Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1


Delia menahan tangis, harusnya ia bahagia karena akhirnya ia menikah dengan laki-laki yang sejak kecil ia suka, meski Abraham atau Bram sama sekali tak pernah menganggapnya ada. Tapi di malam pertama ia tak melihat Bram masuk ke kamar mereka padahal mereka datang bersama mama, papa dan kakak Bram, Leo.

Delia menyusuri rumah besar itu, kemana gerangan Bram, apakah ia menyendiri ataukah ada di bar mini rumah mewah itu?

Kaki Delia melangkah menuju lantai dua, ia terus saja melangkah hingga saat sampai di sebuah kamar, ia mendengar suara-suara mencurigakan, desahan, erangan dan bunyi tumbukan dua kulit yang saling beradu. Dada Delia berdegup kencang. Ia semakin mendekat ke arah pintu.

Dan Delia membuka pintu lebar-lebar, matanya terbelalak, ia melihat Bram berada di atas tubuh seorang wanita yang membuka lebar pahanya, keduanya sama-sama tak menggunakan baju selembarpun, keringat keduanya tampak mengkilap dan Delia menjerit sekeras mungkin.

"BRAAAAM KAU JAHAAAAT KAU BAWA PELACUR KE RUMAH INIIII!"

Dan Delia berlari sambil menangis, ia bergegas turun dan riuhlah rumah besar itu.

.
.
.

PLAAAK!

PLAAAK!

"Benar-benar anak tak tahu malu, bagaimana mungkin kau bawa masuk wanita murahan itu! Sejak awal Papa tak setuju kau dekat dengan wanita murahan itu, ibunya juga sama, pelacur, kau tahu? Papa berhutang banyak pada keluarga Bramantyo, kau tak tahu cara berterima kasih pada orang tua, jika bukan karena jasa orang tua Delia kau tak akan merasakan nikmatnya kuliah di Inggris, karena kerja sama dengan perusahaan papa Delialah, Papa mendapatkan untung besar."

Abraham menatap mata papanya.

"Lalu mengapa aku yang dijadikan tumbal? Mengapa bukan Kak Leo? Aku tak bisa menyukai anak kecil yang manja seperti itu Pa."

"Karena Delia menyukaimu. Ingat Papa tidak mau tahu, jangan pernah wanita murahan itu masuk ke rumah ini lagi, berani benar kau membawanya ke sarang macan, hampir habis tadi wanita itu dipukuli mamamu, kau tahu kini mamamu ada di kamar, sedang ditenangkan oleh dokter Jeni, jika sampai terjadi apa-apa dengan mamamu, maka benar-benar Papa akan menghapus kau dari ahli waris keluarga Dinata, kau tak akan mendapatkan apapun, sejak dulu kau tak pernah membuat Papa dan mamamu bangga, selalu membuat onar, Papa hanya menunggu, apa yang akan kau balaskan pada kami."

Gunarso keluar dari ruang kerjanya, ia biarkan Bram merenung sendiri. Bram semakin benci pada Delia, wanita manja yang telah menghancurkan semua mimpi indahnya bersama Sherin, wanita yang telah tiga tahun memberinya ketenangan, kenyamanan, dan tentu kepuasan. Kini semua hancur gara-gara wanita cengeng dan tak akan pernah membuatnya tertarik.

.
.
.

Delia masih menangis dalam pelukan Leo. Sedu-sedannya masih saja terdengar. Leo mengusap rambut panjang Delia.

"Sabarlah, Bram laki-laki baik, hanya kau masih belum tahu celahnya."

"Aku menyukainya sejak kecil Kak, tapi tadi aku jijik melihat dia sama wanita tadi mereka telanjang dan ah aku jijik mendengar desah mereka."

"Itu pacarnya, mereka telah lama berpacaran."

"Nggak mungkin, masa pacaran mau digituin."

Leo terkekeh, lalu mendorong pelan tubuh Delia.

"Belajarlah menjadi dewasa, Bram suka wanita dewasa dan tidak cengeng, Sherin memberikan kenyamanan bagi Bram, maka kau harus belajar jadi dewasa, ok?"

Delia menarik Leo hingga berbalik, menatap laki-laki tegap di depannya itu, dan tanpa aba-aba Delia menarik wajah Leo, melumat bibir tebal itu hingga Leo tersentak dan melepaskan ciuman Delia.

"Apa-apaan kamu."

"Biarin, aku mau belajar dewasa, aku mau belajar mencium sama Kak Leo, biar nanti Bram mau mencintaiku."

Delia kembali meraih wajah Leo, melumat bibir merah Leo yang awalnya kaku akhirnya terbawa keinginan Delia. Leo memejamkan matanya merasakan bibir manis Delia yang selama ini hanya ada dalam mimpinya. Saat asupan napas berkurang dan ditempat lain ada mulai mengeras Leo mendorong pelan wajah Delia. Keduanya menormalkan napas.

"Enak ternyata ciuman ya Kak, aku pingin lagi, dan kayak ada rasa lain yang membuat aku jadi ingin lebih dan lebih. "

Leo menggeleng.

"Cukup untuk hari ini, keluar dulu ya sayang, aku mau ngerjakan ini, menyelesaikan ini, pesanan lukisan dari seseorang."

Saat Delia telah keluar Leo mengembuskan napas, sejujurnya ia sangat menikmati ciuman wanita yang sangat ia suka, tapi ia tak mau jadi brengsek, menyukai adik iparnya sendiri tapi ciuman Delia tadi membuat Leo semakin sulit membuang bayang Delia.

Clek!

Pintu terbuka dan Leo melihat wajah marah Bram.

"Kak, bisa bantu aku?"

Bram duduk di dekatnya, kamar luas yang lebih mirip galeri seni.

"Ya, ada apa?"

"Aku ingin bicara serius, aku ingin membuat kesepakatan."

Seketika Leo menatap wajah adiknya yang masih terlihat memerah karena marah.

"Aku nggak mungkin ninggalin Sherin, dia wanita yang aku impikan, sejak dulu sampai sekarang, dan yang lebih penting lagi, saat ini ia hamil anakku."

Alangkah kagetnya Leo, ia tarik kerah jaket adiknya.

"Kau jangan jadi bajingan, nikahi Sherin, ceraikan Delia, aku yakin mama dan papa meski terpaksa akan mau menerima Sherin."

Bram menggeleng.

"Nggak Leo, nggak akan papa mau mengerti, dia mengancam akan menghapus aku dari daftar penerima warisannya, aku tak mau munafik, apa yang bisa kita lakukan tanpa uang?"

"Lalu maksudmu apa? Mau buat kesepakatan apa?"

"Hamili Delia!"

Plaaak!

Leo menempeleng Bram.

"Pikiranmu kotor, aku bukan laki-laki seperti itu.'

Bram mengusap pipinya yang perih.

"Dengarkan aku, aku tahu jika kau menyukai Delia, sejak dulu, iya kan? Aku tak mau mengambil wanita yang kau sukai, aku tahu jika diam-diam kau melukisnya, ada di galerimu kan? Aku ijinkan kau menidurinya, Delia itu wanita polos, aku yakin dia akan sering menemuimu, di sini tak ada siapa-siapa yang mau melayani kemanjaan dan kekonyolannya, aku yakin dua tiga bulan lagi mama papa pasti akan menanyakan jika Delia tak kunjung hamil maka akan ketahuan jika aku tak menyentuhnya, bantulah aku Kak Leo, aku tahu kau memendam cinta sejak lama pada Delia, aku tahu kau sakit saat papa memutuskan aku yang menikahi Delia, aku berjanji tak akan menyentuh wanita yang kau cintai, karena aku juga punya wanita pilihanku."

Leo hanya diam saja, sejujurnya ia tak mau menerima tawaran Bram karena baginya itu sama saja dengan mengkhianati kepercayaan orang tua.

"Aku tak tahu Bram, aku tak tahu harus menjawab apa, aku tidak mau nanti jika ketahuan akan mengecewakan papa dan mama."

"Aku yakin nanti papa dan mama akan menerima."

Bram menepuk bahu kakaknya dan melangkah menuju pintu.

"Aku anggap kau menerima tawaranku!"

Dan Bram menutup pintu kamar Leo.

🌿🌿🌿

1 Januari 2022 (12.22)

Bisa dibaca di ebook atau di karya karsa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro