Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Kalau Tuhan Berkehendak

Selamat membaca jangan lupa tinggalkan komentar ❤️

-

Alena mengajak Marcuss untuk masuk ke dalam apartemen, Marcuss membantu Alena membawa barang belanjaan yang tadi sempat Alena beli di supermarket samping apartemen. Alena memasukkan bahan belanjaannya dengan lihai ke dalam kulkas.

Marcuss duduk di sofa dekat dengan ruang televisi. Alena menyiapkan dua cangkir teh untuknya dan juga Marcuss. Lelaki itu terus saja menatap Alena, dia sedikit heran. Bagaimana mungkin seorang perawan yang baru saja making love bisa berjalan sebiasa itu tanpa merasakan perih pada inti tubuhnya.

"Hei, Marcuss? Kau baik-baik saja?" tanya Alena heran melihat perubahan sikap Marcuss.

Marcuss menggelengkan kepalanya, menghilangkan pikiran-pikiran yang ada di otaknya.

"Emh, Alena are you okay?" tanya Marcuss.

"Kamu sudah melihatnya Marcuss, im fine. Benar-benar baik, okay?" jawab Alena.

Marcuss hanya mengangguk mengiyakan jawaban Alena.

"Apa aku menyakitimu?" tanya Marcuss memegang jemari Alena dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Alena semakin dibuat bingung oleh pertanyaan Marcuss, keningnya berkerut dan alisnya bertaut menjadi satu. Selama mereka berpacaran Marcuss tidak pernah sekalipun menyakiti dirinya, baik fisik maupun batinnya.

"Memang apa yang sudah kau lakukan Marcuss?" ucap Alena menatap mata Marcuss yang kini terlihat bersalah.

Alena melambaikan tangannya. "Hei kau tidak menyakitiku, berhentilah bertanya hal yang konyol. Kau mau kubuatkan sup iga kesukaanmu?" tanya Alena menawarkan sup kesukaan Marcuss.

Wajah Alena begitu tenang, senyum hangatnya terukir dengan begitu damainya.

"Boleh jika kau tidak keberatan," jawab Marcuss tersenyum penuh dengan cinta.

"Tentu saja tidak, Sayang," jawab Alena sambil terkekeh berjalan meninggalkan Marcuss menuju dapur.

Marcuss menyenderkan tubuhnya pada leher sofa, lelaki itu memijit pelipisnya yang terasa sedikit pusing. Mungkin efek dari minuman yang dia minum semalam. Dia mengamati Alena yang tanpa kesulitan memasak sup kesukaannya, dalam hati Marcuss ingin sekali dia secepatnya menghalalkan Alena, agar wanitanya itu resmi menjadi miliknya, hanya miliknya seorang.

Ceklek, suara pintu terbuka membuat Marcuss menoleh. Di sana keluar Aileen yang terlihat baru saja bangun dari tidurnya, wajah bantalnya masih kentara jelas dan itu tidak mengurangi kadar kecantikannya.

Aileen berjalan dengan pelan menuju dapur untuk mengambil air minum tanpa melihat ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Marcuss menaikkan satu alisnya tatkala melihat ada yang aneh dari cara jalan Aileen. Dengan cepat Marcuss menepisnya dan menghilangkan prasangka buruk yang kini menghinggap di kepalanya.

"Ail, kau sudah bangun?" tanya Alena pada Aileen.

Aileen mengangguk sambil meneguk air yang ada di dalam gelas hingga tandas.

"Aku sedang membuat sup iga, apa kamu mau?" tawar Alena kepada adik kembarnya.

Aroma bumbu sup iga buatan Alena kini menari riang di indera penciuman Aileen sampai gadis itu menelan salivanya dalam-dalam.

"Ah kebetulan sekali aku sangat lapar Kak, tumben Kakak membuat sup iga," seru Aileen penasaran.

"Marcuss datang, jadi aku membuatkannya sup kesukaannya," jawab Alena membuat Aileen menegang.

Mata Aileen membulat sempurna, gadis itu menatap kakaknya dengan tatapan horor.

"Ma-Marcuss ke mari?" gumam Aileen.

Alena mengangguk mengiyakan. "Iya, itu dia," tunjuk Alena pada Marcuss yang kini sedang tersenyum ke arahnya.

Aileen mengikuti arah mata Alena, dan benar saja. Marcuss berada di sana membuatnya merasa kikuk dan canggung.

"Oh, aku mau mandi sebentar," pamit Aileen meninggalkan Alena menuju kamarnya.

Aileen mengunci kamarnya, dia bersandar di belakang pintu. Gadis itu menghembuskan napasnya lega, entahlah. Ada perasaan bersalah, takut, malu, dan juga khawatir saat dia melihat Marcuss. Dia merasa seperti wanita penggoda tidak tahu diri dengan merebut kekasih kakaknya.

Sedangkan di luar kamar, Alena menghendikkan bahunya acuh melihat Aileen yang terlihat sangat aneh. Tanpa peduli lagi, Alena melanjutkan acara memasaknya agar cepat masak. Cacing di perutnya sudah minta jatah makanan, seharusnya ini memasuki jam makan siang. Tetapi dia baru saja sesai memasak, jadi sarapan sekaligus dengan makan siang.

"Ada yang perlu ku bantu Honey?" tanya Marcuss menghampiri Alena.

Alena menoleh, Marcuss kini melingkarkan tangannya dipinggang ramping Alena. Marcuss menelusupkan kepalanya di leher jenjang Alena, menghirup aroma tubuh wanitanya.

"Marcuss, kamu membuatku semakin lama memasaknya. Lepaskan ihs!" keluh Alena mencoba melepaskan pelukan Marcuss.

Marcuss melepaskan pelukannya dengan enggan.

"Tolong ambilkan tiga mangkuk di rak paling atas," pinta Alena dengan menunjuk rak paling atas menggunakan matanya.

Marcuss mengangguk dan mengikuti perintah Alena.

"Ini Honey, ada lagi?" Marcuss menatap kekasihnya.

Alena tersenyum dan menggeleng. "Tidak, kamu bisa duduk di meja makan. Supnya hampir matang," kata Alena.

Marcuss nampak tidak menyetujui apa yang tengah Alena petintahkan kepada dirinya.

"Bagaimana kalau aku membantumu mengelap kotoran di pipimu?" tawar Marcuss membuat Alena bingung.

Alena menyipitkan matanya.

"Memang ada kotoran di pipiku?Mana?" tanya Alena sambil mengusap kedua pipinya.

"Itu," tunjuk Marcuss.

"Mana sih? Jangan-jangan kamu cuma mau menggodaku," tanya Alena jengkel.

"Ituuuu Honey di sebelah sana," jawab Marcuss membuat Alena sibuk mengelap pipinya yang tadi ditunjuk Marcuss.

Cup! Alena terbelalak saat Marcuss mencium pipinya.

"Marcusssss!" teriak Alena jengkel pada Marcuss yang kini sedang terbahak berlari menuju meja makan.

Aileen menatap penampilannya lewat kaca meja rias yang kini ada di hadapannya. Rambutnya yang masih basah dia usap pelan dengan handuk kecil berwarna pink. Matanya tidak berkedip, seakan saat ini dia berada di dunia lain. Pikirannya sibuk berkelana, membandingkan apa kurangnya dia jika disandingkan dengan Marcuss Sean.

"Aku sangat cantik, melebihi Alena!" ucap Aileen pada dirinya sendiri.

Sudut bibirnya terangkat, senyum tipis tersungging di bibir ranumnya. Pikiran Aileen kini hanya terfokus pada rencananya yang selanjutnya. Bagi Aileen, Alena sudah mendapatkan segalanya dari kecil. Kini gilirannya lah yang akan mendapatkan apa yang dia mau. Ya, Marcuss! Harus menjadi miliknya seorang.

Tok tok tok!

Ketukan di pintu kamar membuat Aileen tersadar dari lamunannya, gadis itu melemparkan handuk yang tadi dia pegang di kasur. Dengan susah payah, Aileen berjalan secepat mungkin ke arah pintu.

"Ail, makanannya sudah siap. Ayo kita makan bersama," kata Alena ketika pintu terbuka.

Aileen tersenyum singkat, Alena memang lebih ahli dalam memasak.

"Aku akan ke ruang makan setelah rambutku kering," jawab Aileen diangguki Alena.

Setelah Alena pergi meninggalkan Aileen masih menatap punggung kakaknya semakin menjauh.

"Aku tidak akan makan bersama kalian berdua, nikmati makananmu dengan Marcuss Kak. Setelah ini hanya aku yang akan makan berdua dengan Marcuss," ucap Aileen penuh peringatan.

.

Suara telepon mengalihkan perhatian Alena dari televisi yang sedang dia tonton. Tangannya menggapai gagang telepon dan meletakkannya di antara lekukan leher.

"Ya hallo?" sapa Alena dengan ramah.

"Sayangku, kalian apa kabar hemm?" tanya seseorang di seberang sana.

Suara yang sangat-sangat si kembar rindukan selama jauh dari keluarga besarnya yang ada di Indonesia.

"Mama, kita baik-baik saja," seru Alena menjawab pertanyaan mamanya.

Ya, peneleponnya adalah Melodi Bellvaria Charlton atau sering dipanggil Nyonya Rehan Kusuma.

"Kalian harus cepat pulang, oke? Sebentar lagi Uncle favorit kalian akan menikah," kata Melodi menjelaskan.

Deryl, uncle kesayangan Alena dan Aileen akan menikah dengan salah satu keturunan dari keluarga Wiratmaja-Selena.

"Whatt? Dengan siapa? Siapa wanita yang tidak beruntung itu Ma?" tanya Alena membuat Melodi terkekeh.

"Hemm siapa lagi kalau bukan putri saljunya semasa kecil," sahut Melodi mengingatkan Alena akan kegilaan Uncle Deryl terhadap anak sulung Marta dan Abiyan itu.

"Kak Selena? Really?" pekik Alena sampai membuat Aileen yang tengah mengoleskan masker wajahnya berjingkat kaget dan berlari menuju asal suara.

"Ada apa Kak?" tanya Aileen panik.

"No problem Aileen, Mama nelepon katanya Uncle Deryl akan menikahi Kak Selena," jelas Alena berseru girang.

"Really Ma? Aileen tidak salah dengar" tanya Aileen sambil mengambil alih telepon dari tangan Alena.

"Yes Darling, maka dari itu kalian harus pulang bersama pasangan kalian. Keluarga besar kita pasti sangat menantikannya," goda Melodi.

"Tentu saja Mama, akan ada yang membawa pulang calon menantu Mama dan Papa," jawab Aileen sambil tersenyum menggoda ke arah Alena yang mendelik kesal.

"Oh ya, Marcuss calon menantuku," kekeh Melodi dengan sengaja menggoda Alena di tempatnya.

"Sampai jumpa di Indonesia, Mama, we love you," ucap mereka dengan kompak.

"I love you too, anak-anakku."

Aileen terbahak-bahak membuat Alena mendengus sebal.

"Kenapa ngungkit masalah menantu coba!" cibir Alena tidak terima.

"Tentu saja, entah aku atau Kakak pasti akan ada yang menikah bukan?" ucap Aileen dengan penuh percaya diri.

"Tapi tidak saat ini Aileen, aku belum siap," jawab Alena lesu.

Sudah sering kali Marcuss memperbincangkan perihal pernikahan dengan Alena. Namun gadis itu selalu saja berkelit. Belum berpikir dia akan mengubah statusnya dalam waktu cepat.

"Aku siap, sangat siap malah. Good night, muacch," ucap Aileen melenggang pergi memasuki kamarnya. Meninggalkan Alena yang bingung dengan ucapan Aileen.

Aileen menghempaskan tubuhnya di ranjang besarnya.

"Tentu saja Mama akan mendapatkan menantu, sekaligus cucu malah kalau Tuhan berkehendak," gumam Aileen.

Tangan Aileen mengelus perutnya yang rata.

"Cepat tumbuh Sayang, Mama memerlukan bantuanmu," lanjut Aileen membisikkan doa dengan harapan akan tumbuh jabang bayi di dalam kandungannya agar dia dan Marcuss bisa segera menikah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #corlyn