01
Hari ini adalah pagi yang Indah. Sang mentari menunjukkan dirinya dengan malu. Udara kota masih segar di perkomplekan Poris Blok M yang rindang. Tapi semua berubah saat Jaka terbangun.
"ASTAGFIRULLAH IBU, JAKA KOK GAK DIBANGUNIN. UDAH JAM 8 INI." Jaka dengan cepat memakai kemejanya dan hanya menyuci wajah tidurnya dengan sabun dan membawa jaket motornya dengan kecepatan kilat. Ia meraih tas selempangnya yang berisi beberapa buku tulis dan satu bolpoin, biasa namanya juga anak laki-laki terus dah kepepet.
Jaka lari menuju dapur ingin mengambil roti. Tapi disana ia berhasil dikagetkan dengan sosok gadis mungil bersurai hitam kecoklatan sedang bercengkrama dengan ria dengan ibunya sambil memegang adonan kue.
"Loh Syah kok lu masih disini?" Tanya Jaka heran. Gadis itu menoleh dengan senyum ceria terpatri di wajahnya. Gadis itu adalah teman masa kecilnya juga tetangga depan rumahnya Rei.
"Eeeeh Bang Jaka, tumben jam segini udah rapi?" Balas Rei dengan wajah bingung menatap Jaka.
"Lah bukannya lu juga mesti sekolah?" Iya, biasanya ini bocah dah berangkat jam enam kalo mau ke sekolah karena takut macet.
"Pffft... Ahahahaha si Abang, kan hari ini libur semesteran. Rajin amat mau ke sekolah." Kai kemudian menyalakan HPnya dan benar saja sekarang masih di pertengahan Juni. Ia mengusap wajahnya, malu keliatan bodoh terpapar di depan gadis mungil itu. Padahal Rei itu nggak mungil kecil banget. Tingginya mah 158 cm normal.
Cuman keluarga Jaka aja orang-orangnya pada tinggi kek titan. Adek cowonya Jaka yang paling bongsor dan yang paling pendek sekeluarga aja masih kelas satu smp tapi tingginya 150 cm hmmzzz. nah termungilkanlah nomor dua kalo Rei mampir di rumah Kai.
"Lagi pula ya nih bang, ini masih jam setengah enam. Adek-adek abang aja belum pada bangun. Jam beker di kamar abang mati?" ujar gadis itu lagi, dan kai kembali mengecek kebenaran melewati HPnya dan satu kata yang ada dikepalanya "APES". Dia emang lupa jam bekernya mati dan blum ia ganti baterainya. Biasanya Kai udah bangun pagi dan jogging. Cuman tadi malem dia tidurnya kemaleman gara-gara ngabisin drama korea 'Laki Gua Dateng dari Galaksi Bima Sakti'yang dikasih Rei.
"Lah lu ngapain disini?"
"Oh tadi aku pagi buta dah bangun. Trus ketemu tante di depan kompleks pas aku jalan-jalan sekitar kompleks. Katanya tante mau buat brownies jadi ya aku ikutan aja. Sekali-kali belajar buat brownies buat suami di masa depan, yah sekitar sepuluh tahun lagi lah abang." Rei terkekeh iseng, sedangkan Kai yang melongo dengan kelakuan Rei.
'masih bau minyak telon dah kepikiran nikah ni anak, gua aja mahasiswa akhir belum mikir segitunya' batin Kai.
"Udah atuh Abang, Lagipula kalo Isyah ntar pinter masak, abang juga bisa makan makanan dia yang enak nanti. Kan bagus dia mau belajar masak, udah abang mandi sana! Tadi cuman cuci muka aja kan? Hush!" usir Ibu Jaka yang balik lagi dengan rutinitas membuat brownies dan merincikan setiap resep. Kai cuman bisa mingkem dan kembali ke kamar melakukan sesuai rutinitas paginya.
Setengah jam kemudian Jaka kembali turun ke dapur dengan kaos biru oblong dan celana hitam pendek mau olahraga. Kebiaasaan dia kalo libur pagi-pagi pasti jogging dan olahraga di taman kompleks sama temen-temennya, terus dia itu juga mahasiswa jurusan pendidikan olahraga makanya badannya atletis gitu. Jaka baru saja mau pergi keluar tetapi dihentikan teriakan cempreng ceria Rei yang berjalan cepat kearahnya sambil menenteng tas kecil.
"Eh Abang tungguin. Mau kumpul sama anak-anak kan lu?" Jaka mengangguk atas jawaban dari pertanyaan dari Rei. Melihat jawaban Rei gadis itu menjadi sumringah. Iya, Rei itu cuman ngomong aku kamu itu di rumah dia sendiri, namu di rumah temen karena ada ortu temennya, atau baru kenalan sama orang. Kalo keluar atau sama temen deket mah pake gua lu.
"Barengan Yuk! Sekalian ini bagi brownies buat yang lain. Kan baru pertama kali aku bikin yang brownies ovenan. Eh tapi di bantu tante juga sih. Bang, ini coba icip dulu! Tadi ku icip sih lumayan." Gadis itu menyodorkan sepotong kue brownies coklat ke mulut pemuda jakung itu. Tapi apa daya tangan pendek tak sampai. Jadi Kai yang mengambilnya di tangan Rei secara langsung.
"Hmmm... yakin bisa dimakan?" Jaka melihat-lihat tampak kue bikinan Rei dan juga baunya.
Alhamdulillah normal.
Jaka mencicipinya dengan seksama merasakan tekstur dan rasa brownies itu. Rei agak gugup dengan komentar apa yang akan dilontarkan Kai.
"Enak sih dek. Tapi kayaknya terlalu lembut gitu." komentar Kai terus terang.
"Yah, padahal tadi pas kebanyakan air udah di tambah tepungnya. Yaudah dek bawa ke ke rumah mas Shu aja. Kan kata abang masih enak. " ucap gadis itu bersenandung senang.
Akhirnya mereka sampai di rumah biru besar dan luas di ujung gang komplek. Tamannya penuh dengan pohon-pohonan membuatnya nampak rindang. Terdapat sebuah surau dari kayu yang disampingnya ada ayunan kecil. Ada juga lapangan bola dipinggir taman dan sebenarnya ada kolam renang di belakang. Iya yang punya orang paling kaya sekomplek. Jaka membuka pagar warna putih rumah itu. Diantara perumahan biasa rumah Shu emang paling mencolok.
"Assalamualaikum." Ucap Jaka dan Rei bebarengan memasuki rumah itu. Keempat pria yang sedang dilapangan dan satunya yang duduk di surau menoleh.
"Waalaikumsalam." jawab mereka serempak.
"Yo Akang Jaka, tumben telat bang." ucap Nao mengelap keringatnya dengan kaos oblong item yang dipakainya.
"Biasanya lu paling awal Ka." Haru menaikkan kacamatanya yang sempat melorot karena berlarian bermain bola.
"Wkwkwkwk tadi si Abang Jaka ngelindur gara-gara nonton drakor tadi malem. Dikiranya hari ini masuk sekolah, padahal libur. Ngakak kalo lu pada liat ekspresinya tadi." Rei udah ngakak gak karuan gara-gara keinget tadi pagi. Sementara temennya yang lain hanya mengernyit dan tersenyum tipis. Iya bercandanya Rei biasanya garing emang.
"Hush diem lu." jaka membungkam mulut Rei dengan tangannya. Rei yang dibungkam menabok kencang tangan Kai yang mengakibatkan bercak merah yang diyakini terasa panas pedas. Tangan Rei emang kecil dan halus tapi sumpah sakitnya minta ampun kalo dibuat nabok orang. Tapi untung Jaka udah biasa ditabok jadi udah biasa.
Emang lagi syantik~
Tapi bukan syok syantik~
"Udah jangan berantem pagi-pagi." ucap suara lembut pemuda yang syantik dan sexy berambut pink, Rico. Dengan backsound lagi syantik dari handphone ditangannya. Rico emang suka banget lagu itu, soalnya menggambarkan dirinya banget fren, katanya.
Ah jangan lupakan mas ganteng dengan surai coklat di samping Rico yang jalan dengan tersenyum lembut bikin adem. Dia pemilik rumah gedongan ini Shutikno, panggilan akrabnya Mas Shu.
"Kamu bawa apa dek?" tanya Shu kepada Rei yang membawa bungkusan plastik hitam di tangannya. Reipun tersadar akan niatnya tadi langsung memberikan bungkusan ke Shu.
"Untung Mas ingetin aku. Tadi aku bikin brownies sama tante (). Buat kalian semua. Nah ini bukan produk gagal kok, Abang tadi udah ngicipin. Moga aja kalian suka." Semua orang langsung mengkerubuti bungkusan itu. Brownies coklat bentuk kotak yang sudah diiris-iris kotak lebih kecil.
"Gimana bang, aman?" Tanya Ryota ke Jaka. Yang lain juga melihat ke arah Jaka.
"Aman dia buat sama emak gua,dah diicip juga." Ujar Jaka. Biasa, dia emang dibuat kelinci percobaan pengicip masakan Rei. Apalagi anak itu suja kreasi macem-macem. Masukin bumbu sana sini. Ya walaupun banyak yang enak sih.
"Jahat ya pada gak percaya masakan aku." Rei menggembungkan pipinya sok-sok ngambek imut yang malah menambah rasa ingin menampol dalam hari Ryo.
"Ya elu eksperimen mulu. Klo si Rico mah dah pasti aman la lu? kemarin inget gak lu kejadian mie rebus pedes lu campur kopi putih cap tanuki, ampe abang shu mau muntah."
"Ya Allah lambenya nyai. Ya namanya kan eksperimen itu ada yang gagal dan ada yang berhasil. Ntar siapa tahu ada inovasi baru yang mengalahkan makanan buatan chef-chef terkenal." ucapnya bangga dan malah menambah panas hati ryo.
"Ya harusnya lu coba sendiri! jangan orang lain lu jadiin korban ogeb." gatel udah ryo mau cubit satu-satunya cewe di depannya. Haru malah tersenyum riang karena ada keributan udah nyiapin kata-kata buat ngompor biar lebih panas. Rika lagi mager misahin dua tom and jerry ini. sementara Nao sama Kai santai makan brownies gak mau ikut kena semprot mulut ryo yang setajam silet.
"Udah-udah jangan tengkar mari kita nikmati saja Bolunya ya." untungnya masih ada pihak bapak shutikno yang netral dan mendukung perdamaian ayem tentram.
"Iya ayah." Jawab duanya bebarengan shu cuman istigfar aja ama kelakuan semua teman-teman kompleknya. Semuapun kembali normal pada kegiatan biasanya.
***
TBC BESTIEEEEE
******
Yahooo dah lama gak ketemu ya aduh dah berapa tahun ya? iya ini lama apdet karena author lagi kuliah dan gak berharap ini masih ada yang baca tapi makasih dah sering mampir ke buku saya yang berdebu ini. See you LAAAAAAAAAAATTTTTTTTTTEEEEEEEEEEERRRRRRRRRRRR
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro