[Part 11] Mengejarmu
Adela sudah memikirkan semua opsi yang mungkin bisa diambilnya untuk mendapatkan buku catatannya kembali tanpa perlu menuruti ajakan Rakha yang memintanya pulang bersama. Namun, pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain pasrah pada keadaan.
Selepas bel pulang berbunyi, Adela buru-buru ke luar kelas hingga membuat Saras heran sendiri melihat sikap teman sebangkunya itu.
Adela berjalan setengah berlari menuju gerbang sekolah, berharap semakin sedikit orang-orang yang melihatnya pulang bersama Rakha, akan semakin baik.
Seperti dugaan Adela, Rakha sudah ada di sana lebih dulu, sedang bersandar sambil bersedekap di mobil hitam yang terparkir tak jauh dari gerbang sekolah.
Begitu Adela sudah tertangkap mata olehnya, Rakha langsung menegakkan tubuhnya, kemudian mengacungkan buku catatannya tinggi-tinggi, seolah ingin menggoda Adela yang kini terlihat kesal setengah mati.
Adela menyeret langkahnya sendiri untuk segera menghampiri Rakha walau dalam hatinya ingin sekali menjauh dari sosok menyebalkan itu.
"Sini kembaliin buku gue!" pinta Adela dengan nada ketus. Tangannya ia ulurkan ke arah Rakha.
Salah satu sudut bibir Rakha terangkat sejak menemukan sosok Adela dari kejauhan. Ternyata menyenangkan juga menggoda cewek yang beberapa kali pernah membuatnya malu.
Rakha mengangkat buku yang digenggamnya hingga setinggi dada, kemudian mengangkatnya lebih tinggi ketika dengan cepat tangan Adela hendak meraihnya.
"Jangan kira gue bisa lo tipu! Kalo gue kasih buku lo sekarang, lo pasti bakalan kabur!"
Adela berkali-kali membuang nafas berat. Ia hanya diam sambil menatap mata Rakha tajam, karena cowok itu dengan tepat dapat membaca isi kepalanya saat ini.
Sambil masih menguasai penuh buku catatan milik Adela, Rakha membukakan pintu mobil bagian belakang, lalu memberikan kode dengan matanya agar Adela masuk ke dalam.
Adela akhirnya menurut. Ia masuk ke mobil lebih dulu kemudian disusul Rakha yang duduk tepat di sebelahnya.
Bersamaan dengan pintu mobil yang ditutup Rakha, mobil yang dikemudikan om Aryo kini melaju menjauhi sekolah.
Rakha mengulurkan buku itu ke arah Adela yang langsung disambut dengan sergapan cepat cewek itu, Adela khawatir Rakha akan mempermainkannya lagi seperti tadi.
Adela langsung membuka buku catatannya, membalik-balikkan halamannya kemudian menggoyang-goyangkan buku itu di udara, seperti mencari sesuatu yang sebelumnya terselip di sana.
"Lo lagi ngapain?" tanya Rakha heran.
"Mana kupon gue?" Adela malah balik bertanya sambil terus membalik-balikkan halaman bukunya.
"Kupon apa?"
"Kupon!" ucap Adela yang kini melirik Rakha cepat. "Lo ngambil kupon gue, ya?" tuduhnya setengah berteriak.
"Apaan sih? Gue nggak ngambil apa-apa!" bela Rakha masih tak mengerti.
Alis Adela menyatu, ia berusaha membaca raut wajah Rakha dengan teliti. Namun, sulit menemukan kebohongan dari mimik wajah itu. Atau mungkin saja Rakha sedang berakting, mengingat cowok itu adalah artis sinetron.
"Lo nggak nemuin sesuatu di selipan buku ini? Bentuknya kecil, warna kuning terang!" jelas Adela dengan memelankan nada suaranya, berharap Rakha berbaik hati mau mengembalikan benda yang dicarinya apabila benar cowok itu yang mengambilnya.
"Gue nggak ngerti benda apa yang lo maksud!" kata Rakha tak peduli.
"Jangan bohong!" bentak Adela setengah berteriak. Ia masih curiga pada Rakha.
"Adela!"
Suara panggilan dari bangku depan membuat Adela terkesiap dan mendadak merasa tak enak. Ia hampir lupa ada orang lain di dalam mobil ini selain dirinya dan Rakha.
"Nama kamu Adela, kan?" tanya om Aryo sambil melirik Adela dari kaca spion tengah.
"I-iya, Pak!" sahut Adela dengan nada yang jauh lebih pelan.
"Panggil saja saya Om Aryo! Perkenalkan, saya Omnya Rakha sekaligus manajernya."
"Oh," Adela menyahut singkat sekaligus merasa canggung.
Sementara itu, Rakha sempat berdecih pelan begitu menyadari perubahan sikap Adela ketika berbicara dengan om Aryo. Berbeda sekali ketika berbicara dengannya.
"Pemberitaan tentang Rakha dan kamu beberapa waktu belakangan ini mungkin bikin kamu nggak nyaman juga." Masih sambil mengemudikan laju mobilnya, om Aryo sesekali melirik Adela. "Om mau minta kamu ngomong sesuatu di hadapan media, biar rumor ini cepat mereda."
Adela terdiam, masih bingung harus menyahut atau bersikap seperti apa.
"Om minta kamu mengaku sebagai tunangan Rakha di depan media," lanjut om Aryo.
Dari tempat duduknya yang tepat di belakang om Aryo, Rakha membuang pandangannya ke luar jendela. Ia gugup dan malu setengah mati mendengar permintaan konyol dari omnya itu. Ia tau akan begini jadinya. Mengajak Adela pulang bersama adalah ide omnya sejak awal, namun baru kali ini terwujud. Dan Rakha tahu, omnya itu akan melakukan negosiasi dengan Adela seperti sekarang ini. Sungguh memalukan bagi Rakha, memohon seperti ini sama sekali bukan tipenya!
Sementara itu, Adela masih kehabisan kata-kata. Matanya membulat, sambil terus menatap pantulan wajah om Aryo dari kaca spion.
"Hanya sampai pemberitaan ini mereda dan karir Rakha di dunia hiburan bisa lancar seperti semula. Kamu mau bantu, kan?"
"Eh?" Adela terkesiap, tak mampu bersuara lebih dari itu.
"Kebetulan, salah satu PH nawarin kontrak kerja sama untuk kamu dan Rakha membintangi variety show tentang relationship. Acaranya cuma beberapa episode, kamu bisa sekalian tunjukkin hubunganmu dengan Rakha baik-baik aja, nggak seperti pemberitaan yang beredar selama ini," jelas om Aryo panjang lebar.
Adela masih terbengong-bengong mendengar tawaran dadakan itu. Sementara Rakha, masih bertahan di posisinya, enggan terlibat dengan pembicaraan yang tidak disukainya itu.
"Kamu juga akan dapat bayaran dari syuting variety show itu kalo kamu setuju. Gimana?"
Mata Adela menerawang begitu mendengar om Aryo menyebut kata bayaran. Dalam pemikirannya, tentu bayaran yang dimaksud tidaklah sedikit. Ia bisa langsung melunasi tunggakan SPP Leo, tunggakan sewa kontrakannya, bahkan bisa membayar untuk beberapa bulan ke depan. Kemudian, ia dan Leo akan makan enak setiap hari tanpa harus memikirkan besok akan makan apa. Ia bisa membelikan Leo baju baru, juga mainan yang selalu diinginkan adiknya itu. Betapa menyenangkan hanya dengan membayangkannya saja. Tanpa Adela sadari, senyumnya mengembang dengan sendirinya.
Seketika pandangan Adela beralih ke samping kanannya dan langsung berbenturan dengan mata Rakha yang entah sejak kapan sudah menoleh ke arahnya. Cowok itu menatapnya lekat-lekat seolah menganggap sikapnya aneh sekali.
Senyuman di wajah Adela seketika sirna bersamaan dengan khayalan tingkat tingginya tadi. Ia kembali menghadap ke depan ketika om Aryo kembali bersuara.
"Gimana? Kamu setuju?"
"Nggak, Om!" tegas Adela dengan suara mantap. Tatapan Rakha tadi seolah memantapkan jawabannya kini. Ia tidak sudi bila harus menyandang status dengan cowok menyebalkan itu.
"Loh, kenapa?" tanya om Aryo lagi. Kali ini ia cukup lama melirik Adela dari kaca spion.
"Saya sudah punya pacar! Saya cuma mau jaga perasaannya aja!"
Hening beberapa saat. Rakha melirik Adela tanpa kedip, sementara om Aryo seolah bingung harus bereaksi seperti apa.
Adela menyadari sesuatu ketika melihat pemandangan jalan di luar jendela. Ini adalah jalan menuju rumah Rakha. Gawat! Mungkin saja Rakha mengatakan pada om Aryo bahwa rumahnya tak jauh dari rumah Rakha, mengingat kemarin Rakha mengikutinya hingga ke tempat ini.
"Saya turun di sini aja, Om! Rumah saya sudah dekat, kok!" kata Adela, memecah kesunyian.
"Rumahmu di mana? Biar Om antar saja!"
"Eh? Nggak usah, Om! Rumah saya masuk gang sempit, mobil nggak bisa masuk!" Adela buru-buru menyahut.
"Beneran nggak apa-apa kalo Om turunin kamu di sini?"
"Iya, nggak apa-apa, Om!"
Mobil akhirnya menepi. Setelah mengucapkan terima kasih pada om Aryo, Adela kemudian turun dari mobil tanpa menoleh sedikit pun ke arah Rakha, seolah menganggap cowok itu tidak ada di sana.
Sepeninggalan Adela, suasana sunyi kembali tercipta beberapa saat, sampai akhirnya om Aryo lebih dulu bersuara. "Benar katamu, sulit sekali membujuk gadis itu!" katanya, masih belum melajukan kembali mobilnya. "Kalo begitu, terpaksa kita pakai plan B. Kita coba alihkan isu itu dengan cara lain!"
"Nggak usah, Om!" sahut Rakha.
"Maksud kamu?" tanya om Aryo tak mengerti, sambil melirik Rakha dari kaca spion.
"Aku akan buat cewek itu suka sama aku!" jawab Rakha dengan pandangan yang masih mengikuti punggung Adela yang semakin menjauh. Entah mengapa, penolakan bertubi-tubi dari Adela terhadapnya, membuat Rakha penasaran dan malah semakin ingin menakhlukkan cewek itu dengan usahanya sendiri. Ia tidak peduli cewek itu sudah berstatus milik orang lain.
"Kamu yakin?" kali ini om Aryo memutar tubuhnya untuk menatap Rakha langsung. "Bukannya selama ini kamu udah coba, tapi nggak berhasil?"
Rakha tersenyum kecil menyadari kebenaran dari ucapan om Aryo barusan. "Kali ini pasti berhasil!" ucapnya percaya diri. Ia kemudian membuka pintu mobil. "Om pulang duluan aja, aku bisa pulang sendiri," lanjutnya sebelum benar-benar turun dari mobil dan melesat menyusul Adela yang sudah cukup jauh dari pandangannya.
Suara panggilan om Aryo berkali-kali, tak dihiraukan Rakha sedikit pun. Kali ini ia bertekad akan benar-benar mengejar Adela, membuat cewek itu jatuh cinta padanya.
TBC
Hai~ masih pada semangat ikutin cerita ini kan?
Udah hari Rabu nih, tengah malam pula. Artinya, aku masih semangat update..
Apa lagi nih yang akan dilakukan Rakha buat menjinakkan Adela yang makin lama makin pedes?
See you on Saturday :)
Jangan lupa tinggalin jejak kalian buat penyemangat ;)
Salam,
Pit Sansi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro