Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Keluarga

Hari yang ditunggu sudah tiba, jam sebelas siang ini Alena dan Aileen akan melakukan penerbangan menuju Indonesia. Hanya tinggal beberapa jam lagi, mereka akan bertemu keluarga yang sudah lama tidak mereka temui.

Bandar Udara Kopenhagen, menjadi saksi perpisahan pasangan kekasih yang sudah lama merajut asmara di Kota Kopenhagen, Denmark.

"Aku akan secepatnya menyusulmu Honey, hati-hati dan jangan nakal di negarany," pesan Marcuss pada Alena.

Alena menghela napas untuk kesekian kalinya. Tangannya terulur meraih jemari kekasihnya.

"Kau sudah mengatakan itu dari aku keluar apartemen Marcuss!" kesal Alena membuat Marcuss tersenyum.

Dia memiliki kekasih yang sangat luar biasa seperti Alena, tentu saja Marcuss tidak ingin kehilangan orang terkasihnya.

"Aku menghawatirkanmu, kekasihku ini kan sangat cantik," kata Marcuss membela diri.

Alena menghadiahkan satu tinju kecil pada lengan Marcuss. "Jangan membual lagi Mar!" jawab Alena mencibir.

Di belakang mereka, Aileen menatap tajam kedua manusia yang sedang berbicara penuh canda. Hati Aileen sangat sakit, dia berada di tempat yang sama dan hanya berjarak dua meter dari pasangan kekasih itu, tapi kehadirannya seakan tidak dihiraukan oleh mereka.

Mungkinkah dia makhluk astral bagi Alena dan Marcuss?

'Tenang Aileen, biarkan kakakmu melakukan perpisahan bersama calon suamimu. Usai ini, Marcuss akan menjadi milikmu selamanya,' batin Aileen tersenyum penuh kemenangan.

Waktu yang mereka tunggu akhirnya telah tiba. Alena dan Aileen berjalan memasuki terminal di mana pesawaat yang mereka tumpangi berada.

"Aku harus jauh lagi denganmu," lirih Alena menyentuh kalung pemberian dari Marcuss.

Entah itu sebuah firasat ataukah memang tanda dari Tuhan, kini hati Alena merasa gelisah. Gadis itu sesekali menoleh ke belakang, memastikan Marcuss tidak sedang mengikutunya.

"Selamat menikmati perjalanan Anda, Nona," ucap seorang pramugari saat bertegur sapa dengan Alena.

.

"Twin! Anak Mama!" teriak Melodi saat melihat putri kembarnya berjalan berdampingan sambil mendorong troly bandara.

Alena dan Aileen melambaikan tangan mereka kearah Melodi, Rehan, Bella dan juga Ozan. Rasanya sudah lama sekali mereka berdua tidak bertatap muka secara langsung dengan keluarganya.

"Mamaa," pekik Alena dan Aileen menerjang tubuh Melodi.

Melodi mengelus kepala kedua anaknya yang sudah beberapa bulan ini tidak dia jumpai. Kecantikan kedua putrinya kian memancar dengan bertambahnya usia keduanya.

"Papa, Oma, Opa Ozan." Mereka silih berganti memeluk Rehan, Bella dan juga Ozan.

"Semoga cucu-cucu Oma selalu bahagia," ucap Bella mencium kening Alena dan Aileen.

"Ayo kita segera pulang, mereka semua menunggu kalian di rumah," ucap Rehan melingkarkan tangannya di pinggang Alena dan Aileen.

"Mereka?" tanya Aileen penasaran.

"Siapa lagi kalau bukan para Creazy Family, Sayang," jawab Rehan membuat mereka semua tertawa.

Penyambutan kedatangan Alena dan Aileen terbilang sangat meriah. Bukan karena rumah mewahnya di dekorasi mirip seperti pesta, tapi karena adanya para pasangan dan putra putri pembuat onar berada di sana membuat suasana menjadi sangat meriah.

"Uncle D!" rengek Aileen duduk di pangkuan Deryl manja, seperti beberapa bulan yang lalu saat dia dan juga Alena pulang ke Indonesia saat liburan panjang akhir semester.

Deryl mengacak gemas rambut Aileen.

"Sudah besar masih saja manja," cibir Deryl.

"Ya enggak apa-apa dong, kan sebentar lagi Kakak akan di kuasai oleh Ny. Selena Bellvaria dan baby," ucap Aileen sambil menatap menggoda ke arah Selena di samping Deryl.

Selena tersenyum, benarkah sebentar lagi dia akan nama baru? Iya, dia akan melahirkan bukti cintanya bersama dengan Deryl.

Nyonya Deryl Bellvaria?

"Ku harap Kakak sabar menghadapi bayi tua ini," ucap Alena merangkul lengan Selena dengan tangan kanannya menunjuk paman angkatnya.

"Hei siapa yang bayi tua?" tanya Deryl tidak terima.

"Ya Uncle dong, siapa lagi?" Alena malah balik bertanya membuat Deryl memutar bola matanya jengah.

Meski umurnya tidak lagi muda, Deryl masih terlihat begitu tampan di usia awal empat puluh tahun.

"Lepaskan tanganmu dari Selena, dia kan milikku seorang."

Ucapan Deryl membuat Alena pura-pura bingung.

"Memangnya Kakak mau dimiliki si bayi tua itu?" tanya Alena pada Selena. "Eh, Aunty maksudnya," lanjut Alena mengoreksi panggilannya.

"Emmm gimana ya?" Selena berpura-pura berpikir sejenak.

"Selena, jangan bilang kamu meragukanku dan berubah pikiran?" cibir Deryl tidak terima.

Chiko memandang Nayna dengan harap-harap cemas, itu sontak membuat Nayna, Alena, dan juga Aileen terbahak-bahak melihat ekspresi Chiko.

"Anak-anak ayo kita makan siang dulu," teriak Bella memanggil para anak-anak yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka.

Anak-anak? Astaga! -_-!

.

Alena memasang earphonenya, mengalunkan lagu-lagu romantic yang membuatnya ingat akan Marcuss. Baru beberapa minggu saja mereka tidak bertemu, tapi rasa kangen sudah menguasai hati dan pikirannya.

Pikirannya melayang, mengingat awal pertemuannya dengan Marcuss, lelaki bebas yang sangat benci aturan. Namun setelah mereka mengenal lebih jauh, Marcuss tidak seperti apa yang dia tahu sebelumnya, lelaki itu lembut dan juga penuh kasih sayang.

"Ekheem," dehaman Rehan membuat Alena menoleh dan tersenyum.

Rehan membalas senyuman putrinya, dia duduk di samping putrinya.

"Kamu selalu saja menyukai kolam ikan ini dari dulu," ucap Rehan mengelus rambut Alena.

"Papa tahu, ikan-ikan ini seperti keluarga besar kita, selalu bersama," kata Alena.

"Ya putri Papa memang benar, oh ya di mana Aileen?" tanya Rehan penasaran.

"Dia keluar dengan Mama," jawab Alena.

Rehan menyerngitkan keningnya.

"Kenapa kamu tidak ikut?"

"Aku benci belanja, Papa tahu jelas bukan?" ucap Alena membuat Rehan tertawa renyah.

"Papa hanya tahu kamu tidak mau mengganggu waktu mamamu dengan Aileen," ucap Rehan membuat Alena menoleh menatap sang papa.

"Papa, bukan seperti itu!" sahut Alena menolak pemikiran papanya.

"Iya Alena!" bantah Rehan.

"Papa ish!"

"Marcuss!" ucap Rehan membuat Alena blushing.

Rehan mengacak rambut hitam putrinya dengan gemas.

"Kenapa dia tidak datang ke mari hemm?" Rehan nampak penasaran.

"Datang? Untuk apa?" tanya Alena.

"Tentu saja untuk melamar putri Papa," kekeh Rehan menggoda Alena.

"Papa masih suka menghodaku!" rengek Alena malu dengan perkataan sang papa.

"Putri Papa sudah dewasa rupanya."

Di belakang mereka dibalik kaca ruang tengah, Aileen menatap interaksi anak dan ayah itu dengan sengit. Meskipun dia sudah mendapatkan kasih sayang mamanya, tapi dalam dirinya ingin merebut segala sesuatu yang Alena miliki, papa dan juga Marcussnya.

Drtttt drtttt.

Getaran ponsel yang berada di saku kemeja mengalihkan pandangan Aileen. Senyumnya mengembang melihat apa yang baru saja dia buka.

Fotonya bersama Marcuss saat di hotel.

Secerca harapan terlihat begitu gamblang, dia akan mendapatkan apa yang dia mau sebentar lagi. Hanya sebentar!

"Nikmati kebahagiaanmu itu Alena," gumam Aileen.

Tepukan dipundaknya membuat Aileen berjingkat kaget.

"Apa yang kamu lihat Aileen?" tanya Jingga ,

"Grandma?" tanya Aileen tak menyangka, grandmanya berada di Indonesia.

"Grandma, Granpa!" panggil Alena berlari memeluk Jingga dan Willi. Membuat Aileen sedikit mundur ke belakang.

'Kesayangan semua orang!' batin Aileen sinis.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #corlyn