Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Madoushi

Warning : Semi-AUyaoitypo(s), magicdll.

.

まどうし (Madoushi)

.

Kuroba Kaito berjanji bahwa ia tidak akan pernah lagi menjahili atau membuat seorang penyihir; witchmadoushi atau apapun sebutannya bagi orang yang bisa menggunakan sihir--mengamuk padanya. Kesalahannya hanya sepele, dia hanya menolak Koizumi Akako saat gadis itu memberikannya sekotak cokelat. Kaito yang tahu bahwa Akako sering membuat makanan atau ramuan yang aneh untuk membuatnya jatuh cinta pada gadis itu tentunya menolak dengan cengiran khas-nya.

Bila Akako biasanya akan langsung menghentakkan kakinya kesal dan pergi setelah ditolak, kali ini berbeda. Gadis itu terus memaksanya untuk menerima cokelat yang ia berikan. Kaito yang sudah puluhan kali menolak, akhirnya menyulap cokelat tersebut menjadi setangkai bunga mawar putih. Akako yang melihat cokelatnya menghilang pun menunjukkan ekspresi sebal dengan sedikit geraman.

"Kuroba-kun, kau benar-benar tidak mau cokelat itu? Padahal kau selalu dengan senang hati menerimanya dari gadis lain." nadanya terdengar dingin dan penuh sindiran.

Kaito menyilangkan lengannya. "Apa kau lupa kalau kau selalu menaruh ramuan aneh di setiap barang yang kau berikan?" tanyanya ikut menyindir.

Akako meremas mawar putih itu dengan ekspresi layaknya orang tersinggung. "Aku tahu kalau dulu aku selalu berusaha untuk membuatmu jatuh cinta padaku, tapi sekarang berbeda. Aku hanya ingin memberikan cokelat itu untuk tanda maaf. Kenapa kau tak memikirkannya? Aku sudah menyerah padamu sejak tiga bulan yang lalu. Dan kau malah membuang perasaan bersalahku begitu saja?!" gadis itu mulai bergetar marah. Ia benar-benar tidak mengerti mengapa orang yang sangat ia inginkan selalu memandangnya curiga. Tidakkah Kaito tahu berapa banyak pengorbanannya untuk membuat pesulap itu takluk padanya? Yah, meski ia sudah menyerah saat dirinya tahu kalau hati Kaito sudah terisi oleh orang lain--meski belum disadari olehnya.

Ketika sebuah ide muncul dibenak Akako, gadis itu menyeringai setan. Kaito yang melihatnya langsung mundur beberapa langkah dengan raut bimbang, ia bisa merasakan kalau Akako tengah merencanakan sesuatu.

Akako mulai menggumamkan kata-kata aneh disertai aura merah di sekujur tubuhnya. Kaito panik, gadis itu akan mengeluarkan sihirnya. Inginnya ia lari, namun tubuhnya tiba-tiba tidak bisa digerakan.

Hal terakhir yang Kaito lihat hanyalah seringaian keji Akako sebelum kesadarannya menghilang dan pandangannya menggelap.

Kaito terbangun setelah hampir satu jam tertidur. Ia memandang kondisi kelas yang sudah sepi mengingat jam pulang sekolah sudah berakhir dari dua jam yang lalu, dibuktikan oleh langit biru yang kini berdegradasi oranye terang.

Mengedipkan matanya beberapa kali, Kaito pun bangun dan berdiri. Ini memang perasaannya atau bukan tapi mengapa ruangan kelas dan benda-benda di sekitarnya terlihat sangat besar dari yang biasanya? Tas miliknya pun ikut membesar. Huh?

Sang pesulap membelakakan matanya saat ia melihat sosoknya. Dirinya menjadi pendek, lengannya mengecil, bahkan pakaian sekolahnya pun berubah menjadi sebuah kemeja biru tua dengan celana putih selutut.

Oh, jangan bilang!

Kakinya berlari menuju refleksi dirinya di jendela kelas. Benar saja! Tubuhnya menyusut menjadi kecil. Kini dirinya terlihat seperti anak SD kelas 1. What?!

Saat benaknya memproses kejadian yang terjadi sebelumnya, Kaito mengerang frustasi. Dia tidak sengaja membuat Akako marah dan gadis itu menyihirnya jadi anak SD. Oke, Kaito tidak ingin tahu bagaimana Akako bisa menggunakan sihir aneh seperti ini. Yang ingin ia tahu hanyalah bagaimana caranya agar tubuhnya bisa kembali seperti semula.

Untung saja Aoko dan british sialan itu sudah pulang duluan sejak tadi. Kalau mereka mengetahui kondisinya sekarang pasti akan tambah runyam.

Maniknya memperhatikan sebuah kertas kecil di atas mejanya. Penasaran, Kaito pun mengambilnya.

Kau bisa kembali jika kau melakukan make-out dengan orang yang bernasib sama sepertimu.

Ini hukuman karena kau tak mau menerima kata maafku.

--Akako

Sebuah perempatan tercetak jelas di dahinya. Kalau gadis itu menyatakan maksudnya dengan baik-baik pasti ia percaya. Ugh, Kaito hanya bisa merutuk Akako. Dalam hati ia berjanji bahwa dirinya tak akan pernah membuat Akako marah lagi, jika gadis itu akan berbuat baik padanya.

Kembali pada isi pesan Akako, Kaito mulai memutar otaknya. Di mana ia bisa menemukan seseorang yang menyusut dari SMA menjadi SD? Apalagi ia harus menciumnya err bahkan menggunakan lidah. Memangnya orang itu mau? Hmm, meski Kaito tidak ingin ia mencium sembarang orang namun ia mau tak mau harus melakukannya bila dirinya ingin kembali seperti semua.

Karena Kaito yakin, memohon pada Akako dan meminta maaf padanya tak akan membuat hati gadis itu tergerak untuk merubahnya kembali.

SMA menyusut jadi SD.

Hmm.

"Ah!!" Kaito teringat seseorang. Seorang bocah berkacamata yang hampir menangkapnya ketika ia melakukan aksi pencurian. Seseorang yang memiliki kecerdasan dan insting yang tak kalah dari miliknya. Dan seseorang yang harusnya bertubuh SMA namun menyusut menjadi bertubuh SD.

Sama seperti yang ia alami.

Huh? Berarti ia harus mencium Tantei-kun? Well, sepertinya itu bukan ide yang buruk.

.

.

.

Aneh, unik, dan tidak biasa adalah hal yang dialami Kaito saat ini. Jalanan, toko dan komplek perumahan yang sering ia lihat kini terasa asing di matanya. Stamina tubuh yang sering ia banggakan pun menurun, dirinya yang baru berjalan sekitar dua puluh menit sudah merasakan capek dengan peluh yang turun dari dahinya.

Pandangannya terus menyisir lingkungan Beika dengan cermat. Sejak dia sampai di Beika beberapa menit yang lalu, Kaito memutuskan untuk pergi ke Mouri Agensi, sayangnya kantor itu tutup dan tak ada siapapun di sana.

Menghela napas berat, Kaito pun mulai berkeliling untuk mencari Tantei-kun. Ia harus cepat menemukannya sebelum hari menggelap. Jika dirinya keluyuran di malam hari dengan tubuh kecilnya sendirian, pasti akan menarik perhatian. Jadi ia memutuskan untuk menggunakan seluruh merpatinya demi mencari Tantei-kun.

Seekor merpati miliknya terbang ke arahnya, seketika Kaito tersenyum girang. Sang pesulap pun bergegas untuk mengikuti arah hewan putih itu.

Hal yang pertama kali ia temukan adalah Mouri Kogoro dan Mouri Ran yang tengah berlari ke dalam rumah sakit diikuti oleh beberapa polisi di belakangnya. Dari ekspresi yang digunakan Ran, Kaito tahu kalau terjadi sesuatu pada Tantei-kun.

Hatinya mendadak panik, dirinya berharap bahwa pengkritik favoritnya itu baik-baik saja. Dengan raut cemas--melupakan poker face-nya--Kaito pun ikut masuk ke dalam rumah sakit untuk mencari sang detektif.

Setelah mengetahui bahwa Tantei-kun hanya jatuh terbentur saat menahan pelaku pembunuhan hingga kepalanya berdarah tanpa luka serius, Kaito menghela napas lega. Setidaknya ia tidak perlu khawatir lagi bila detektif manis itu kenapa-napa.

Kaito menatap anggota Shounen Tantei Dan perlahan memasuki ruangan tempat Tantei-kun di rawat. Hm, sepertinya ia harus menunggu sampai malam bila dirinya ingin bertemu dengan sang detektif. Saat ia sibuk memandang kumpulan anak-anak, Kaito hampir kaget ketika anak perempuan blonde dengan aura dewasa memandang ke tempat ia bersembunyi dengan seringaian kecil.

Dari sana Kaito tahu, bahwa anak perempuan bersurai cokelat karamel itu sama creepy-nya dengan Akako. Eww.

.

.

.

Degradasi oranye dengan biru gelap yang tadi menghiasi langit kini telah berubah menjadi hitam kelam khas lukisan malam. Kaito yang baru keluar dari tempat persembunyiannya, melangkahkan kaki kecilnya menuju kamar Tantei-kun yang kala itu sudah sepi pengunjung.

Saat tangannya menggapai kenop pintu, Kaito mengernyitkan alisnya sebal. Dirinya tidak menyangka kalau tubuh kecilnya sangat pendek sehingga ia harus berjinjit ketika membuka pintu kamar. Ugh. Sekarang Kaito sangat mengerti penderitaan Tantei-kun yang setiap hari terperangkap dalam tubuh kecilnya.

Pintu berwarna putih itu terbuka pelan, Kaito masuk ke dalam dengan langkah pelan. Indigo-nya menemukan Tantei-kun yang tengah tertidur disertai lilitan perban di kepalanya. Dadanya yang naik turun secara teratur menandakan bahwa detektif kecil itu tengah tidur.

Sang pesulap menaiki kasur dan duduk bersila di depan Tantei-kun yang masih terlelap. Kini dirinya bimbang. Ia ingin segera kembali ke wujudnya, namun hatinya tak tega untuk membangunkan sosok manis di hadapannya. Membangunkan saja dirinya tak tega, apalagi mencuri sebuah ciuman panas. Ugh.

Mendapati ekspresi rileks dari Tantei-kun, Kaito mengulas senyum tipis. Wajah Tantei-kun biasanya penuh dengan intelejensi, rencana dan senyum arogan. Akan tetapi saat ini, wajahnya terlihat damai seperti anak kecil yang polos. Bahkan Kaito tak sadar bila lengannya kini tengah membelai pipi sang detektif dengan lembut hingga jantungnya berdesir hangat.

Gerakan lengannya terhenti saat sang detektif mulai bergerak gelisah dalam tidurnya. Perlahan mata tertutup itu terbuka, menampilkan iris biru langit yang cantik--dan terkadang menyihir Kaito hingga ia tak bisa melepas pandangannya dari manik azure tersebut.

Sang pangeran tidur akhirnya sadar dari tidurnya, ia mengerjapkan mata beberapa kali seraya memandang Kaito heran. Ketika kesadarannya pulih sepenuhnya, Conan terkaget. Ia langsung menyibakkan selimutnya dan memundurkan tubuhnya ke tepi kasur.

"Wha--siapa kau?!" Conan melotot dengan ekspresi terkejut. Well, tidak setiap hari kau menemukan seorang bocah yang sangat mirip denganmu tengah duduk di hadapanmu dengan seringaian kecil.

Kaito memutuskan untuk menjahili Conan sebentar. "Eeeh~ kau melupakan saudara kembarmu sendiri? Jahat sekali kau Conan-chan~" rengutnya imut dengan wajah sedih--yang dibuat-buat.

Conan memandangnya teliti. "Jangan main-main dan segera pulanglah, orang tuamu bisa khawatir."

"Hmph, Tantei-kun tidak asyik." rutuknya cemberut.

Mendengar julukan tak asing dari bocah di depannya, ekspresi Conan berubah kaget.

"Wha--jangan bilang, kau..., KID?" tanyanya tak percaya.

Kaito menyeringai lebar. "Kau cukup lamban untuk menyimpulkannya, Tantei-kun." jawabnya dengan nada mencemooh.

Wajah Conan mendadak panik dengan sedikit horor. "Kau bertemu dengan 'mereka'? Dan meminum racunnya kenapa--"

Sang pesulap menempatkan jarinya di mulut sang detektif untuk menghentikkan deduksi panjangnya. "Aku tidak meminum racun apapun. Aku dikutuk oleh temanku gara-gara membuatnya marah." potong Kaito cepat.

Sang detektif menghempaskan lengan Kaito sambil memutar bola matanya bosan, hatinya yang sempat panik merasa dongkol seketika mendengar jawaban aneh sang pesulap. "Dan kau ingin aku percaya perkataan tak logismu? Aku tidak tahu siapa kau, tapi sebaiknya kau segera pulang sebelum kupanggilkan suster." ancamnya seraya menarik selimut untuk kembali tidur.

Pesulap serba putih itu kembali cemberut, lengannya menarik selimut Conan hingga sang detektif mendeliknya tajam. "Geez, kenapa kau tak percaya padaku? Aku benar-benar dikutuk oleh penyihir di kelasku!"

"Hentikan omong kosongmu, aku ingin segera tidur." Conan masih tetap pada argumennya.

Sebal akan tingkah Conan yang mengabaikannya, Kaito pun memutuskan untuk membuat sang detektif percaya. Ia merangkak mendekati bocah di hadapannya sampai jarak wajah mereka sangat dekat. Sebelum Conan bergerak menjauh, Kaito sudah menahan sang detektif dengan memeluknya erat.

Mendapati raut panik Conan, Kaito pun dengan seenaknya menawan bibir detektif di depannya dalam ciuman lembut. Tekstur kenyal nan manis yang dirasakan bibirnya membuat keduanya melenguh pelan. Sang pesulap yang merasakan pertahanan Conan mengendur akibat kaget, sengaja memperdalam ciumannya. Ia mulai menggerakan bibirnya seraya mengeluarkan lidah. Benda tanpa tulang itu terus bergerak untuk menelusup ke dalam belahan bibir sang detektif agar membuka mulutnya.

Conan yang tak sadar dengan apa yang terjadi pun membuka mulutnya karena tak sanggup menahan godaan lidah sang pesulap. Kaito menyeringai menang, tanpa membuang-buang waktu lidahnya kini telah mengeksplorasi seluruh rongga mulut Conan dan mengabsen setiap giginya.

"Hmm---nnh--nggggh---" desah Conan di sela-sela pagutan panas tersebut.

Keduanya yang terhanyut dalam ciuman panas nan sensual tidak menyadari bila tubuh mereka tidak lagi kecil dan telah berubah layaknya umur aslinya. Kaito yang sibuk mendominasi mulut Shinichi dengan lidahnya tengah memakai seragam putih khas KID dengan monocle, dan Shinichi yang memakai seragam sekolahnya.

Saat pagutan mereka terlepas karena pasokan oksigen yang menipis. Keduanya saling memandang dengan rona merah yang menghiasi pipi mereka.

Kaito yang lebih dulu sadar dari aksinya, memandang takjub sosok Shinichi yang terlihat sangat manis dengan bibirnya yang mengkilap bekas cumbuannya. Kaito pun dengan seenaknya kembali mengecup bibir bengkak itu kilat untuk menyadarkan sang detektif yang masih berjalan di la la land.

Sang detektif mengedipkan matanya berkali-kali, ia memandang tubuh SMA-nya dengan heran. Sadar akan apa yang terjadi, wajahnya mendadak merona merah sambil menyentuh bibirnya.

"Wha--KID? Kenapa kau mencium--apa yang terjadi?"

Kaito menyeringai lebar. "Lihat, bukankah sihir itu ada? Buktinya aku dan kau kembali ke wujud asal kita." godanya seraya mendekatkan kembali wajahnya.

"Kenapa?!" tanya sang detektif sambil menjauhkan wajah Kaito.

Mendapati jemari Shinichi di bibirnya, Kaito pun menjilat jari itu usil dan mendapat tatapan tajam dari sang detektif. "Ciuman Tantei-kun, dengan satu ciuman make out, kita bisa kembali seperti semula. Itu yang dikatakan penyihir yang mengutukku."

Shinichi yang tidak sepenuhnya percaya akan perkataan Kaito--namun ia masih bingung mengapa dirinya bisa kembali ke wujudnya--memutuskan untuk bertanya. "Lalu kenapa harus aku?"

"Karena kau satu-satunya yang bernasib sama sepertiku." jawabnya enteng disertai kedipan jahil.

Rona merah kembali menjalar di pipi sang detektif. "Bukan hanya aku yang menyusut jadi anak SD." gerutunya sebal.

"Hmm, jaa. Bagaimana kalau aku hanya menginginkanmu?" tantang Kaito.

"Bercandamu tak lucu."

Menyeringai lebar, Kaito pun menarik dagu Shinichi dan kembali menciumnya penuh perasaan.

"Aku memang baru mengerti sekarang, namun setidaknya kali ini aku tidak bercanda." ujarnya setelah ciuman mereka terlepas.

Sebelum Shinichi memprotes, Kaito memberikan setangkai bunga mawar merah padanya.

"Aku siap untuk meng-courting-mu mulai malam ini~ bersiaplah untuk jatuh ke dalam pelukanku~"

Sang pesulap pun menghilang di telan asap--meninggalkan Shinichi yang merona merah dengan wajah menahan malu.

Oh, sepertinya sang pesulap telah berhasil mencuri hatinya.

Tapi, setidaknya KID harus menjelaskan sampai kapan dirinya akan ada di dalam wujud Kudo Shinichi...,

Ah, mungkin ia akan mendapat jawabannya besok ketika dirinya menemukan sebuah kartu teka-teki di mana KID ingin bertemu dengannya.

.

.

.

Akako tersenyum puas melihat Kaito dan Shinichi yang akhirnya bersama. Meski ia tak akan pernah bisa mendapatkan hati Kaito, setidaknya sang pesulap berhutang padanya--karena atas jasanyalah sang pencuri bisa mendapatkan tambatan hatinya.

-END-

Oneshot yang cukup aneh bukan? 😂😂😂

Yahnamanya juga ngetik kilat dalam waktu satu jam lebih--di hp lagi, pantas aja gaje wkwk

See you next time~ 😘

Repost : 21 Juni 2023
P.s : Otanjoubi omedetou Kaito! 🎊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro