[Part 8] Hide and Seek
"Sudah jatuh, tertimpa tangga, disapu badai, terbawa ombak hingga terdampar di pedalaman. Mungkin itu perumpamaan yang tepat yang dirasakan Adela setelah bertemu Rakha."
________________________
"Adel!"
Adela mengakhiri tatapannya dari Rakha dan menoleh ke sumber suara yang baru saja memanggilnya.
"Kak Dian!" Adela balas menyapa pada seorang wanita yang sedang berjalan menghampirinya. Adela menyempatkan diri menoleh kembali ke halte busway di seberang jalan. Rakha masih di sana, nampak sangat sibuk mencari keberadaan dirinya di sekitar. Beruntung cowok itu tidak menyadari persembunyiannya.
"Kamu nggak nunggu lama, kan?" tanya Dian setelah berhenti tepat satu langkah di hadapan Adela.
Adela menggeleng sambil tersenyum. "Aku juga baru sampai, kok."
"Yaudah, kita langsung ke rumahnya, yuk," ajak Dian sambil menunjuk arah jalan untuk mereka lalui. "Lewat sini."
Mereka berdua berjalan beriringan menuju lokasi tujuan. Hari ini Dian sengaja mengajak Adela bertemu dengan tujuan mengenalkan Adela dengan calon anak didiknya.
"Anaknya baik kok. Nurut juga kalo diajarin," komentar Dian saat Adela bertanya mengenai calon anak didiknya itu.
Adela menanggapi dengan anggukan dan senyum lebar.
"Nah ini dia rumahnya." Dian menunjuk salah satu rumah mewah tepat di sebelahnya.
Adela seketika takjub melihat betapa megahnya rumah itu. Luasnya mungkin sekitar 20 kali luas kontrakannya, atau mungkin lebih. Belum lagi taman yang luas juga ada di sana, membuat Adela mengira-ngira Leo akan sangat senang bermain bola di taman seluas itu.
Belum puas Adela mengagumi rumah bak istana itu, seorang security kediaman itu keluar dari pos jaganya untuk menyapa.
"Siang, Non Dian. Mau ngajar les ya? Ayo masuk, masuk," kata pak security ramah.
"Iya, Pak Jono. Makasih," Dian menyahut, lalu memberikan kode pada Adela untuk mengikutinya masuk.
Adela mengekor di belakang Dian hingga masuk ke dalam rumah itu.
"Non Dian mau langsung naik atau saya panggilkan nyonya?" tanya ART yang mempersilahkan mereka masuk.
"Saya di sini aja. Tolong panggilin Tante Maya ya, Bi Iyem!" jawab Dian.
"Baik, sebentar Non. Duduk dulu aja. Saya panggilin nyonya dulu." Bi Iyem kemudian pamit ke dalam dan meninggalkan Adela serta Dian di ruang tamu.
"Rumahnya nyaman, ya?" kata Dian sambil mengajak Adela untuk ikut duduk di sofa. "Tante Maya juga baik kok," lanjutnya berusaha menenangkan Adela yang nampak tegang sejak tadi.
Adela hanya mengangguk sambil tersenyum, kemudian menyusul duduk di sebelah Dian. Ia berusaha mengendalikan perasaannya sendiri. Matanya sedari tadi sibuk menyisiri setiap sudut ruangan itu. Senyumannya semakin menciut dan berganti dengan tatapan matanya yang melebar ketika menemukan sesuatu yang mengejutkannya dari hasil pengamatan singkatnya di ruangan itu.
Mulut Adela terbuka lebar ketika matanya semakin sering menemukan foto itu di setiap sudut ruang. Ruangan ini dipenuhi dengan wajah cowok itu.
"Dian. Kamu kasih kabar kok dadakan banget, sih."
Suara yang mendekat ke arahnya, membuat Adela menoleh, ia belum dapat sepenuhnya menguasai diri. Adela masih terkejut luar biasa. Ia mengikuti Dian yang sudah lebih dulu berdiri menyambut nyonya rumah yang baru saja bergabung dengan mereka.
"Iya, Tante. Aku juga dapat infonya dadakan. Besok udah harus berangkat ke Jepang," jawab Dian dengan perasaan tak enak.
"Tapi Tante juga bangga sama kamu bisa dapat beasiswa ke Jepang. Memang nggak salah Tante pilih guru les buat Raya!"
Dian tersenyum malu-malu mendapat pujian seperti itu.
"Adel juga nggak kalah pintar kok, Tante. Dia juga dapat beasiswa dari yayasan sekolah karena prestasinya. Saya rekomen dia buat gantiin saya jadi guru les Raya."
Maya mengalihkan tatapannya ke arah Adela yang sejak tadi berdiri di sebelah Dian.
"Selamat siang, Tante. Perkenalkan, nama saya Adela Kiva." Adela memberi sapaan sambil tersenyum canggung.
Untuk waktu yang cukup lama, Maya memperhatikan Adela dengan lekat sambil sesekali memiringkan kepalanya-seolah sosok Adela mengingatkannya pada seseorang.
"Sepertinya wajah kamu nggak asing," ucap Maya masih mengamati Adela lekat-lekat.
Adela menahan nafas. Matanya berkedip berkali-kali, merasa canggung sekaligus cemas diperhatikan seperti itu. Dugaan buruknya kemudian muncul. Mungkin saja wanita di depannya itu pernah melihatnya muncul di infotainment berkaitan dengan rumor yang sedang beredar beberapa waktu belakangan ini, yang melibatkan sosok cowok yang wajahnya bertebaran di setiap sudut ruangan ini.
"Tapi di mana ya?" tanya Maya masih berusaha memutar ingatannya.
"Wajar, Tante. Muka saya memang pasaran," sahut Adela asal sambil menyisir poninya ke depan dengan jari-jarinya untuk menutupi sebagian wajahnya. Dalam hatinya ia terus berdoa agar wanita di depannya tidak berhasil mengenalinya, ia tidak mau kehilangan pekerjaan ini.
"Ah, sudahlah!" Maya akhirnya menyerah. "Kamu langsung naik ke atas aja, ya. Biar kenalan langsung sama putri saya, Raya."
Adela akhirnya dapat tersenyum senang dan bernafas lega mendengar perkataan itu.
"Bi Iyem," teriak Maya. "Tolong anterin Adela ke kamar Raya," lanjutnya lagi masih dengan teriakan.
"Kalo gitu, saya pamit pulang ya, Tante. Mau siap-siap packing," pamit Dian.
"Iya, kamu sukses ya di sana. Doain biar Raya bisa ikut jejak kamu ke sana, ya."
"Haha, iya Tante. Pasti bisa. Raya kan pintar," balas Dian sungkan. "Bye, Adel. Semangat ya," ucapnya pada Adela.
"Iya, makasih banyak, Kak. Sukses di Jepang," jawab Adela sambil tersenyum.
Beberapa saat kemudian Bi Iyem muncul dan mengajak Adela untuk mengikutinya naik ke lantai dua setelah Maya mengulang kembali perintahnya.
Setibanya di lantai dua, Bi Iyem mengetuk pelan salah satu pintu berhiaskan stiker kristal-kristal khas film animasi Frozen serta huruf-huruf bertulisan Raya di sana. Hingga membuat Adela menduga pemilik kamar itu pasti masih sangat polos dan sangat riang.
"Non Raya, ini ada guru les Non Raya yang baru," kata bi Iyem seraya masih mengetuk pelan pintu itu.
"Iya Bi, sebentar. Raya lagi ganti baju," teriak seseorang dari dalam kamar.
Kemudian bi Iyem berbalik menghadap Adela. "Tunggu sebentar ya, Non. Non Raya lagi ganti baju," katanya sopan yang dibalas Adela dengan senyum dan anggukan kecil. "Kalo gitu saya pamit ke belakang dulu. Mau lanjut masak," lanjutnya lagi.
"Iya, makasih Bi," jawab Adela sekaligus mempersilahkan bi Iyem pergi dari hadapannya.
Sedetik kemudian pintu kamar itu terbuka dan seorang gadis yang mengenakan kaos putih muncul dari baliknya. Tidak butuh waktu lama hingga ekspresi gadis itu berubah terkejut ketika pandangannya bertemu dengan Adela yang baru saja menoleh menatapnya.
"Kamu kan ...," kalimat Raya selanjutnya menggantung, seolah sulit menyebutkan siapa sosok cewek di depannya itu. Telunjuknya mengapung di udara, menunjuk ke arah Adela yang juga membulatkan matanya melihat ekspresi terkejut Raya.
Adela yakin gadis itu mengenalinya sebagai orang yang belakangan ini sering muncul di surat kabar dan infotainment. Anak muda seusianya pasti lebih up to date dengan gosip semacam itu.
"Kamu kan cewek yang digosipin ...," perkataan Raya selanjutnya tertahan oleh tangan Adela yang secepat kilat membungkam mulut gadis itu.
Sambil melirik ke arah berlalunya bi Iyem, serta Maya yang tampak asyik menonton tv di lantai bawah, Adela mendorong tubuh Raya hingga masuk ke dalam kamar, kemudian satu tangannya yang lain memberikan kode agar Raya tidak mengatakan sepatah kata pun.
"Tolong jangan sampai mamamu tau mengenai identitasku yang beredar di acara-acara gosip itu. Itu semua cuma gosip," mohon Adela setelah melepas bungkamannya dari mulut Raya. "Juga, tolong jangan sampai Rakha tau kalo aku jadi guru les kamu. Please," lanjut Adela dengan tampang memelas.
Raya masih tak bersuara saking terkejutnya menemukan Adela di hadapannya.
"Rakha! Tumben kamu pulang sendirian! Om kamu mana?"
Adela membulatkan matanya ketika mendengar suara mama Raya dari lantai bawah. Apalagi sebuah nama yang disebutnya tadi seketika membuatnya membeku di tempat.
"Nanti sore aja Rakha ceritanya. Rakha mau istirahat dulu di atas!"
Glek! Adela menelan ludahnya gugup. Keringat dingin mulai memenuhi keningnya. Rakha akan naik ke lantai dua. Apa yang harus ia lakukan?
TBC
Waaa~ maafkan aku, part ini jadi panjang banget. Aku khilaf cut-nya
Gimana nasib Adela selanjutnya? Kalian mau Rakha nemuin Adela di kamar adiknya atau jangan nih? xD
Ayo ayo, jangan lupa vote vote vote & komen komen komen. Kasih aku semangat ya ;)
Makasih,
Pit Sansi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro