Enigma
Warning : Yaoi, semi-canon, typo(s), banyak percakapan bahasa inggris, dll
DCMK not mine!
Kaito/KID disini tidak tahu kalau Conan dan Shinichi itu sama.
Summary : KID mencari sosok Conan yang menghilang setelah ucapan perpisahan ganjil. Mungkin dengan bertanya pada sang sepupu, Kudo Shinichi. Ia akan menemukan jawabannya—sekaligus mencari sosok yang akhir-akhir ini memenuhi benak dan hatinya.
Words : 3038
.
Enigma
(Enigma = Keadaan yang membingungkan; ucapan yang membingungkan; teka-teki)
.
Shinichi mengabaikan tatapan dingin dari Haibara, ia memilih memfokuskan diri pada buku misteri yang telah ditunggunya selama dua bulan lebih.
"Kudo-kun!" panggil Haibara menekankan panggilan –kun—menandakan gadis kecil itu sedang kesal.
"No."
"Kudo-kun stop moping around and just go already!" sarkas gadis-anak blonde gelap itu dengan delikan tajam, tangannya terlipat di dada dengan pose angkuh. Manik biru jernihnya memperhatikan gelagat Shinichi yang seolah mengabaikannya.
Seperti biasa, Shinichi mengabaikan perkataan sang scientist dan menggerakan jemarinya untuk membuka lembaran baru dari kisah yang dibacanya. Aqua-nya menelisir tiap kalimat dan kata yang ada di buku dengan alis tertaut.
Melihat kekeras kepalaan Shinichi, Haibara pun kembali mendelik lalu berjalan keluar perpustakaan. Padahal dirinya hanya ingin membantu detektif satu itu untuk menemukan tujuan hidup baru. Tapi, sarannya selalu diabaikannya. Sudah jelas kalau Shinichi memiliki 'rasa' padanya. Kenapa tidak segera pergi dan katakan saja, dan bukannya diam di perpustakaan dengan hawa depresi khas seorang anak perempuan yang cintanya tak bisa terbalas dan hanya bisa berkhayal. Dasar, detektif dense—rutuk Haibara sebal.
Kalau suatu saat nanti ia menemukan mereka benar-benar jadian, Haibara pastikan kalau dirinya akan mengucapkan kata-kata 'manis' pada Shinichi setiap hari—pikirnya kejam.
Sosok Haibara yang sudah menghilang dibalik pintu membuat Shinichi mendesah lelah. Buku yang sempat ia baca kini terbengkalai di atas meja. Ia kemudian menyeruput kopi hitam kesukaannya yang mulai dingin sambil menerawang.
Sudah tiga bulan berlalu semenjak pemberantasan BO. Organisasi yang telah mengubah hidupnya kini tengah lenyap. Dengan bantuan dari FBI, CIA bahkan Polisi rahasia akhirnya organisasi kejam itu hancur dimulai dengan sang bos yang dibunuh oleh Vermouth. Ia sendiri sampai saat ini belum paham mengapa wanita pirang itu selalu membantunya setiap saat, tapi yang jelas kini penderitaannya sudah berakhir.
Awal ia mencari BO dengan niat menghancurkannya adalah untuk kembali menjadi Kudo Shinichi dan meninggalkan nama Edogawa Conan. Setelah itu mungkin ia akan mengutarakan perasaannya pada sahabat kecilnya, Ran.
Namun, seiring berjalannya waktu perasaan suka itu pudar. Hanya karena ia menyandang nama 'Conan' perlahan semua apa yang dilihatnya berbeda. Dari fakta bahwa dunia itu tidak hanya 'white' dan 'black' atau hal-hal kecil namun sangat penting yang tak akan pernah ia sadari bila ia tidak mengecil.
Untungnya bukan hanya ia yang berubah, gadis brunette yang awalnya sering menangis akan ketiadaannya pun ikut berubah. Kini gadis karate itu hanya menganggapnya sebagai best friend, memang sifat mother-hen-nya masih sangat terasa. Namun, bila sifat Ran yang satu itu hilang bukan Mouri Ran lagi namanya. Haha.
Shinichi mengalihkan pandangannya pada jam dinding yang sudah menunjukan pukul sebelas malam. Lalu ia teringat pada perkataan Haibara barusan, senyum getir tergambar di paras sang detektif.
Sudah puluhan kali Haibara menyuruhnya untuk pergi ke KID heist. Ya, semenjak tiga bulan lalu dirinya memang tidak pernah pergi untuk menangkap pencuri putih itu. Bagi Shinichi, menangkap KID hanyalah hal yang dilakukan Conan bukan Kudo Shinichi. Jadi, dia tidak memiliki alasan untuk menemui sang pesulap.
Kudo Shinichi hanyalah seorang detektif yang bertumpu pada kasus pembunuhan. Bukan kasus pencurian, apalagi KID sama sekali tidak berbahaya dan tidak akan menyakiti siapapun—kecuali membuat para polisi mengamuk akan trik jahil yang dilakukannya.
Jadi, berapa kali pun Haibara menyuruhnya untuk pergi dan menghilangkan mood buruknya—dan Shinichi tidak pernah merasa kalau dirinya memang agak 'sensi' akhir-akhir ini—ia akan terus menolak. Lagipula KID hanya mengenal Edogawa Conan.
Dengan Edogawa Conan statusnya dengan KID bisa disebut rival; the one who can watch your back; and perhaps friend.
Tapi, dengan Kudo Shinichi mereka hanyalah sosok asing yang tak pernah bertatap muka. Lantas, apa alasannya untuk pergi?
"Beritahu kalau kau adalah sepupu Conan."
Perkataan Haibara terngiang dibenaknya. Bicara memang mudah, tapi melakukannya sulit. Apalagi setelah dirinya mengerti kalau ia sedikit 'tertarik' secara seksual terhadap pesulap putih itu. Salahkan si pencuri yang selalu menggodanya atau mempermainkan pemikiran dan perasaannya hingga ia benar-benar jatuh ke dalam pesona sang Moonlight Magician.
Shinichi bersyukur karena terakhir kali ia bertemu dengan KID dirinya berhasil mengucapkan selamat tinggal. Saat itu keduanya seperti biasa tengah berada di atap gedung dengan langit malam sebagai latar. Angin berhembus lembut, percakapan dimulai dengan deduksi jenius dari sang detektif.
"KID, ini terakhir kalinya aku akan menghadiri pertunjukanmu."
"Aku akan pulang, dan pertemuan ini adalah ucapan perpisahan."
"Good bye."
Shinichi menutup matanya sambil menghela napas panjang. Dirinya cukup 'terganggu' akan ekspresi KID saat ia mengucapkan selamat tinggal. Manik dibalik monocle itu seakan memandangnya sedih dan horor. Tapi itu tidak mungkin kan? KID mungkin hanya sedih karena salah satu detektif-nya tidak akan datang lagi dan dia kehilangan salah satu orang yang bisa ia goda. Ya, pasti begitu.
Sang detektif berusaha meyakinkan diri kalau ekspresi KID waktu itu palsu. Seperti wajah-wajah lain yang sering dipakainya. Akan tetapi, setelah Conan mengucapkan selamat tinggal dan Shinichi kembali pada tubuh aslinya. Ia sering melihat merpati-merpati putih mengintainya dari luar—yang berusaha ia abaikan. Setidaknya Shinichi tahu bahwa KID menaruh perhatian pada Conan—bukan dirinya.
Tubuhnya terlonjak kaget saat melihat ponselnya berdering, menautkan alis heran saat melihat Megure-keibu menelepon pada jam malam seperti ini. Dengan cepat Shinichi mengangkat telepon tersebut.
/"Kudo-kun! Kau berada di rumah? Berhati-hatilah, barusan ada pelaku pembunuhan yang melarikan diri dan hendak membalas dendam padamu. Dia membawa sebuah pistol! Kami akan menuju kesana, hati-hati!"/
Sebelum Shinichi menjawab, sambungan telepon sudah terputus meninggalkan sang detektif yang mengedipkan matanya dua kali sebelum terkekeh. Maniknya memandang langit malam dengan bulan purnama yang membulat sempurna. Remaja itu pun melangkahkan kakinya untuk menyiapkan diri bila pelaku kejahatan datang menemuinya.
.
.
.
Seperti yang Megure-keibu katakan, sang pelaku datang ke kediamannya sepuluh menit kemudian. Shinichi yang sudah menyiapkan beberapa jebakan tentunya memudahkan dirinya untuk menangkap pelaku yang jatuh terpeleset karena kelereng di atas lantai.
Dasar penjahat amatir, hanya karena beberapa kelereng sudah jatuh pingsan. Shinichi pun merogoh sakunya untuk membawa jam bius bila sang pelaku kembali bangun.
Mendengar ketukan pintu, ia mendapati Megure-keibu masuk dan menyuruh bawahannya untuk membawa penjahat tersebut. Usai mengucapkan terima kasih, inspektur gemuk itu pun pergi.
Ia melangkahkan kaki jenjangnya kembali ke perpustakaan. Jujur, dirinya belum merasa lelah untuk tidur. Mungkin Shinichi bisa kembali menikmati buku misterinya sampai tamat.
Saat ia membuka pintu perpustakaan, maniknya mengerjap. Orang yang paling tidak ingin ia temui tengah berdiri di samping jendela dengan pakaian jas putih khas-nya. Shinichi pun memantapkan hati untuk bersikap biasa. Toh, bagi 'Shinichi' ini adalah pertemuan tatap muka mereka yang pertama.
"Bukankah kau memiliki jadwal mencuri?" sang detektif dengan santai berjalan ke arah meja belajar—dia tidak khawatir bila KID datang untuk mengerjainya toh dia tidak akan terluka karenanya. Dan Shinichi yakin 100% kalau KID datang kemari bukan untuk mengerjainya.
KID memperhatikan gerakan Shinichi dengan seringaian khas-nya. "It's done. Sayang sekali kau tidak melihatnya." Ujarnya dengan nada sedih—yang pastinya akting.
Alis sang detektif mengerut. "Aku tidak tertarik pada seorang pencuri." Jawabnya datar.
Sang pesulap memasang wajah terluka. "Oh, i'm hurt! I'm not just a mere thief! I'm a gentleman~" nadanya sing a song.
"Just drop your act." Shinichi memutar bola matanya bosan. "What do you want?" tanya Shinichi serius, azure-nya menatap KID menyelidik seperti yang sering ia lakukan pada para kriminal yang ditanganinya.
"My, my, to the point seperti biasa." balasnya mencemooh. "Aku hanya ingin memastikan di mana Edogawa Conan." KID bertanya sambil menyimpan lengannya di saku. Meskipun sang pencuri sedang menyeringai usil, tapi perkataannya bukanlah hal candaan.
Shinichi sedikit tersentak, matanya menyipit lalu merilekskan badannya sambil tersenyum kecil. "Dia pergi ke Amerika." jawabnya mantap, ia bisa melihat KID nampak menautkan alis.
"Don't lie, aku sudah mengecek jadwal pemberangkatan pesawat dan beberapa informasi mengenai Tantei-kun dan semuanya palsu. Kudengar kau adalah sepupunya jadi aku ingin meminta penjelasan padamu." KID berkata setengah serius, pandangannya mengunci ke arah sang detektif seolah meminta jawaban.
'Oh, shit!' batin Shinichi panik. "Dia baik-baik saja, aku jaminkan itu. Kau tak usah khawatir." Balasnya singkat—berusaha menyembunyikan fakta Conan dan Shinichi itu adalah orang yang sama.
KID berjalan mendekat untuk memperhatikan gelagat Shinichi di hadapannya—membuat sang detektif saat ini tengah menahan rona merah di pipi karena diperhatikan dengan inten oleh sang pesulap.
"Fine," KID memberi jeda, ia masih memandang lekat Shinichi. "Jadi, maukah kau berbaik hati untuk memberikanku alamat untuk menghubunginya?"
Shinichi yang merasa bahwa KID tidak akan pergi sebelum menemukan apa yang ia cari mulai kebingungan dan sedikit frustasi. Perihal Conan bagi dirinya masih terasa hal yang tabu—bahkan ia tidak pernah menceritakan kebenarannya pada Ran, tapi saat ini KID terus mengorek informasi darinya. "KID, kubilang dia baik-baik saja. Tak usah khawatir." –'because i'm here' batinnya berteriak.
KID yang mengetahui jawaban Shinichi tidak sepenuhnya jujur, menautkan alis. "Meitantei, kau terlalu meremehkanku." ia kembali melangkah mendekat. "Aku tahu kalau Edogawa Conan itu palsu, aku tahu kalau tujuannya adalah mengalahkan BO hingga ia menyandang nama palsu itu. Tapi aku tidak mau kehilangan detektif favoritku." Ucapnya setengah berbisik.
Shinichi merona mendengarnya, jantungnya mulai berdegup cepat saat ia bisa merasakan hembusan napas KID di wajahnya, jangan lupakan iris gelap di balik monocle yang masih memandangnya lekat dengan kilatan yang tak bisa dirinya baca.
Akhirnya Shinichi menyerah, ia mundur beberapa langkah—dan mencoba menstabilkan jantung serta menghilangkan aroma khas KID dari indra penciumannya—karena oh, aroma tubuh KID benar-benar membuatnya terlena.
"Yeah, Edogawa Conan hanya nama palsu untuk menyembunyikan diri dari BO." sang detektif mengalihkan pandangan ke arah jendela, ia kemudian tersenyum kecil. "Na, KID. Jika kau berhasil menemukan rahasia dibalik Edogawa Conan, aku akan memberitahumu cara untuk menghubunginya." Tawar Shinichi dengan seringai arogan.
KID menyeringai lebar. "It's a deal."
"Yeah, good luck."
Sosok pencuri putih pun menghilang dibalik kepulan asap meninggalkan sebuah pesan dengan KID doodle yang bertuliskan.
'See you'
Membuat senyum manis tergambar di bibir sang detektif.
.
.
.
Dua minggu berlalu setelah kedatangan KID, pencuri merangkap pesulap itu belum juga menampakan batang hidungnya. Haibara yang mengetahui deal yang dilakukannya dengan KID tentunya selalu tersenyum misterius dan terkadang menyindirnya—hingga ia salting atau blushing—dengan kata-kata pedasnya terhadap perasaannya pada sang Moonlight Magician.
"Kau yang selalu menghindari KID, kenapa membuat taruhan yang hanya akan membuatmu menderita?"
Saat pertanyaan itu terlontar dari mulut sang scientist, Shinichi membuka mulutnya untuk menjawab. Melihat tatapan Haibara yang nampak mengkhawatirkannya, ia tersenyum kecil. Dirinya sama sekali tidak menyesal telah membuat taruhan dengan KID. Lihat saja, merpati-merpati yang selalu ia lihat sudah tidak berdatangan. Membuat hari-harinya lebih santai dan monoton—karena kasus-kasus datang tak terduga sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Lagipula, semenjak ia mengambil taruhan dengan KID. Sang detektif berusaha untuk mengubur perasaannya dalam-dalam. Mungkin akan memerlukan waktu lama, namun ia akan terus berusaha. Karena dirinya yakin, saat KID tahu sosok asli dari 'Conan' sang pencuri hanya akan melihatnya sebagai 'Shinichi'. Karena meskipun ia memang 'Conan' sekarang dia sudah bukan 'Conan' yang dikenal KID.
Shinichi mengambil satu porsi makan malam yang disediakan Agasa-hakase bersama Haibara. Ia yang saat itu malas untuk membeli bento atau sekadar memasak makanan sederhana memutuskan untuk berkunjung ke tetangganya.
Seperti biasa, Haibara menautkan alisnya dengan senyum dingin dan dijawab oleh Shinichi yang tertawa hampa disertai wajah datar.
Usai makan malam, sang detektif mengucapkan terima kasih dan pulang ke rumahnya. Layaknya hobi yang biasa ia lakukan, kali ini Shinichi memilih untuk memutar video Detektif Samonji yang baru rilis hari kemarin. Dengan punggung yang tersandar pada ranjang, secangkir kopi panas dan sepiring kue buatan Shounen Tantei Dan. Film misteri pun berputar di dalam kamar yang gelap.
"My, my, menonton film detektif, Meitantei~"
Mendengar suara familiar yang sudah Shinichi kenal, sang detektif tak menoleh dan tetap menatap jalannya cerita. "Kau datang untuk taruhan itu?" tanyanya datar.
Shinichi memang tidak mendengar langkah sang pencuri, tapi ia bisa merasakan kalau KID tengah berjalan mendekatinya. "Ouch, dingin seperti biasanya." Sang pencuri mencemooh sarkatik.
Memutar bola mata bosan, Shinichi mem-pause film tersebut dan mengalihkan pandangannya pada KID yang tengah berdiri di sampingnya. Manik biru itu menatap KID menyelidik seolah meminta jawaban. Mengerti akan komunikasi non verbal dari sang detektif, KID pun duduk di samping Shinichi.
Mengedipkan matanya tak percaya dengan tingkah aneh KID, Shinichi mengerutkan alisnya heran. Sebelum sang detektif berkata, KID menoleh dan menempatkan telunjuknya di depan bibir sang Kudo muda.
"It's my deal. I will give you my answer."
Mendengarnya Shinichi terdiam, ia sebenarnya tak ingin mendengar jawaban KID. Dirinya ingin pencuri itu tidak mengetahui perihal Conan, tapi ia juga tahu kalau suatu saat nanti KID akan mengetahuinya. Yang kita bicarakan adalah seorang pencuri internasional yang tidak pernah tertangkap, meski dia bukan detektif namun ia bisa mengetahui informasi apapun bila ingin.
KID ikut menyandarkan punggungnya dan mulai bercerita dengan pandangan menerawang. "Saat aku pertama kali bertemu, ah. Waktu itu aku tidak tahu kalau kau memerintahkan bawahan Nakamori-keibu saat aku menjalankan misiku di Clock Tower di kota Ekoda." KID melirik Shinichi yang mengangguk kecil. "Saat itu aku cukup panik, kenapa para polisi tiba-tiba menjadi sangat pintar? Nyatanya kau mengkomando mereka. Bahkan kau menembakku dengan pistol asli dua kali." Kalimat terakhir diucapkan dengan nada sebal.
"Nakamori-keibu saja tidak pernah menembakku dengan pistol asli. Aku kan hanya seorang pencuri innocent." Sarkasnya dengan sedikit delikan pada Shinichi.
Merasa kalau dirinya tidak bersalah, Shinichi menatap KID malas. "Oi oi! Apa aku tidak salah dengar? Pencuri innocent? Tidak bersalah? Apa kau lupa hal-hal mesum yang selama ini kau lakukan? Seperti meng-grepe Ran? Bahkan mencuri dalamannya? Ha! Fun-fucking-tastic!" balas Shinichi tak kalah sarkatik.
"Geez, aku kan hanya mendramatisir—" KID mendapati Shinichi yang memandangnya tak percaya, ia pun merengut. "Oke, oke aku melakukannya." Tiba-tiba KID menunduk ragu. Dari percakapan yang dikatakan barusan oleh Shinichi, fakta yang ia cari akhirnya mendapatkan bukti. "Jadi, benar? Kau adalah Tantei-kun?" tanyanya pelan.
Melihat KID yang menunduk, membuat Shinichi menghela napas lelah. Yeah, identitas yang selalu disembunyikannya akhirnya terbongkar. "Aku bukan Conan, sebagian dari diriku memang Conan tapi aku juga Shinichi. Kau mengenal Conan tapi kau sama sekali tidak mengenalku."
KID lalu terkekeh dengan wajah lega, Shinichi tentunya heran dengan ekspresi dari sang pencuri. "Kau tahu, bagiku Edogawa Conan itu bagai sebuah enigma. Dalam tubuhnya yang kecil tersimpan kecerdasan yang bisa mengalahkan orang dewasa sekalipun. Entah sejak kapan, bila Conan mendatangi misi yang akan kulakukan aku selalu lebih memutar otak agar bisa membuatmu kagum." Ia tersenyum lembut dengan pandangan menerawang.
Shinichi mengikuti KID dan mulai membayangkan apa yang dikatakan sang pesulap. "Aku juga." KID menoleh dan mendapati Shinichi yang kini tersenyum angkuh. "Kau juga seperti enigma, sebuah teka-teki yang sampai saat ini tidak bisa kupecahkan. Aku menikmati pertunjukanmu meski pun kau ada seorang kriminal. Aku tidak minat untuk menangkapmu saat kau hanyalah seorang rakyat biasa. Karena aku lebih tertarik untuk menangkapmu saat kau melakukan misimu. Entah sejak kapan pandanganku pada dunia berubah—"
"—mungkin semuanya berubah saat nama 'Conan' kupakai, aku yang dianggap anak kecil tak bisa menyelesaikan kasus sendirian. Terpaksa aku memanipulasi polisi untuk mengungkapkan kebenaran. Memang lebih sulit dari pada saat aku menjadi Kudo Shinichi, tapi karena hal itu aku juga mulai mengerti..., mengerti alasan para penjahat melakukan kejahatan dan dunia ini tidak hanya 'black' dan 'white'."
"Yeah, i know. Because you're my favorite critic." Balas KID menyeringai kecil.
Karena Shinichi sudah menceritakan rahasianya, mungkin ia bisa membagi ceritanya. "Kita sama, sebelum aku menyandang nama KID aku hanya memfokuskan diri untuk bersenang-senang. Tapi setelah memiliki dua identitas aku mulai menutup diri dan tak membiarkan siapapun masuk, aneh juga ketika pikiranku membayangkan di mana identitasku terbongkar karena aku terlalu ceroboh. Tapi aku tidak menyesalinya, ini adalah jalan yang kupilih." Jelasnya.
Shinichi memperhatikan secangkir kopi yang terletak di depannya. "Kenapa kau memberitahu hal ini?" tanyanya setengah berbisik.
"Bukankah kau yang lebih dulu bercerita?" KID menjawab santai.
"Yeah, right. You win." Shinichi pun mengakui kalau taruhan mereka dimenangkan oleh sang Moonlight Magician—yeah, hatinya juga masih dimenangkan oleh dia—batin Shinichi menambahkan.
Karena KID tak menunjukkan tanda-tanda untuk pergi, Shinichi mengernyit. "Kau tidak pergi?"
"Huh? Untuk apa?" sang pesulap berkata polos.
Sang detektif memandang KID dengan tatapan aneh. Taruhan mereka sudah selesai, mengapa sang pencuri tidak menunjukan tanda-tanda untuk pergi. "Bukankah kau sudah tahu jawabannya?"
"Ah, kau benar. Jadi bagaimana?" KID balik bertanya.
Shinichi makin tidak mengerti dengan tujuan KID, namun ia merasakan kalau pesulap itu tengah merencanakan sesuatu. "Kenapa kau bertanya padaku?"
Mendengarnya KID sempat terdiam, benaknya seolah tengah memikirkan sesuatu sampai ia tersenyum lembut dan menjentikkan jarinya. "Kau benar, sebagai gantinya...,"
—pooft!
"Kuroba Kaito, pesulap luar biasa! Salam kenal~" KID—bukan Kaito mengeluarkan sebuah mawar biru cantik sambil tersenyum cerah.
"Ha?" Shinichi memandang remaja seumurannya yang bisa dijadikan kembarannya tersebut dengan tatapan tak percaya. "Kenapa?" tanyanya pelan sambil menerima mawar cantik itu. Maniknya memperhatikan mawar biru itu lembut.
Puas akan Shinichi yang telah menerima mawarnya, seringai Kaito melebar dengan pandangan riang. "Karena kau adalah enigma yang selalu aku cari, aku lega karena awalnya aku berpikir kalau aku adalah Pedo, thanks God bahwa Conan adalah kau." Jawabnya dengan sedikit candaan.
Shinichi yang masih kalut akan tujuan KID membuka identitasnya, memutuskan untuk mengintrogasi. "Alasanmu berbuat seperti ini?"
"Geez, detektif." Cemooh Kaito merengut.
Lengan Kaito kemudian bergerak untuk mengenggam jemari Shinichi erat, indigo-nya menatap lekat Shinichi. "It's because i like you, i want us to be friend or more. I want to know you, i want to stay with you. It's hurt you know? Because when i become KID i can't see you outside the heist. Now, i can meet you anytime. Can i kiss you?"
"What?" Shinichi yang masih belum bisa memproses apa yang dikatakan Kaito hanya mengedipkan matanya dua kali.
"It's a yes, then." Kaito menyeringai lebar.
Dengan itu sang pesulap menghapus jarak mereka dengan menempelkan bibirnya pada Shinichi yang tiba-tiba merasa tak bisa bergerak. Kecupan manis itu berlangsung singkat—hanya menyisakan sapuan hangat yang membuat keduanya terkekeh kecil.
"Bagaimana dengan makan malam denganku besok malam?" Kaito menelusupkan lengannya ke pinggang Shinichi.
"Apakah itu ajakan kencan?" tanya sang detektif seraya menerima gestur Kaito yang saat ini tengah merengkuhnya.
"Menurutmu?" Kaito memandang Shinichi lekat.
Mengerti akan maksud dari Kaito, Shinichi pun tertawa kecil. "Okay."
Senang akan jawaban Shinichi, Kaito pun mengeratkan rengkuhannya. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga sang detektif sambil berbisik dengan nada seduktif. "Dan setelahnya aku akan menghadiahimu malam yang tak akan pernah kau lupakan~"
Bisikan seduktif itu tentunya membuat Shinichi merona dan meninju pelan bahu Kaito. "You perv!" sarkasnya.
"And you love it~" balas Kaito sambil mengecup singkat bibir Shinichi yang kembali merona.
Keduanya pun menikmati lanjutan film Detektif Samonji sambil menceritakan kehidupan pribadi mereka diiringi tawa, debat dan kecupan manis di malam hangat yang tak akan pernah mereka lupakan.
Dua sosok enigma yang saling mencari kepingan kehidupan pun kini lengkap dengan tujuan hidup yang lebih menantang namun dipenuhi kebahagiaan cerah yang akan selalu menyinari jalan keduanya.
.
END
.
Thanks for reading~ 💕
See you later~
-
Yoru
[13 April 2018]
R
eupload : 17 Juli 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro