Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Rasa aneh yang dirasakan oleh Nayla

Kalandra sangat muak, selalu saja ceramah yang didengarkan. Andai saja ceramah itu bermanfaat, tetapi nyatanya ceramah itu tidak memiliki manfaat sama sekali bagi Kalandra. Kali ini Kalandra menuruti sang papa, meminta ia pulang ke rumah. Sebab, selama ini laki-laki itu berpisah rumah dengan papa sendiri.

Rasanya sangat berat menginjakkan kaki di rumah itu. Terlalu banyak kenangan buruk dalam rumah besar milik Regalion. Serta luka yang membekas di hati Kalandra.

Setelah bel istirahat berbunyi tadi, Bayu menjemput Kalandra di sekolah saat mendapati panggilan dari pihak sekolah. Alhasil, sekarang ini Kalandra sedang diintrogasi bak maling oleh Bayu. Laki-laki paruh baya yang sangat Kalandra benci, karena masa lalu dan wanita yang mirip ondel-ondel sok cantik berdiri di samping sang papa. Kalandra membenci kehadiran wanita iblis itu.

"Kalandra! Kamu dengar tidak apa yang Papa bicarakan?!" bentak Bayu sembari menghela napas kasar, berusaha bersabar menasihati Kalandra.

Entah sudah nasihat yang keberapa kali Bayu lontarkan untuk sang anak. Ia sudah lelah menghadapi anak berandal seperti Kalandra. Susah dinasihati, bahkan selalu membuat kekacauan di sekolah.

Kalandra acuh tak acuh menanggapi Bayu yang sedang menahan emosi sendiri.

"Sudah, Mas. Jangan pakai urat kalau lagi bicara dengan anakmu." Wanita yang berdiri di samping Bayu berusaha menenangkan, bersikap seolah-olah menjadi penengah yang baik dalam keluarga mereka.

Melihat hal itu rasanya Kalandra ingin muntah. Sudah sok cantik, sok jadi wanita baik.

"Kalandra, Sayang," panggil lembut wanita itu menghampiri Kalandra, tetapi Kalandra malah menjauh dari jangkauan wanita itu ingin menyentuh dirinya.

"Kalandra!" bentak Bayu, merasa kalau Kalandra sama sekali tidak menghormati istrinya, lebih tepatnya Ibu tiri Kalandra.

"Saya mau pulang, capek!" ketus Kalandra, berlalu keluar dari rumah megah itu.

Teriakan Bayu yang menggema di sudut ruang tamu sama sekali tidak didengar oleh Kalandra. Keputusan untuk hidup sendiri, menjauh dari sang papa merupakan keputusan yang tepat. Luka dari masa lalu, membuat Kalandra memilih menolak bantuan dari Bayu. Biaya sekolahpun, Kalandra bersusah-payah melunasi sendiri. Namun, tanggungan tersebut sudah dilunasi oleh Bayu, karena merupakan donatur di sekolah tersebut.

Semenjak kematian sang mama—Janvi, Kalandra berubah menjadi anak pembangkang dan durhaka kepada papa sendiri. Hanya Janvi yang bisa melunakkan hati batu Kalandra, mencairkan sikap dingin Kalandra. Berbicara soal mama, membuat ia jadi merindukan pelukan hangat sang mama.

***

Motor matic beat berwarna hitam milik Kalandra berhenti di pinggir jalan, mengusap wajah dengan kasar. Sungguh, rasanya sekarang ia butuh pelampiasan emosi sendiri. Butuh seseorang yang sukarela menyerahkan tubuhnya sendiri untuk Kalandra bunuh. Mengingat kata 'bunuh' membuat Kalandra mengulas senyum kecut, membawa ingatan Kalandra pada masa-masa kelam dulu.

Masa kelam yang dimana ia dijuluki sebagai pembunuh. Dijebak, bahkan dituduh sebagai seorang pelaku. Membuat orang yang berada di sekitar Kalandra merasa segan dan takut untuk berteman. Jika orang lain merasa takut berteman dengannya,  Berbeda dengan Kalandra sendiri, ia merasa dipermalukan dianggap sebagai pembunuh.

Berulang kali Kalandra berteriak kepada semua orang bahwa ia bukanlah pembunuh. Hanya  seorang pemuda yang terjebak dalam kasus pembunuhan tersebut di masa lalu. Kehidupan yang gelap, kelam, dan tak ada kebahagian sedikitpun Kalandra dapatkan dari masa lalu juga.

"Mau minum enggak?"

Lamunan Kalandra hilang begitu saja mendengar suara seorang gadis, yang menyadarkannya kembali ke dunia nyata. Kalandra menatap tajam gadis di hadapannya yang sedang mengulurkan sebotol teh pucuk.

Pertama kalinya bagi Kalandra mendapatkan tawaran dari orang lain. Tak ada yang berani mendekati Kalandra, termasuk gadis-gadis yang ada di sekolahnya. Mereka semua pasti cuma bisa mencuri pandang dan mengirimi surat, daripada terus-terang seperti gadis di hadapannya ini.

Namun, seingat Kalandra, pernah waktu itu ada yang memberinya cokelat, tetapi dengan teganya Kalandra malah memarahi serta membentak. Sebab, ketidaksukaannya diejek oleh teman laki-laki sendiri. Sehingga, tidak ada lagi gadis yang mengirimi surat ataupun berbagai hadiah lainnya. Mereka semua hanya bisa mengagumi dari jauh.

Mengingat kembali bahwa Kalandra adalah mantan pembunuh.

Kedua alis Kalandra berkerut seraya menatap datar gadis yang masih setia mengulurkan sebotol teh pucuk. Kedua alis berkerut itu mengendur mengingat-ingat siapa gadis yang berdiri di hadapannya. Gadis pemberani yang berani menatap Kalandra terang-terangan. Di saat ditatap balik, justru gadis itu malah memutuskan kontak mata sambil tersenyum tipis. Kalandra tidak suka hal itu.

"Minum dulu, cuaca Jakarta hari ini panas banget," tawarnya lagi.

"Enggak dicampur racun, kok. Enggak usah takut, aku masih temen kamu di sekolah." Gadis itu mengode melalui ekor matanya melirik sebotoh teh pucuk, lalu menatap ke arah Kalandra. 

Kalandra bergeming masih menatap dengan tatapan datar. Belum menerima minuman itu, sehingga membuat gadis itu mengembuskan napas kasar.

"Namaku Nayla Azealia Malik, kelas 12 Mipa 3," ucap Nayla memperkenalkan diri. Membuat Kalandra menaikan sebelah alisnya; bertanya-tanya. Tidak begitu mengerti dengan perkenalan diri dari gadis itu.

"Terus?"

"Kenalan aja, aku tahu nama kamu Kalandra 'kan?" tanya Nayla mengulas senyum kecil. Nayla bisa melihat dengan jelas bola mata hitam pekat itu dari dekat, sungguh bola mata itu begitu indah, ditambah alis lebat seperti ulat bulu tidak begitu lebat hanya saja pas berada di atas kedua mata itu, dan hidung mancung. Untuk pertama kali Nayla mengagumi seorang lawan jenis secara berlebihan.

"Tampan, tapi judes," batin Nayla.

Sepeninggalan Kalandra di sekolah tadi, Nayla sempat mengejar dan mengikuti sampai ke ruangan BK karena rasa penasarannya. Ia tidak sengaja mendengar ucapan kasar dari mulut Kalandra saat di ruang BK, sungguh ia tidak sengaja menguping. Pengalaman pertama seorang Nayla penasaran dengan sosok Kalandra. Entah kenapa hatinya berkata ingin menolong dan menjadi seorang teman.

Nayla bisa melihat jelas ada masa lalu kelam saat iris mata miliknya bertatap dengan iris mata hitam pekat milik Kalandra. Entah perasaan dari mana, Nayla ingin sekali merangkul Kalandra kembali ke jalan yang benar, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya meluluhkan sosok pemuda seperti Kalandra. Bahkan, ia juga tidak tahu masa lalu pemuda itu seperti apa.

Niat Nayla baik, hanya ingin menjadi teman Kalandra, tidak lebih.

Kalandra tidak memiliki niat berkenalan dengan siapa pun, ia tidak butuh teman. Ia muak dengan hubungan pertemanan atau hubungan sejenisnya. Kalandra hanya memiliki satu teman yang bisa dipercaya yaitu Rio, sahabat sejak kecil, sekaligus sepupu dari sang papa.

Kalandra menyalakan mesin, menarik gas, dan melajukan motornya meninggalkan Nayla sendiri di sana. Nayla hanya bisa mendengkus panjang menatap motor milik Kalandra sudah menghilang di depan mata.

"Dia dingin, dan aku merasa dia ragu untuk sekadar mengikat hubungan pertemanan," gumam Nayla.

***

Kalandra sudah sampai di kosan. Semenjak sang papa menikahi wanita iblis itu. Kalandra lebih memilih minggat dari rumah daripada harus tinggal serumah dengan wanita yang sangat Kalandra tidak sukai.

Sangat muak melihat wajah sok baik, sok cantik dari wanita iblis itu. Apalagi melihat sang papa lebih membela wanita iblis itu daripada dirinya, anak kandung sendiri.

Terkadang Kalandra merasa iri melihat adik angkatnya lebih diperhatikan dan dimanja oleh sang papa. Jujur saja Kalandra sangat merindukan suasana dulu, saat ia masih bocah berumur lima tahun. Hidupnya terasa bahagia dibandingkan dengan yang sekarang.

Namun, Kalandra masih bisa bersyukur. Ia masih bisa merasakan kehidupan di luar, daripada mendekam di balik jeruji besi akibat tuduhan pembunuhan. Menjalankan keinginan sang mama agar kelak ia bisa menjadi anak yang berguna, tetapi nyatanya Kalandra malah menjadi anak tidak berguna di mata sang papa.

Kalandra menguap, pikirannya terlalu lelah. Setelah mendapat hukuman dari Bu Lidya ditambah lagi dengan beban pikiran semakin bertambah gara-gara sang papa.

Kalandra memejamkan mata menenangkan pikiran sejenak, setelah selesai merehatkan jiwa raga. Ia berniat pergi mencari hiburan agar pikirannya kembali terasa lebih tenang. Nongkrong dengan teman berandalan, misalnya.

***

Seusai melaksanakan ibadah salat isya. Nayla disibukkan dengan memikirkan Kalandra, sungguh Nayla sangat penasaran dengan sosok pemuda misterius itu. Tidak ingin berdosa memikirkan yang bukan mahramnya, Nayla memilih membuka aplikasi sosial media. Mencari tahu ada berita hangat apa saja hari ini.

Entah kenapa bayangan sosok Kalandra terlintas begitu saja. Membuat Nayla teringat akan satu hal tentang julukan pemuda itu yaitu 'mantan pembunuh atau napi'.

"Apa benar yang dikatakan oleh para warga Guanna Three, kalo Kalandra merupakan mantan napi?" batin Nayla.

"Tatapan mata itu, seakan menyimpan beribu luka," gumam Nayla mengingat tatapan mata Kalandra.

Jemarinya dengan lihai menyentuh layar gawai, mengetik sesuatu di google untuk mendapatkan sedikit informasi tentang Kalandra Bayu Regalion. Putra pengusaha tambang emas dari Indonesia. Siapa tahu Nayla bisa mendapatkan informasi dari mbah google.

Sontak saja Nayla langsung menegakkan tubuhnya membaca isi berita yang ia dapat. Matanya terbebelak terkejut mengetahui berita lama itu. Pantas saja mereka tidak ada yang mau berteman dengan Kalandra, hanya satu orang yang mau berteman dengan Kalandra. Yaitu Rio! Ya, Nayla mengenal Rio. Ketua tim Futsal di sekolahnya.

'Istri dari seorang pengusaha kaya raya tambang emas meninggal dunia, terduga bunuh diri atau terbunuh oleh salah satu keluarga mereka.

Www.Ikozone.com

Jakarta, 12 April 20-'

Begitulah kira-kira isi berita yang sudah Nayla baca.

"Jadi bener Kalandra mantan napi? Tapi nggak mungkin, mungkin aja cuma salah paham. Orang di situnya tertulis terbunuh oleh salah satu anggota keluarga Regalion, 'kan belum tentu itu Kalandra."

"Tapi kalo misalnya itu bener gimana ya?"

"Kasian sih, dia jadi dijauhi cuma karena rumor yang belum tentu bener."

Nayla tak henti-hentinya bergumam tidak jelas tentang Kalandra. Merasa kasihan dengan kehidupan Kalandra. Ia yakin kalau pemuda itu kesulitan dalam menjalani hidup dibayangi oleh masa lalu. Niat Nayla semakin kuat bahwa ia ingin sekali membantu Kalandra keluar dari zona kegelapan. Memberi secercah cahaya hidup untuk pemuda itu, sebagai sosok teman.

TBC:
Menerima kritik dan saran. Vote dan komen juga menerima.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro