Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 44. Final

Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Tamu yang ditunggu Eka sudah datang. Sementara ia mondar-mandir di kamar. Takut, ia sangat takut. Ayun dan Iyus ikut diundang oleh keluarga Eka, begitu juga dengan Renny dan Zulham.

"Yun, tolong panggilin Eka."

Ayun segera menuruti perintah ibu Eka. Dan betapa kagetnya ia mendapati Eka berdandan dengan tak biasa.
Ayun seketika menahan tawa. Eka yang tadi gugup kini keluar dari kamar.


"Hai, Mas Burhan," sapa Eka dengan tatapan menggoda dan wajah menor berbedak tepung kanji. Ada polesan krayon di pipi dan lipstik merah luar biasa menor.

Pria bernama Burhan itu seketika membelalakkan mata.

"Bu, katanya cantik, kok gini?"

Zulham dan Iyus pun ikut menahan tawa. Renny mengelus perutnya berkali-kali sambil mengucap 'Amit-amit jabang bayi'. Si kecil Kahfi mendadak menangis saat melihat wujud Eka.

"Itu kesurupan mimi peri?" bisik Zulham pada keponakannya. Dua orang itu akhirnya melipir keluar, menenangkan Kahfi.

"Jadi, kapan kita nikah, Mas?" tanya Eka penuh percaya diri.

"Eh, tunggu. Tunggu. Kami ke sini cuma mau nengok kamu kok. Bukan buat ngelamar," potong Burhan.

"Loh, Le. Katamu langsung aja? Katanya udah nggak betah jadi duda? Piye to?" ucap sang ibu bingung. Burhan terus berkilah. Mana mungkin ia menikahi wanita berdandan aneh seperti itu.

Orang tua Eka tak beraksi apapun. Sejujurnya mereka juga agak tak rela jika putrinya menikah dengan duda beranak lima. Hanya saja, orang tua Burhan pernah berjasa pada keluarga Eka, sehingga mereka tak mampu menolak keinginan atas  perjodohan ini.

Burhan terlihat sangat jijik dengan Eka. Sementara sang gadis kini dibawa masuk kembali oleh Ayun. Ketiganya terbahak di kamar Eka.

"Ka, rupamu loh. Ya Allah."

"Anakku sampai takut, Mbak," ucap Ayun sambil terpingkal.

Eka berjalan ala anak-anak yang selalu bilang 'cool beudh', seperti cacing kepanasan.

"Aku udah kira kalau dia pasti bakal ilfil sama aku. Makanya aku kayak gini."

"Penolakan halus, eh pengusiran halus."

Eka duduk di depan dua sahabatnya. Ia menggenggam jemari Ayun dan Renny. "Aku sekarang bahagia, ngeliat kalian bahagia. Meski menurut kalian aku menyedihkan. Tapi, aku nggak seburuk itu loh. Aku bahagia dengan caraku sendiri. Aku harap kalian percaya itu."

Renny mendadak menangis haru. Ayun pun segera memeluk sosok kakak angkatnya.

"Aku pengen liat kamu bahagia juga, Ka. Kamu juga harus bahagia."

Eka tersenyum. "Aku pernah bahagia, aku pernah bahagia sama Anton. Di saat kalian dulu masih berjuang. Sekarang, gantian. Kalian bahagia sama pasangan kalian dan aku bahagia dengan diriku sendiri."

Ketiganya berpelukan. Mereka menangis haru.

"Eh, iya, aku ditawarin buat kerja di Jogja. Di batik Madukara. Mungkin aku bakal terima itu. Yang nawarin Bu Arimbi, katanya itu yang punya adiknya Bu Arimbi. Aku pengen belajar bikin batik juga. Kali aja bisa nyuri ilmu dari sana."

"Jadi Mbak mau ke Jogja?" tanya Ayun sembari mengusap air matanya.

Eka mengangguk. "Iya, insyaallah. Lagian, kalian kan juga sering bolak-balik ke sana kan? Kita masih tetep bisa ketemu. Suami kalian kan asli sana. Ya kali aja aku juga bisa dapet orang Jogja juga."

"Haikal orang Jogja. Meski dia lahir di Solo. Orang tuanya asli Jogja semua," celetuk Renny.

Eka tertawa. "Heh, malah ngomongin si brondong. Jangan bawa-bawa dia."

Ketukan pintu terdengar, Eka membuka pintu kamarnya.

"Nduk, Ayun mana?"

Ayun segera berdiri. "Wonten napa, Budhe?"

"Bantu Budhe bikin minum, ada tamu lagi."

Ayun segera keluar. Eka mengintip, calon suaminya yang jijik padanya tadi sepertinya masih di ruang tamu.

"Ka, apa mau aku kenalin sama saudaranya Mas Zul? Rekan kerjanya juga ada kok yang masih belum nikah."

Eka menggeleng. "Jangan dalam waktu dekat, Ren. Makasih udah nawarin. Tapi, hatiku masih belum bisa kebuka lagi."

"Ka, sampai kapan kamu nggak bisa move on dari Anton? Dia loh, udah beda alam."

"Astagfirullah, bukan Anton. Bukan. Anton udah aku tutup kenangannya. Tapi ... ada orang lain yang kasih kenyamanan, cuma, nggak bisa dimiliki juga."

Renny menatap sahabatnya. "Haikal?"

Eka hanya tersenyum. "Aku dulu paling anti sama orang yang lebih muda. Aku pikir mereka nggak akan bisa nyambung kalau ngomong. Nggak bisa ngertiin perasaanku. Nggak akan paham soal how to treat me waktu bersama. Tapi, ternyata, Ikal mematahkan semuanya. Justru dari manjanya dia, aku bisa lihat betapa manisnya dia. Kayak anak-anak. Nggak pernah ngegas kalau ngomong. Misal dia nggak suka sama apa yang aku lakuin, dia protesnya dengan cara gemoy. Nggak kayak Anton yang pasti langsung diem berhari-hari."

Mata Eka menerawang. "Kejujurannya, soal dia punya uang enggak. Apa adanya dia ngaku tanpa malu, tanpa nutup-nutupin gengsi. Keterbukaan dia, cerita ini itu, atas dasar rasa percaya ke aku. Bikin aku jadi ngerasa berguna aja gitu temenan sama dia. Belum lagi, dia selalu ada buat aku. Kegabutannya justru malah membawa nilai plus buat aku. Dia mau juga bantu-bantu guntingin pola, nata perca. Hal-hal aneh yang kadang ia lakukan sambil cerita ngalor ngidul tapi sangat membantu buat aku. Aneh nggak sih? Tapi, aku baru sadar. Aku suka semua itu."

Renny menatap lekat sahabatnya. "Jadi, kamu maunya sama Haikal?"

Eka menggeleng. "Nggak gitu, Ren. Bukannya terus aku maunya sama dia. Tapi, dari perasaanku ini aku sadar kalau ternyata aku bisa jatuh cinta lagi. Hidupku nggak terpaku sama satu orang aja. Kayak yang dulu aku pikirkan waktu sama Anton. Nyatanya hati bisa dibolak-balikkan cepat atau lambat. Aku baru sadar kalau, semua ini murni kuasa Allah. Bukan manusia."

Gadis itu tersenyum puas. Curhatan antar sahabat tadi berlangsung hingga tamu-tamu Eka pergi. Malam ini, tiga serangkai itu saling mengungkap rasa, yang sudah jarang mereka lakukan semenjak dua anggotanya memiliki kehidupan baru.

"Sisterlillah, tunggu aku di pintu surga kelak. Insyaaallah, aku niat untuk hijrah sebenar-benarnya. Aku akan memperbaiki diriku, biar bisa kayak kalian. Jadi muslimah sejati yang saleha. Doain ya, biar aku nggak lagi berkubang di kemaksiatan berbalut cinta."

Ayun dan Renny memeluk Eka. "Semoga Allah merahmati kita semua. Semangat hijrah sayangku, sahabatku... Jemput jodohmu sesuai cara yang ditentukan agama. Insyaallah lebih berkah."

Eka mengangguk. Ia sudah yakin, akan meneladani sahabat-sahabatnya, melepaskan diri dari kemaksiatan berupa pacaran dan pergaulan tak beradab dengan lawan jenis. Selama ini, ia memang sudah berjilbab, ia juga puasa dan salat. Namun, ia sadar, kelemahannya adalah ketika ia tak bisa menjaga diri dari godaan laki-laki ajnabi yang menawarkan cinta.

"Bismillahirahmanirrahim ... Dengan menyebut nama-Mu wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Aku niatkan diriku untuk melangkah ke jalan-Mu, jalan yang Engkau ridhoi. Dan kupasrahkan semuanya, hanya pada-Mu. Bimbing aku, kembali menuju jalan kebenaran-Mu."

****



Sorak sorai penonton terdengar. Eka datang bersama dengan Ayun dan Renny. Beruntung, Kahfi tak merasa terganggu dengan kebisingan itu. Ia malah terlihat nyaman di gendongan Ning Nay, yang juga ada di sana.

Haikal berlaga, bersama Jonathan dan kawan-kawan. Eka kini duduk bersebelahan dengan wanita yang tengah berbadan dua. Wanita berumur sembilan belas tahun yang harus menyandang status janda di usia muda, meski kini kabarnya telah menikah kembali.

"Aku turut berduka cita ya, Ci."

Christa tersenyum. "Makasih, Mbak."

"Udah berapa bulan?"

"Sembilan, Mbak."

Miris rasanya melihat wanita yang tidak lain adalah istri sah Anthony, harus melahirkan tanpa suaminya. Terlebih suaminya meninggal dalam upaya merenggut nyawa gadis pujaannya, Eka.

"Beb, minum," pinta Jonathan.

Christa melemparkan botol air mineral pada laki-laki itu. Eka menatapnya bergantian. Jonathan seperti tahu kebingungan Eka. "She's mine, now."

Jonathan memamerkan cincin di jari manis tangan kanannya. "Really?" pekik Eka.

Christa mengangguk dan tersenyum. "Koh Jojo nikahin aku Mbak, tapi ... belum rame-rame sih. Nunggu baby lahir dulu."

"What?"

"Memang dari awal sebenernya aku pacarann sama Koh Jojo bukan sama Anton. Tapi, aku disuruh nikah sama Anton. Waktu orang tuaku tau aku hamil."

"Eh tunggu, ini ... mmm forget it," ucap Eka tak jadi kepo.

"Ini punya Jojo, Mbak," jawab Christa malu-malu, saat ia paham Eka menanyakan anak siapa yang dikandungnya.

"Astagfirullah, jadi setertekan itu kamu, Ton? Apa kamu nekat ngelakuin hal kemarin gara-gara ini juga? Kamu harus nikah sama cewek yang dihamilin adikmu? Ninggalin aku? Pantes aja kamu batal perjuangin hubungan kita," batin Eka, yang mendadak ingat pada Anthony.

Suara peluit terdengar dan sorakan membahana. Para pemain dari tim Haikal berlari ke tepi lapangan dan menarik salah satu orang, Maul, mantan kapten mereka yang kini sudah beralih profesi sebagai ustaz di SMP Islam terpadu, milik ayahnya.

Mereka berselebrasi bersama, pasca dinyatakan menang dengan pertandingan yang cukup alot berakhir 5:3 untuk kemenangan tim Haikal.

"Mbak, aku keluar dulu nyusuin ya. Nanti nyusul ya," ucap Ayun.

"Eh aku ikut," ucap Eka. "Sekalian mau keluar aja, gerah di sini."

Baru saja, Eka berdiri, suara Haikal terdengar begitu nyaring memanggilnya.

"Ratri Eka Ri Hastiti!" teriak sang pemuda. Gadis yang duduk di tempat VVIP itu jelas menoleh.

"Ini buat kamu. Makasih, udah nemenin aku. Kasih support materiil dan non materiil.  Selalu ada buat aku delapan bulan terakhir. I wanna tell you something, yang mungkin kedengarannya aneh. Aku, kecanduan ada di dekatmu. Aku kecanduan spending time sama kamu. Aku kecanduan melakukan segala aktivitasku sembari cerita nggak jelas sama kamu. Aku kecanduan perhatianmu. Dan aku pikir, aku nggak akan bisa jalanin hidupku tanpa Support System, kamu. So, di hadapan semua orang yang ada di sini. Aku mau bilang ke kamu kalau aku pengen menjalani sisa hidupku sama kamu. Will you marry me?"

Eka mematung. Haikal gila. Itulah yang Eka pikirkan. Riuhnya sorakan dari para saksi kegilaan Haikal, membuat Eka kembali tersadar. Pemuda itu berlari ke arahnya dan berlutu di depannya.

"Mbak, Will you marry your brondong?" tanyanya.

"Kal, jangan gila."

Haikal meringis. "Aku bakal nangis kalau kamu tolak. Tega kamu sama brondongmu ini? Hmm? Aku udah sujud di kaki bunda sama ayah, dan mereka kasih restu kita. Semalem pun, orang tuamu juga bilang setuju. Walau kamu nggak keluar kamar buat nemuin aku."

"Semalem?" Eka berpikir, jadi saat orang tua Burhan datang, dan Eka membadut, setelahnya orang tua Haikallah yang datang.

"Buruan, Ka. Mau ya? Aku anggap mau deh. Capek berlutut gini, sakit kakiku."

Eka yang awalnya terharu jadi kehilangan feel. "Ih, maksa. Nggak mau ah."

Haikal seketika pucat pasi. "Ka, serius nggak mau? Ka, aku cinta sama kamu. Aku cinta sama kamu. Dan aku nggak tau sejak kapan aku ngerasain semua hal ini. Ka, aku serius. Aku nggak mau ngajak kamu pacaran aku maunya kita nikah, kita jemput cinta halal kita."

Maul dan rekan-rekan berteriak. "Terima! Terima! Terima!"

Eka akhirnya mengangguk setelah melihat wajah Haikal yang semakin cemas, takut ditolak.

"Aku bercanda, Kal. Mana mungkin aku nolak kamu. Makasih ya, udah hadir dihidupku."

Haikal seketika lega. Ia meminta pada Alifiya, istri Maul untuk memberikan cincin dan memasangkan cincin di jari Eka sebagai tanda penerimaan lamarannya.

Ayun dan Renny menangis haru. Meski keduanya sudah mengetahui jika Haikal akan melamar Eka usai pertandingan, tetapi tetap saja mereka terharu melihatnya secara langsung.

Pagi tadi, Haikal sudah menyusun rencananya sedemikian rupa. Eka justru malah hampir tak datang. Ia yang tengah berusaha move on dari Haikal, tak mau lagi bertemu. Akhirnya, Ayun dan Renny memaksanya.

Ayun harus membawa bayinya ikut serta dan Renny harus berjalan susah payah dengan perut besarnya yang tinggal menunggu hari kelahiran. Demi menyukseskan acara lamaran itu, mereka datang membawa Eka.

"Yun, Ren, kenapa ketika aku menjauh, dan aku niat hijrah, niat ninggalin Haikal. Malah dia dateng ngajak nikah. Padahal kemarin waktu aku kodein, dianya ngehindar terus," ucap Eka saat ketiganya berjalan ke luar GOR setelah kehebohan tadi terjadi.

"Itulah, namanya juga jodoh. Semua rahasia Allah. Ketika kamu kejar makhluknya, bisa jadi ia akan semakin jauh. Tapi, ketika kamu pasrah sama Penciptanya, ya hal seperti ini bisa terjadi. Karena sesungguhnya satu hal yang menghubungan antar makhluk itu bukan perasaan cintanya, tetapi Penciptanya. Kita sama-sama makhluk Allah, diciptakan oleh Allah. Makanya, kalau mau minta ya sama Allah, bukan sama si makhluk. Karena yang punya hak atas si makhluk hanya Sang Pencipta," ucap Ayun.

Iyus yang ikut mendengarkan ucapan sang istri segera merangkulnya. "Masyaaallah, Ummi Kahfi, pinter banget, istri siapa sih?"

Ayun meringis. "Istrinya Abi Kahfi," ucapnya.

Renny dan Eka meledek. "Duh, aduh, pamer kemesraan di mana-mana, hmm ... Awas loh ain."

Renny yang tadi ingin menyambung ucapan Eka, mendadak diam. Ia merasakan hal aneh di perutnya.

"Kenapa, Ren?"

"Perutku ...."

"Astagfirullah, Mbak mau lahiran?!" pekik Ayun dan Iyus bersamaan.

Haikal yang baru menyusul keluar dipanggil Eka. "Kal, Kal, mobil Kal, rumah sakit!" teriak Eka.

Kelimanya segera pergi ke rumah sakit dimana Zulham tengah bekerja. Saat dikabari, Zulham segera menunggu di IGD, ia menyambut istrinya di sana dengan wajah panik.

Iyus, Ayun, dan Kahfi menunggu di dekat pojok laktasi, karena Kahfi rewel kelaparan. Sementara Eka dan Haikal menunggu di depan ruang persalinan.

"Kenapa?" tanya Haikal pada Eka yang takut.

"Kal, besok kalau aku lahiran kamu mau nemenin?" tanyanya.

Haikal tertawa. "Ya mau lah. Bikinnya berdua, ngeluarinnya juga dong. Ngasuhnya apa lagi."

"Janji?"

"Iya." Haikal terkekeh. "Makasih ya, udah mau nerima brondong nggak berguna ini jadi suami."

"Eh, ngomong-ngomong, kak Abim gimana? Dilangkahin nggak apa-apa?" tanya Eka.

"Kak Abim udah punya calon lagi. Kinza namanya, yang temennya Ayun, sekertaris ayah. Tapi intinya mereka semua ngerestuin kita kok. Eh, Ka, kamu cantik loh tadi malem."

Haikal menunjukkan wallpaper ponselnya. Foto wajah Eka dengan make up mengerikan semalam terpampang di sana.
"Allahu akbar, Kal, jangan dipasang ih. Ih, kek badut gitu."

Haikal terpingkal. "Lucu tau, gemes, cantik kok."

"Cantik dari mana! Mas Burhan aja kabur dan jijik banget liat aku sampai aku disuruh masuk kamar lagi sama ibu."

Haikal kemudian menatap Eka. "Ya, memang begitulah laki-laki. Ada yang hanya menggunakan satu inderanya saja dalam menilai wanita. Ada yang menilai hanya dari mata, alias ngeliat fisik. Ada yang dari telinga, alias suka wanita dari tutur katanya. Ada yang dari mulut, dari masakannya. Tapi, ada juga yang menilai dengan otak dan hati, jadi mengesampingkan segala yang bisa dilihat dan didingarnya, tetapi lebih memilih tentang kenyamanan rasa hatinya setiap bersama wanita itu, dan nyambungnya pembicaraan mereka dari server pemikiran yang sama. Dan aku lebih pakai metode terakhir." Haikal terlihat serius.

"Tapi, jangan pikir aku pake metode terakhir untuk menilaimu bukan karena kamu nggak menarik secara fisik. Justru karena mata, telinga, dan mulut serta perutku bilang 'Yes' duluan, makanya aku pakai metode terakhir. Kan, sebelum kita bener-bener deket, kamu udah sering masakin aku sama anak-anak futsal. Tutur katamu lembut, fisikmu luar biasa cantik."

Eka tertunduk, ia malu.

"Kal, udah ah. Gombal mulu."

Haikal menggeleng. "Aku serius. Memang mungkin sulit sih percaya omongan orang soal nilai positif diri kita. Sama halnya ketika kamu bilang, aku yang brondong nggak berguna di mata orang, justru jadi kayak luar biasa di matamu. Honestly, aku sendiripun geli. Bahkan bunda heran, kenapa bisa kamu sesabar itu ngurusin aku. Dan nggak ilfil sama sifat childishku."

"Ya, namanya jodoh. Saling melengkapi," sahut Iyus yang kini mendekat pada dua orang itu sembari menggendong Kahfi yang sudah tertidur pasca kenyang minum ASI.

Keempatnya tertawa, di saat yang bersamaan, Zulham keluar. Ia memamerkan bayi cantik di tangannya. "Alhamdulillah, akhirnya ada perempuan lagi di keluarga Aji Jati," ucap Zulham.

"Alhamdulillah. Selamat ya!" ucap yang lain kompak.

Kebahagiaan mereka lengkap sudah. Semua, menjumpai kebahagiaan sesuai dengan lika liku takdir yang sudah tersurat dari Sang Pencipta. Jodoh tergantung pada  perkara gadis atau jejaka, bukan perkara usia, bukan pula perkara kasta dan harta. Semua murni pemberian Allah. Oleh karena itu, seyogyanya, kita jemput pemberian itu dengan sebaik-baiknya. Jemput dengan jalan yang benar, bukan dari jalan yang salah.

Menjemput jodoh dengan jalan benar saja, bisa jadi akan dicoba dengan berbagai ujian di depannya. Apalagi yang menjemput jodoh dengan hal kurang baik, pasti godaan semakin mengerikan.

Seperti dalam Kalam Maya, seluruh kisah tertulis di sana. Jalan ceritanya memang buatan manusia, tetap percayalah semua itu atas ijin dari Allah.  Apapun yang dilakukan oleh setiap makhluk, sadar atau tidak, semua sudah mendapat ijin dari Allah. Karena ketika Allah sudah berfirman, semua akan terjadi, 'Kun Fayakun'.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Dalam tulisan, aku mencoba menebar ilmu. Namun, Tuhanku justru memberiku hadiah luar biasa, mempertemukanku dengan dia, laki-laki yang akhirnya menjadi imamku. Lewat Kalam Maya, kami berjumpa. Dan dari Kalam Maya pula, aku mengabadikan kisah kami."

Nusayba Qurotaayun

****

"Setiap manusia pasti butuh Operating System dan Support System. Jadikan ilmu agama, Al Qur'an dan Hadist menjadi landasan Operating System hidupmu. Dan jadikan pasangan halalmu sebagai Support System hidupmu."

Yusuf Tabriz Albirru

***

"Pernah terluka, bukan berarti tak bisa sembuh dan kembali bahagia. Kadang Allah mengambil sesuatu dari kita, untuk menggantinya dengan yang lebih baik."

Mbak Renny

****

"Aku selalu merekomendasikan pasienku untuk makan bubur ketika tubuh mereka benar-benar tak bisa menerima makanan apapun. Hingga akhirnya bubur identik dengan orang sakit. Bubur identik dengan pasienku. Dan ternyata pada akhirnya si dokter ini malah kepincut dengan si penjual bubur yang cantik. Mungkin ide bagus kalau buka klinik sendiri, setiap pasien dapat bubur gratis?"

Dokter Zulham

***

"Aku pernah bermaksiat pada Allah. Menentang perintahnya. Bermaksiat dengan kedok penjajakan cinta. Namun, Allah menunjukkan kebenarannya. Ketika segala usahaku dalam menyambut cinta hancur lebur dan Allah gantikan dengan kejutan luar biasa, jodoh yang tak terduga, yang tak perlu aku perjuangkan, tapi Allah berikan dalam sekejap mata."

Eka

****


"Aku capek berkelana ke sana ke mari. Pada akhirnya, aku bisa berlabuh di hati yang tepat. Yang tak peduli berapa uangku, yang tak lelah menanggapi kecerewetanku, yang selalu sabar menghadapi kerandomanku. Gaess!!! Aku nikah gaesss!!!"

Haikal Dewangga

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Assalamualaikum

Terima kasih sudah mengikuti kisah kami ....




Iyus - Ayun - Kahfi




Zulham - Renny - Zafurra


Haikal - Eka




ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ


Habis ini kepoin yang baru yaaaa....



My Mimosa Pudica

Akan ada KINZA MAHDIYA
ABIMANYU DEWANGGA
WISANGGENI
ROSEANNA LYNCH
BRANDON LYNCH

*******

Kinza


Abimanyu

Wisanggeni


Rose



Brandon

...........................



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro