Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Malam Bersama Tuan

Petang itu saya bertemu Tuan Parapio. Dia ajak saya pergi, entah tujuannya kemana. Saya ikut saja karena Tuan itu tampan, dan kerena dia baik makanya saya percaya.

Dia pakaikan syal di leher saya, dibiarkan menjuntai sampai lutut karena tinggi saya tidak lebih dari tinggi dadanya. Lalu katanya, "Jaga dirimu tetap hangat." Padahal jika bersama Tuan Parapio biasanya saya tidak memakai apa-apa.

Kami melewati rumah-rumah buruh harian yang tentu saja tidak terlalu besar. Daripada itu, saya senang melihat lingkungan mereka yang selalu terjaga.

Langkah saya pun berhenti saat sadar Tuan Parapio berhenti di salah satu rumah. Beranda mereka dipenuhi darah layaknya disiram seember jus buah naga. Saya takut dan menarik diri bersembunyi di balik tubuh Tuan Parapio sambil terus meremat mantel tebalnya. Dari belakang sini saya masih bisa dengar ketika Tuan Parapio berbisik, "Tidak apa-apa. Kukira mereka tak akan lakukan itu lagi." Dan setelah itu Tuan Parapio kembali meneruskan langkahnya meninggalkan rumah itu. Aku terus merapat di belakangnya, berusaha menghirup aroma Tuan Parapio sebanyak yang kumampu sampai otak saya hanya dipenuhi oleh Tuan Parapio, bukan lagi aroma amis serta besi berkarat.

Melewati pemukiman itu rupanya Tuan Parapio ajak saya ke sebuah taman. Berhenti untuk makan malam di satu kedai terbuka. Tuan banyak pesanakan ikan untuk saya sedangkan dia sendiri tidak mau makan makanan laut seperti itu. Namun karena banyak sekali makanan tersisa mengundang kucing-kucing liar disitu tertarik datang ke meja kami. Lantas Tuan Parapio memberi mereka satu piring penuh ikan sarden.

Awalnya mereka makan dengan tertib, beberapa kali juga Tuan bilang mereka lucu dan manis, saya pun setuju. Namun keadaan berubah mengerikan saat salah satu kucing itu mulai mengganggu teman-temannya, satu persatu dari mereka kabur meninggalkan dua yang tengah berkelahi. Tuan Parapio berupaya hentikan mereka saat salah satunya sudah menyerang lebih jauh. Saya hanya diam di tempat karena tidak berani melihat luka dan darah yang tercipta karena perkelahian itu. 

Itu hanya kucing, kucing yang memakan kepala kucing lainnya.

Darah mulai mengalir melalui gigitan sang dominan, lewati leher dan nodai bulu putih yang semula terlihat cantik. Saya makin ketakutan, Tuan Parapio memilih bangkit dan bawa saya ke pelukannya lalu menjauh dari sana. Air mata saya basahi pakaian Tuan Parapio tapi saya terlalu takut untuk merasa bersalah dan saya percaya Tuan Parapio orang yang baik. 

Saya rasai punggung saya yang ditepuk pelan. Lagi-lagi Tuan Parapio membuat saya merasa aman dan nyaman bila di dekatnya.

Namun tepukan itu makin cepat.

Makin cepat dan bahu saya diguncang.

Sontak saya angkat pandangan saat mendengar, "Nak, bangun. Kamu akan terlambat berangkat ke sekolah."

Mendadak panik, entah karena ditarik paksa dari mimpi atau perihal terlambat ke sekolah. Napas saya terengah-engah, setetes keringat jatuh di punggung tangan saya saat ibu kembali bertanya, "Ada apa nak? Kamu terlihat pucat, sakit?"

"Aku ... tidak apa-apa."[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro