Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Fakta seorang Kalandra

Lagi-lagi karena hal sepele,berhubungan dengan Kalandra menjauhinya kembali. Tadi, sebelum bel masuk berbunyi, Nayla ingin memberikan kotak makan siang untuk pemuda itu. Akan tetapi, pemuda itu malah berlalu menghindar, bahkan menolak makan siang dari Nayla. Padahalkan ia tidak sengaja mengatakan hal yang berhubungan kemarin, niatnya 'kan cuma ingin membantu Kalandra keluar dari masa lalu.

Selama jam pelajaran pertama dan kedua, Nayla tidak bisa fokus dalam pelajaran. Pikirannya berkelana, bayangan wajah penuh lebam dari Kalandra terlintas begitu saja. Tadi pagi Nayla tidak sengaja melihat beberapa lebam di wajah Kalandra, dan hanya karena dijauhi membuat bayangan memori masa lalu Nayla terungkit. Tak ingin terlalu larut melamun, segera ia mengenyahkan bayangan masa lalu penuh dengan sesak itu dari pikirannya. Suasana kantin tampak ramai, membuat Nayla merasa risi dengan suara bising khas kantin.

Tatapan Nayla tertuju ke arah Jihan dan juga Vidya. Mereka berdua tampak menikmati makan siangnya, berbeda dengan Nayla yang tidak memiliki nafsu makan. Ingatannya masih tertuju ke arah Kalandra. Rasa penasaran ingin tahu masa lalu dari pemuda itu menyeruak dalam benak.

"Nay, kenapa baksonya nggak di makan?" tanya Jihan yang sedari tadi memperhatikan Nayla.

"Nggak mood, buat lo aja." Nayla menggeser mangkuk baksonya ke arah Jihan.

"Gue kenyang," ujar Jihan jujur.

"Lo kenapa sih, Nay? Dari jam pelajaran Indonesia sampe Sbk kayaknya muka lo kayak banyak pikiran gitu?" tanya Vidya merasa aneh dengan sikap Nayla sedari pagi.

"Gue lagi kesel," ucap pelan Nayla.

"Kesel? Kesel sama siapa?" Jihan menimpali.

"Kalandra."

Jihan dan Vidya tersedak kuah bakso, dengan sigap keduanya meminum air mineral agar meringankan tenggorokannya. Sementara Nayla menatap acuh ke arah mereka berdua.

"Kalandra? Gue nggak salah denger?" tanya Vidya tidak percaya. Ia baru tahu jika Nayla menyukai pemuda si biang onar itu.

"O ... jadi selama beberapa hari belakangan ini sikap Kalandra yang berubah jadi baik itu karena lo?" Vidya menyimpulkan apa yang ia lihat beberapa hari yang lalu.

"Kayak di novel-novel aja. Cowok berandalan tobat karena cewek pencicilan," papar Jihan sekena.

"Bukan," elak Nayla menatap mereka bergantian. "Kalandra berubah atas kemauannya sendiri, dia mau buktikan ke papanya, kalo dia anak berguna. Bukan pembawa sial."

"O ... jadi bukan karena lo?" Vidya dan Jihan berucap serempak.

Nayla mengembuskan napas kasar. Beban pikirannya semakin bertambah saja. Belum lagi tugas praktek, individu, makalah, dan penelitian lainnya demi bisa menebus nilai akhir semester. Setelah tugas sudah terkumpul semua, ujian nasional akan dilangsungkan. Jihan, Nayla, dan Vidya kembali berdiskusi mengenai drama apa yang akan mereka tampilkan untuk tugas Bahasa Indonesia dan Seni Budaya nanti.

"Jadi, fiks ya drama kita Twilight?" tanya Nayla memastikan kembali. Setelah berlama berdebat demi menentukan tema dan drama apa yang akan dimainkan, akhirnya salah satu dari mereka berpendapat mengenai drama Twilight remake.

Vidya dan Jihan mengangguk kompak. Lagi pula mereka berdua juga bingung mau menampilkan drama apa. Bagi mereka, tidak perlu menampilkan drama apa-apa. Toh, di kehidupan yang sedang dijalani saja sudah penuh dengan berbagai drama.

"O ya, Nay. Gue udah dapet fakta tentang Kalandra nih," ucap Jihan seraya menatap Nayla dengan senyum bangga.

"Ngapain lo nyari fakta tentang si Kalandra?" tanya Vidya penasaran tingkat akut.

"Nggak, Vid. Mungkin Jihan bawa gosip yang nggak jelas," cerca Nayla menatap kikuk Vidya. Ia enggan jika ada orang lain mengetahui kedekatannya dengan Kalandra selain Jihan.

"Santai aja sih, Nay. Gue nggak bakal ember," tutur Vidya mengetahui ke mana arah maksud dari ucapan Nayla.

"Faktanya, Kalandra anak dari keluarga Regalion si pembisnis tambang emas se-Asia sekaligus pewaris pertama keluarga Regalion."

"Kalo itu gue tau, yang lain nggak ada? Lagi pula tuh cowok nggak mau nerima warisan segitu banyaknya," potong cepat Nayla.

"Gue belum selesai, Nay." Jihan menatap datar ke arah Nayla. "Lanjut ya?"

Nayla mengangguk menanggapinya.

"Ternyata Kalandra itu kakak tingkat kita, Nay. Umur dia udah nginjak angka dua puluh. Menurut sumber yang gue dapat, Kalandra kembali ke sekolah karena Papanya maksa dia," jelas Jihan.

Nayla mengangguk mengerti, pantas saja si barista kafe yang Nayla selamatkan waktu itu memanggil Kalandra dengan embel-embel 'Pak'.

"Nggak cuma itu. Gue juga punya fakta tentang Kakak tingkat kita itu," sahut Vidya ikut bergosip mengenai siapa Kalandra.

"Apa?" tanya Nayla.

"Dia pernah tinggal kelas dua tahun, kakak gue seangkatan sama dia dulu. Kata kakak gue Kalandra anaknya nakal banget pas waktu masa orientasi. Bahkan, sering telat dan sering melawan kambingnya. Maka dari itu umur dia dah tua. Nggak cuma itu aja, papa Kalandra donatur terbesar sekolah ini. Jadi, wajar aja kalo misalnya Kalandra buat onar tapi nggak kena skors, kepala sekolah cuma bisa menghukum Kalandra. Gue denger sih, Kalandra sering minta skors ke BK, tapi malah nggak didenger."

Fakta yang bagus. Jadi, itu penyebab Kalandra malas bersekolah lagi? Pantas saja Bu Widya tidak men-skors Kalandra, justru malah menghukum pemuda itu apabila berbuat onar.

Tanpa tidak Nayla sadari dua pasang mata mendengar semua obrolan ketiga orang itu. Segera ia berlalu dari kantin dengan wajah yang sulit diartikan, ia mengingat waktu jam istirahat sudah habis. Bel pelajaran tanda istirahat sudah berakhir berbunyi, membuat Nayla, Jihan, dan Vidya berlalu menuju kelas mereka.

***

Sesuai permintaan Renal kemarin, Kalandra mampir ke rumah Renal membahas soal Kemal. Sebenarnya, Kalandra sangat malas jika harus membahas soal Kemal, demi bisa menjaga perasaan Renal ia mengiyakan.

Beberapa anggota Chanpim juga ikut berkumpul di rumah Renal. Mereka semua berkumpul di salah satu ruang rahasia di rumah itu. Rumah dengan aksitektur belanda dan interior yang sederhana, namun terlihat elegan itu peninggalan orang tua Renal.

Mereka sibuk membicarakan strategi dan berita apa saja yang tengah viral. Namun, Kalandra hanya menyimak obrolan dari beberapa anggota Champin saja. Sesekali mengangguk saat Renal memberikan intruksi dan diskusi mengenai strategi apa yang akan mereka jalani.

"Jadi kita pake strategi B dulu, kalo misalkan ada yang berubah dan nggak sesuai ekspetasi. Kita pake strategi A." Renal menatap satu per satu anggotanya.

"Terus kita libatin polisi?" tanya Kei masih belum mengerti dengan maksud yang sudah dijelaskan oleh Renal. Ia hanya mengerti dibagian tugasnya saja, yaitu meretas situs internet milik Kemal nanti.

"Polisi emang udah ada niatan buat grebek tuh MMA ilegal, sampe sini paham?" Orlan menyahut dengan ketus. Membuat Kei merasa jengah saja.

"Biasa aja dong, gue nanya baik-baik," ujar Kei tidak terima. Entah kenapa suasana hatinya sekarang seperti ingin marah saja.

"Gue nggak yakin bisa berhasil," ucap Kalandra dengan tenang seraya mengisap rokoknya.

Tatapan anggota Champin tertuju ke arah Kalandra. Begitu juga dengan Renal, ia tahu jika Kalandra memang ragu dengan strategi yang sudah ia rencanakan bersama Kei.

"Nggak akan berhasilnya di mana, Kal?" tanya Jaka menatap intens Kalandra.

Kalandra kembali mengisap rokoknya, membalas tatapan Jaka dengan aura intimidasi. Nyali Jaka menciut ditatap sekian intimidasinya oleh Kalandra. Segera ia memutaskan tatapan mata itu.

"Mungkin lo bisa melabui anggota Pandoker, tapi nggak sama Kemal sendiri. Gue punya firasat, bukan cuma polisi yang datang buat grebek di sana."

"Siapa?" tanya serempak Orlan dan Kei. Membuat keduanya saling menatap dengan raut kesal.

"Gue nggak tau," kata Kalandra. Ia membuang putung rokok yang sudah kecil di asbak, menatap Renal sekilas. "Gue mau pertandingan MMA ini setelah gue ujian, gue nggak mau balik ke sekolah lagi kalo ujian gue nggak lulus. Sudah cukup gue hidup menahan malu di sekolah itu."

Setelah mengatakan itu, Kalandra berlalu dari ruangan tersebut. Baru saja akan menggapai pintu, langkahnya terhenti oleh ucapan Renal.

"Gue doain semoga ujian lo lulus. Lo mau ke mana?" Renal menghentikan langkah kaki Kalandra. Ia juga tahu bahwa Kalandra kembali ke sekolah karena terpaksa.

"Belajar, banyak tugas dari guru nyebelin," ujar Kalandra seraya berlalu dari sana.

"Gue rasa firasat Kalandra itu yaitu bokapnya bakalan datang juga," simpul Orlan sepeninggalan Kalandra.

"Masa?" Kei ikut menimpali dengan wajah tak percaya.

"Yakan, secara bokapnya nggak suka kalo Kalandra berantem di atas ring. Waktu itu juga bokapnya sampe murka."

"Tapi gue nggak yakin kalo soal itu," sahut Renal ikut memikirkan ucapan Kalandra.

"Kita lihat aja nanti, bakal kayak gimana pertandingan ilegal itu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro