Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Karma

Prompt: aku jatuh cinta dengan alien

Temui aku besok di laut utara
Tempat angin kebenaran berhempus
Yang dusta malu menampakan diri
Dan kenyataan yang singgah dalam temaram

Kupandang selembar kertas puitis milik remaja dari negri antah berantah. Kutilik kembari surat darinya, penuh teka-teki yang melakonis. Ragatrani sungguh pemuda yang romantis. Tak pernah kujumpai, pemuda dengan pakaian compang-camping berani menggoda anak pemilik tanah.

"Mengapa kamu tidak menulis langsung nama tempatnya, itu akan lebih singkat ... "

Aku terkekeh, ditengah terangnya malam oleh taburan bintang. Sesekali kuintip kembali secarik suratnya yang diantar dengan cara anti mainstream. Menyusup ke dalam kediamanku, melewati penjagaan 100 perajurit lalu memanjat tembok setinggi 5 meter, sungguh dirimu pemuda misterius yang penuh rahasia.

Lekukan bibir kembali terbentuk secara tiba-tiba acap kali aku membayangkan sosoknya. Kukira namanya saja yang aneh, ternyata sifatnya pun tak kalah aneh. Segala hal yang terdapat di dalam dirinya memang unik, seleranya, pakaiannya, wajahnya, namanya, sifatnya bahkan kemunculannya begitu unik.

Hari berlalu begitu cepat, termakan oleh buasnya malam. Aku sudah tak sabar menanti seharian penuh. Kutarik selendang berwarna merah muda tuk membungkus sosokku di tengah ganasnya hawa malam. Perlahan tapi pasti, menilik kiri dan kanan, memastikan tak ada seorangpun yang menciduk.

Aku berjalan menuju hutan di belakang kastil. Orang-orang menyebutnya sebagai Hutan Tiada Asa. Memang benar kata Raga, suatu tempat tak dapat dinyatakan populer jika belum memiliki kisahnya tersendiri.

Winston And Karma, ini salah satu kisah yang terkenal. Tentang seseorang yang berprofesi sebagai pemburu, Winston berjumpa dengan sesosok makhluk mistik bernama Karma, naasnya Karma malah dibunuh oleh Winston dan rekan pemburunya. Tubuhnya dimutilasi, darahnya diperas layaknya anggur dan dagingnya disantap bak steak sapi, sungguh tragis sekali akhir hidupnya. Konon katanya, arwah Karma menghuni tempat ini. Menyimpan kobaran api di dalam jiwa yang siap untuk diluapkan kepada keturunan Winston. Mengulang kembali hikayat lama tuk dendam tiada akhir.

Bagaimana pun itu berawal dari bualan seorang pemabuk yang seharusnya tak kita dengar. Malam melolong begitu panjang bersamaan dengan udara dingin yang mencekik di balik tengkuk. Tak heran mereka menyebut hutan ini berhantu, selain udaranya yang berkali lipat dinginnya, banyak bangkai hewan yang tergeletak, aroma busuk yang menusuk hidung, pepohonan yang mati dan kabut yang menyelimuti.

Waktu terbunuh oleh taring sang bulan sabit. Terhenti didenting ke-tiga belas, ada yang muncul balik semburat kabut. Kusipitkan mataku untuk memfokuskan pengelihatan. Sosoknya tinggi jangkung yang sangat kukenal.

"Raga!" Aku berlari menghampirinya. Seperti yang kubilang, sosoknya selalu hadir dengan cara yang unik.

"Maaf membuatmu lama menunggu, Freja," Raga mendekapku, hawa dingin berangsur-angsur menghilang dalam pelukannya.

Kubalas pelukannya, "Tidak apa-apa, aku baru saja tiba."

Kujelaskan kepadanya betapa panasnya kepalaku memikirkan teka-teki puitisnya sebelum aku teringat cerita di balik Gereja St. Lousia de Marrilac yang terbengkalai di tepi laut utara. Ceritanya memberiku pandangan baru akan legenda lama yang beredar. Raga adalah pendongeng handal, banyak kisah yang diketahuinya, mendengarnya bercerita membuatku bertanya seberapa tinggi tingkat keakutan kutu bukunya.

Kami berjalan mengelilingi hutan, menikmati alam yang disungguhkan. Menikmati malam bersama di bawah cahaya temaram sang bulan sabit. Ini malam tanpa bintang, cahaya malam ini tak seterang sebelumnya. Terlebih tebalnya kabut menghadang sinar yang terpancar dari benda malam menyusup masuk ke dalam hutan.

"Freja,"

Apa yang ingin dia katakan? Sedari tadi aku menahan diri untuk tak bertanya. Tak mungkin sekadar kencan biasa serumit ini hingga menggunakan puisi teka-teki. Langkah kami terhenti sejenak, tangannya menahanku untuk tak menoleh ke arahnya.

"Jangan berpaling ... "

Aku terdiam sebelum pada akhirnya memberanikan diri untuk bertanya alasannya. Hawa dingin semakin mencekam, sosoknya yang berdiri di belakangku mencekik tengkukku.

"Kamu tahu, mengapa cinta Karma dibalas penghianatan oleh Winston?"

Aku tertegun, mengapa dia membahas hal itu tiba-tiba? Mimikku ragu tuk menjawab sebelum memutuskan untuk menjawabnya sesuai isi kepalaku.

"Karena Winston adalah pria yang jahat?"

"Kamu tahu, Freja, di tempatku Karma adalah nama seorang pria, begitu juga Winston,"

"Raga, ada apa dengan dirimu? Mengapa ucapanmu menjadi meracau?"

"Karma, sudah jelas itu nama depan. Tetapi Winston, bukankah orang-orang lebih sering menggunakan sebagai nama belakang, benar begitu, Freja Winston?"

Mataku terbelalak, tidak mungkin dia mengetahuinya. Kisah Winston and Karma bukanlah kisah rekaan melainkan kisah nyata. Camilla Winston adalah leluhurku sekaligus sosok yang diceritakan, dia bukanlah pemburu melainkan seorang bangsawan yang memiliki hobi berburu. Sebaliknya, Karma adalah seorang makhluk aneh yang menghuni hutan ini, dia bukanlah wanita melainkan seorang pria, tidak lebih tepatnya jantan. Karma bukanlah manusia ataupun makhluk legenda yang pernah manusia temui.

Fakta bahwa cerita yang beredar adalah aib tersembunyi bagi keluarga kami. Oleh sebab itu, kami menjaga rahasia itu agar tak bocor, membiarkan "rumor" yang beredar tetap menjadi rumor.

Tubuhku mematung, tak mampu untuk berpaling. Suara aneh terdengar dari balik tubuh. Bayangan tinggi nan besar terlihat jelas muncul dari belakang. Pupilku bergetar, napasku tersendat-sendat tak beraturan, keringat dingin datang membanjiri tubuhku begitu tubuhku bergetar hebat. Kuberanikan diri menoleh ke belakang sembari menelan ludah.

Sosok aneh berkepala kotak dan berwarna hijau berdiri di hadapanku. Tingginya semampau, kurus kering dan memiliki mata berwarna hitam pekat yang besar.

Aku langsung berteriak-terdengar melengking-meninggalkan makhluk aneh itu atau lebih tepatnya Raga jauh di belakang sana. Bulan tersenyum semringai, menyaksikanku yang kabur dari kewajiban-penebusan perbuatan tercela leluhurku.

Sesekali aku menoleh ke belakang, memastikan sosoknya masih tertinggal jauh di belakang. Jantungku terpacu hebat, darah segar mengalir di balik telapak kakiku. Bebatuan tajam kuhantam begitu saja asalkan nyawaku mampu selamat. Kupacu langkahku sekuat tenaga, lelah atau tidak harus tetap lari. Ini gila, makhluk apa dia?

"Jangan-jangan ... "

"Aku? Alien."

Luar biasa, makhluk apa itu? Aku tak pernah mendengarnya, tak ada seorang pun di akademi yang pernah membahasnya. Bahkan Kakakku yang katanya professor muda berbakat, tak tahu alien itu apa.

Aku masih tetap berlari sementara air mata menderai-mengalir keluar. Ini terlalu jahat, aku sudah terlanjur jatuh cinta padanya. Rasanya pahit, mengapa dia tak langsung membunuhku, malah membuatku menaruh hati padanya? Dadaku terasa sesak, mengapa aku dapat jatuh cinta dengan makhluk aneh macam dia?

"Ouch!" Tubuhku menghantam tanah, terjatuh menabrak sesuatu.

"Camilla, aku mencintaimu, mengapa kamu menghianati perasaanku?"

Mataku terbelalak, sosoknya yang menyeramkan berdiri di hadapanku. Aku menangis sejadi-jadinya, berteriak melempar tantrum bak anak kecil. Jari-jemarinya yang kurus panjang itu terulur ke arahku. Dia memang menyeramkan dan aku pasti akan mati di tangannya saat ini. Meski begitu, siapapun dirinya, seperti apa sosoknya, aku terlanjur menaruh hati padanya, konyol, memang. Tetapi kuterima uluran tangannya.

Perlahan, sosoknya kembali lagi menjadi Raga yang kukenal. Pemuda berambut coklat dengan mata hijau, bajunya compang camping dengan aroma khas yang kukenal, itulah Ragatrani.

"Raga ... "

"Kasihku, pujaan hati, jiwaku telah jatuh kepadamu. Mengapa engkau membunuhku?"

"Kamu bukan arwah gentayangan, kamu bukan Karma bukan juga Raga, siapa kamu yang sebenarnya?"

"Oh, sayangku, akulah mereka. Aku bukan arwah, aku masih hidup. Hari itu, kamu tak berhasil membunuhku,"

"Kamu pasti membunuh Ragaku, kembalikan dia!"

"Aku Ragamu, Freja,"

"Bohong!"

***

"Pernah mendengar soal reinkarnasi? Katanya, mereka yang pernah melakukan dosa paling keji akan bereinkarnasi. Bukan untuk menebus dosa mereka, melainkan kembali mengulangi mimpi buruk itu dengan akhir yang tragis,"

"Maksudmu, Kak?"

"Mereka terlahir kembali untuk disiksa, merasakan penderitaan dari korban mereka di kehidupan masa lalu."

***

"Tidak ... menjauhlah dariku, dasar monster, alien aneh!"

Terkutuk aku. Sosoknya kembali berubah menjadi makhluk hijau berkepala kotak yang menyeramkan.

Tangannya menarik dan menciumku dengan paksa. Cairan hitam aneh ia alirkan melalui mulutnya. Ada yang aneh, cairan itu seperti hidup. Bukan seperti cairan, melainkan kumpulan hewan kecil yang tengah menjelajahi mulutku. Bulir mata mengalir deras, aku mencintainya namun juga membencinya. Bagaimana ini? Aku benar-benar akan mati di tangannya.

"Selamat tidur, kekasihku."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro