Seragamnya memperjelas kalau dia bukan hanya idaman saja, tetapi juga mapan dan berduit. Setidaknya, dulu Arga bukan remaja pemalas belajar seperti dirinya. Jika punya pekerjaan dan karir seperti ini, sudah pasti dulunya pria gagah itu rajin belajar.
"Nama kamu siapa?" tanya Arga.
"Sam," jawab Sam.
"Kenapa Om seperti tiba-tiba muncul dan sok dekat? Maaf, om," tukas Sam penasaran. Remaja itu tidak semudah itu bisa diajak ngobrol.
"Enggak apa-apa, sih. Saya senang aja lihat remaja atraktif seperti kamu. Dari tadi saya perhatiin kamu," jawab Arga.
Najis!
"Maaf, Om. Saya cowok normal," jawab Sam sekenanya.
"Ha ha ha, saya normal juga. Saya suka cewek," timpal Arga dengan tawa renyah. Arga tertawa karena secara tidak langsung Sam mengira dirinya gay.
"Jadi, kamu tadi ke sini dalam rangka apa? Tertarik acara menggali benda-benda kuno, mungkin sekedar lewat, atau dibawa orang misalnya?" tanya Arga ingin tahu.
Dih, kepo!
"Nggak tau, Om. Ke sini karena nganterin tetangga," ucap Sam jujur.
Pesanan mereka sampai. Penjual es kelapa muda menghidangkan dua buah kelapa muda yang dikupas ujungnya dan diberi sedotan. Daging kelapanya tentu saja sudah dikerok di dalam.
"Kamu masih sekolah apa kuliah?"
Masih, aja kepo orang ini. Ya, Tuhan!
"Sekolah, Om," jawab Sam.
"Di mana?"
Mau tauuu aja.
"Di SMK Sungai Jernih," ucap Sam.
"Oh, berarti jauh dong dari tempat tinggal kamu?"
"Iya, Om. Lumayan lima belas kilometer. Oh, iya kelapa mudanya boleh diminum gak, Om?" tanya Sam ragu.
Dari tadi nanya mulu, Om ini. Kayak polisi aja.
"Oh, iya silakan."
Sam menyeruput es kelapa muda sambil menunduk tak membalas tatapan Arga yang sepertinya ingin tahu sesuatu lebih jauh. Sam penasaran, tetapi remaja itu berusaha tidak bertanya.
Mungkin bener bualan Mas Ari, om-om senang ini zaman biyen sahabatku. Lha dia anake rojo? Lha aku opo? Babune?
(Mungkin benar bualan Mas Ari. Om-om senang ini zaman dulu sahabatku. Lha dia anak Raja? Lantas aku apa? Pembantunya?")
"Tadi saya dengar, Om keturunan raja Pancapura. Enak lah ya, jadi keturunan bangsawan," ucap Sam basa basi sembari menatap Arga sekilas.
"Tadi kamu dengerin omongan bapak-bapak pejabat?"
Sam mengangguk.
"Iya, sih. Sebenarnya enggak berapa orang tahu. Saya sendiri juga tahu dari kakek. Kebetulan ajudan Bupati tadi memang sedikit mendalami seluk beluk sejarah kabupaten Dharmawangsa," cerita Arga.
Sam mengangguk. "Oh..., saya jadi ingin tahu saya keturunan siapa. Bisa jadi saya kan keturunan babunya Om di Masa lalu," tukas Sam.
Seneng lah lu, ya Om. Kalau aku spek babu.
"Ya enggak gitu juga, Sam. He he he... kalau silsilah kerajaan memang dijaga, Sam. Sebab kerajaan itu sendiri zaman sekarang ada, tapi enggak berkuasa seperti zaman dulu," terang Arga.
Sam mengangguk sambil menyeruput es kelapa mudanya yang sebenarnya sudah habis.
"Sam, Om mau nanya, boleh?"
Nanya aja, bukannya dari tadi lu nanya melulu, Om.
"Ehem, kamu kenal sama Nicole, ya?"
Oh..., jadi ngajakin minum kelapa muda cuma ngepoin Nicole. Kukira Yanti ternyata dia Yanto. Naksir Nicole, toh. Kirain boti.
"Kenal, Om."
"Kalian kayaknya dekat."
Widih.... Ternyata dia ngintip obrolan aku sama Tante Nicole. Napa, Om? Cowok gagah sekabupaten Cemburu sama pemuda paling ganteng di kampung?
Sam tidak menjawab. Dibilang dekat mereka baru bertemu dua kali. Dibilang enggak akrab, Nic begitu lembut sikapnya kepada Sam. Sam sendiri bingung akan menjawab apa. Jawaban satu-satunya, tidak tahu.
"Nggak tau, Om," tukas Sam sambil garuk-garuk kepala.
"Lho, kok nggak tau. Tadi kayaknya akrab kok," ucap Arga ingin tahu.
Suka-suka gue, dong. Iri bilang, Bos.
Sam mendongak menatap Arga sebagai wujud perlawanan atas pertanyaan Arga yang seolah mengintimidasi dirinya karena kedekatan dirinya dan Nic.
"Emangnya, Om Pacarnya Tante Nicole?" tanya Sam tajam.
"Bisa dibilang gitu, sih," jawab Arga dengan malu-malu.
Alah! Bohong! Ngaku-ngaku!
Sam dan Arga sepertinya akan memulai perdebatan. Sebab Nic mengaku tidak punya pacar saat dipenjara beberapa hari yang lalu. Lantas mengapa muncul pria gagah sekabupaten dan ini mengaku-ngaku sebagai pacar Nic. Mengajaknya minum bersama, apa sebegitu terlihat dekat dirinya dengan Nic sehingga Arga cemburu.
"Katanya Tante Nicole dia nggak punya pacar," ucap Sam polos.
Arga tertawa pelan dengan suara yang memang merdu. Sudah pasti dia pria berkelas. Baru dengar suaranya saja rasanya para wanita akan merasa asik. Apalagi jadi pacarnya. Sam menelan saliva.
Sungguh beda sama aku yang spek kampung alias kampungan.
"Iya, kami tuh dekat," timpal Arga malu-malu.
"Oh, gitu. Emangnya Om udah nembak Tante Nicole?" tanya Sam penasaran. Remaja ABG seperti Sam tentunya jika ingin memulai hubungan percintaan diawali dengan "nembak" atau mengungkapkan rasa suka. Remaja itu lalu mengeluarkan pertanyaan itu, pertanyaan remaja pada umumnya.
Arga tersenyum dengan mata yang menyipit. Deretan gigi putihnya terlihat jelas sekali. "Kalau orang dewasa seperti kami. Enggak perlu nembak, yang penting serius, trus orang tua setuju ya langsung aja," jelas Arga.
Kok enak betul. Enak betul jadi orang kaya. Pantesan cowok jelek banyak yang jomblo, kalau semua cowok ganteng gak perlu efort ke cewek. Gak perlu pacaran. Kalau suka tinggal tunjuk langsung sah!
"Seru juga jadi Om Arga. Suka sama cewek tinggal tunjuk aja. Ceweknya gak bakalan nolak. Bibit bebet bobotnya Om Arga kan gacor banget," komentar Sam.
Komentar Sam ditanggapi Arga dengan senyum manis. "Ya, enggak juga, sih. Tetep aja kalau mau serius tuh harus pendekatan dulu."
"Enggak perlu, Om. enggak bakalan nolak. Kalau Om Arga jadi sainganku. Lebih baik aku mundur, deh," lanjut Sam.
"Mas Arga, di sini rupanya," suara seorang wanita mendadak muncul. "Dari tadi, aku tuh nyariin Mas Arga. Acara penggalian berlangsung Mas Arga malah di sini."
Sam menoleh ke sumber suara. Tampaklah seorang wanita yang muda dan cantik. Hanya saja suaranya sedikit cempreng. Suara cemprengnya justru memperjelas kalau wanita ini sangat cerewet dan julid.
"Loh, ini kan ponakannya Kak Nicole," ucap wanita yang di nametag-nya tertulis Amelia.
"Loh, Nic punya ponakan? Kok dia nggak cerita sama aku?" ucap Arga heran.
"Enggak, sih. Aku nebak-nebak aja. Tadi kayak ngobrol akrab gitu," terang Amel.
Dih, brisik amat nih tante-tante.
Lalu, mau tak mau obrolan berlanjut dengan Amelia sangat ingin tahu tentang Sam. Dari banyaknya pengunjung, memang Sam terlihat unik karena dia mengobrol dengan Nicole dengan durasi waktu yang bisa dikatakan cukup lama. Sam yakin kalau wanita ini punya niatan tidak baik.
Apa Tante ini ngebet sama Om Arga, ya?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro