Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[Part 7] Semakin Kukejar Semakin Kau Jauh


"Gue balik duluan, ya," bisik Saras pada Adela, kemudian memisahkan diri berjalan menuju mobil ayahnya yang terparkir tak jauh dari mobil Rakha.

Ketika mengetahui Adela berniat mengabaikannya, Rakha spontan menggeser tubuhnya untuk menghalangi langkah cewek itu hingga membuat Adela menatapnya sinis.

"Gue anter lo pulang!" kata Rakha bernada perintah.

Alis Adela menyatu. Ia kini menyadari betul mengapa sikap juteknya selalu muncul bila berhadapan dengan Rakha. Karena cowok di depannya itu arogan dan terlalu percaya diri.

Tanpa menunggu jawaban dari Adela, Rakha membuka pintu mobil di bagian penumpang lalu memberikan kode agar Adela masuk ke dalam.

Orang-orang di sekitar mereka semakin padat. Siswa siswi itu kompak mengurungkan niat untuk pulang, seolah menyaksikan Rakha dan Adela jauh lebih menarik saat ini.

"Gue bisa pulang sendiri!" ucap Adela sambil melanjutkan langkahnya menjauh dari mobil Rakha. Lagi-lagi sikap angkuhnya kembali mendominasi. Ia akan memikirkan cara lain untuk mendapatkan tandatangan cowok itu.

"Hei, tunggu!" sahut Rakha percuma. Cewek yang dipanggilnya tidak menoleh sama sekali.

Kaki Rakha masih bertahan di pijakannya, ragu untuk menyusul cewek itu atau justru mengabaikannya saja.

Kalo sikap dia masih dingin sama lo, jangan nyerah! Itu artinya dia mau lo kerja lebih keras buat cari perhatian dia! Jadi cowok jangan patah semangat! Tunjukkin kalo lo sungguh-sungguh!

Sial! Suara itu kembali terputar di kepalanya. Belum lagi, ketika Rakha menoleh ke dalam mobil, om Aryo yang duduk di bangku kemudi seolah memberi isyarat untuk mengejar cewek itu.

Rakha akhirnya bergerak. Setelah menutup pintu mobil yang dibukanya tadi, ia segera berlari menyusul Adela yang mengarah menuju halte busway terdekat.

Pengejaran Rakha tertahan di alat putar barrier untuk masuk ke dalam halte. Adela telah masuk lebih dulu setelah menempelkan kartu ke alat itu. Rakha lalu mengeluarkan kartu dari dompetnya kemudian menempelkannya ke alat itu-meniru hal yang dilakukan Adela tadi.

Belum juga ada tanda tap in berhasil, Rakha memaksa memutar alat itu hingga bunyi berisik yang ditimbulkannya. Seorang petugas menahan tindakannya dan memaksanya untuk mundur dari alat itu.

"Mas, kalo mau masuk, harus tap in pake kartu dulu."

"Saya udah nempelin kartu. Saya buru-buru nih!" jawab Rakha sambil berniat kembali menerobos masuk, namun lagi-lagi ditahan oleh petugas itu.

"Mana coba saya periksa kartunya."

Dengan terpaksa Rakha menyerahkan kartu miliknya kepada petugas itu.

"Maaf, Mas. Masuk busway nggak bisa pakai kartu ini." petugas itu mengembalikan kartu yang baru satu detik dipegangnya itu.

"Jangan sembarangan, ya! Kartu ini unlimited loh!" ucap Rakha merasa tersinggung sambil mengambil kembali kartu dari tangan petugas.

"Bukan begitu, Mas. Masuk busway memang nggak bisa pakai kartu kredit. Mas harus beli kartu dulu di loket depan."

Rakha berdecak kesal. Matanya mengarah ke dalam halte. Ia melihat Adela masih di sana, menunggu bus yang belum juga datang. Merasa masih punya waktu, Rakha akhirnya menuruti petugas untuk membeli kartu di loket depan.

Secepat yang ia bisa, Rakha kini kembali ke alat putar barrier untuk memasuki halte setelah membeli kartu elektronik. Ia panik ketika melihat bus baru saja tiba dan Adela sudah masuk ke dalam.

Beruntung, di sekitar alat putar barrier sedang tidak ada orang, sehingga memudahkan Rakha melakukan tap in dengan cepat dan melesat masuk ke dalam bus yang juga ditumpangi Adela tepat sebelum pintu bus tertutup.

Rakha menyisiri keadaan di dalam bus yang padat hingga mengharuskannya ikut berdiri dengan jajaran penumpang lain yang senasib dengannya. Bola matanya terus bergerak mengamati sekitar. Selain karena merasa asing dengan situasi dan kondisi yang baru dirasakan dalam hidupnya, juga karena Rakha mulai menyadari ia terlalu nekat ke tempat umum tanpa penyamaran apa pun.

Rakha mengeratkan jaket hitam yang dikenakannya dengan mengunci retsleting hingga ke dagunya, menyembunyikan dagu serta sebagian bibirnya di sana.

Sementara para penumpang mulai berbisik-bisik ketika menyadari sosoknya, Rakha sibuk mencari sosok Adela di antara padatnya puluhan manusia di dalam bus. Hingga beberapa saat kemudian ia menemukan cewek itu tengah berdiri di koridor depan sambil menghadap ke jendela, menatap pemandangan jalanan padat ibu kota.

Rakha memutuskan untuk bergerak menyusul lokasi cewek itu. Dengan susah payah ia berdesakan dengan penumpang lain yang berdiri hingga seorang petugas di dalam busway menahannya di perbatasan koridor depan.

"Mas, mau ke mana? Di sana koridor khusus wanita," kata petugas sambil menunjuk koridor tempat Adela berada.

Adela menoleh ke arah petugas yang bersuara. Seketika matanya membulat, ia hampir tidak percaya ketika menemukan Rakha juga ada di dalam bus yang sama dengannya.

Sedangkan Rakha hanya mampu menghela nafas berat tanpa menanggapi teguran petugas di depannya. Banyak sekali peraturan untuk naik angkutan ini yang menurutnya sangat merepotkan.

Beberapa saat kemudian, bus berhenti di halte berikutnya. Beberapa orang penumpang yang didominasi cewek berseragam putih biru masuk dan langsung histeris begitu melihat Rakha ada di dekat mereka. Seketika suasana menjadi ribut dan tak terkendali.

Usaha Rakha untuk menghindar, tidak banyak membuahkan hasil karena kondisi di dalam bus yang cukup padat penumpang. Ia bahkan semakin mengeratkan retsleting jaketnya dan menyembunyikan sebagian wajahnya di sana.

Rakha menyesali perbuatan nekatnya mengejar Adela hingga ke tempat umum seperti ini. Ia kembali menoleh ke arah berdirinya cewek itu. Namun ia langsung menautkan alisnya ketika tidak dapat menemukan Adela di sana. Rakha mengedarkan pandangannya ke sekitar, namun tidak juga dapat menemukan keberadaan cewek itu. Hingga ketika pandangannya mengarah ke jendela, ia melihat Adela berada di luar bus dan berjalan hendak keluar dari halte.

Buru-buru Rakha bergerak menerobos kumpulan siswi SMP yang memadatinya, yang berusaha mencuri perhatiannya dengan berbagai tingkah.

Dengan susah payah Rakha berhasil keluar dari bus, tepat sebelum pintu bus tertutup sempurna. Sambil merapikan jaketnya yang kusut karena tarikan beberapa siswi SMP tadi, Rakha mengatur nafasnya yang berantakan. Ternyata naik angkutan umum sangat melelahkan.

Setelah menghabiskan waktu beberapa saat, Rakha kembali teringat tujuan awalnya untuk mengejar Adela. Ia mengarahkan pandangannya ke pintu keluar halte dan sudah tidak dapat menemukan cewek itu di sana.

"Sial!" kesal Rakha. Ia segera berlari ke luar halte setelah melakukan top out di alat putar barrier.

Rakha mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Adela. Hingga beberapa saat, ia belum juga bisa menemukan sosok cewek itu. Namun, lingkungan tempatnya berdiri dirasa tidak asing baginya. Ia mengenal betul tempat ini.

Dari tempat persembunyiannya, Adela mengamati Rakha yang sedang menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencarinya. Cowok itu tampak kesal karena kehilangan jejaknya.

Adela merasa beruntung karena akhirnya dapat terbebas dari Rakha. Entah alasan apa yang membuatnya harus mati-matian menghindari cowok itu. Yang jelas, Adela tak suka dengan sikap arogan cowok itu yang pasti akan menyusahkannya.

"Adel!"

Adela mengakhiri tatapannya dari Rakha dan menoleh ke sumber suara yang baru saja memanggilnya.

TBC

Semakin kukejar semakin kau jauh. Mirip lirik lagu ya.. hehe

Kira-kira ada yang bisa nebak siapa yang manggil Adel di akhir part ini?

Sampai sejauh ini Rakha masih belum bisa menakhlukan hati Adela nih. Ada yang punya ide? Biar nanti aku bisikin lewat Wira. Wkwk

Sampai ketemu hari Sabtu... Btw, jgn lupa kirim2 multivitamin ya. Karena vote & komen teman-teman sungguh berarti ;)

Salam,
Pit Sansi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro