Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 4 - Malam

Raka memperhatikan perempuan disebelahnya. Mereka sudah berada di mobil Raka dalam perjalanan pulang. Buat Raka, Tiyas adalah cewek yang unik. Cuek, apa adanya, tidak pernah Tiyas berusaha terlihat cantik. Gaya berpakaian Tiyas pun standar, tidak seperti Dara atau Siska fans Raka yang seragam sekolahnya pun fashionable. Rambut hitam sebahunya pun hanya dikuncir kuda. Sudah 1 bulan ini Raka mulai memperhatikan Tiyas. Awalnya hanya iseng, karena ingin menggoda Wisnu sobatnya yang sudah Raka bisa baca bahwa sobatnya itu suka pada Tiyas. Bagas heran, apa bagusnya Tiyas dibanding Nia. Nia cantik, tidak secantik Dara dan Siska pastinya. Nia datang dari keluarga yang berada. Jadi apa yang sobatnya itu pikir. Kenapa Tiyas? Apa istimewanya Tiyas?

 Setelah satu bulan ini sepertinya Raka makin penasaran. Tiyas seperti punya banyak sisi. Soal mandiri dan pintar sudah tidak perlu diragukan. Salah satu sisi Tiyas yang baru Raka sadari adalah sekalipun dia cuek, tegas atau terkadang terlihat galak Tiyas itu sebenarnya romantis. Lucu memang karena itu kontradiktif. Raka tahu karena Tiyas sering sekali diminta kawan-kawannya untuk memilihkan kado ultah untuk pacar-pacar mereka. Lengkap dengan kartu ucapan dalam bahasa Inggris, yang Tiyas juga buat sendiri. 

Tiyas juga seperti tidak pernah tertarik pada idola-idola SMA 01. Brama misalnya, ketua OSIS sekolahnya yang Raka tahu Brama sudah mulai memperhatikan Tiyas sejak kelas 1. Wisnu, sobatnya. Wisnu si kapten basket itu idola SMA 01. Atau Raka sendiri. Bisa dibilang Raka cowok paling populer. Raka berparas menarik, putih tinggi, dan yang paling penting Raka berasal dari keluarga yang sangat berada. Semua yang menempel dibadannya adalah barang-barang yang tidak murah harganya. Hal ini juga yang meningkatkan rasa penasaran Raka.

"Ti, lo beneran masih jomblo ya?" 

"Kenapa emang, kok tiba-tiba nanya?"

"Ya nggak,pingin tahu aja."

"Iya, gue jomblo. Pura-pura ga tau lo ya."

"Ga pernah pacaran gitu, sama sekali?"

"Nggak, nggak pernah. Ngerepotin ah pacaran mah."

"Kok ngerepotin?"

"Gue males aja. Pacaran ribet. Iya kalo pacar gue nanti mau terima gue apa adanya."

"Maksudnya?"

"Ka, yang gue tahu cowok-cowok itu suka cewek-cewek yang lemah lembut atau sexy atau fashionable kayak fans lo itu. Dari 3 kriteria itu, gue udah ga masuk semuanya." Tiyas memberi jeda sejenak.

"Lagian ya Ka, belum tentu ada yang kuat pacaran sama gue."

"Ih serem amat. Kenapa gitu mesti kuat pacaran sama lo?"

"Nih ya, gue aktif di OSIS. Sebagian besar waktu setelah sekolah gue itu seputar OSIS atau les. Sabtu juga gue ada kerja sambilan. Ya emang ga setiap Sabtu siy. Minggu biasanya gue stand by nganter nyokap kemana-mana. Ga ada waktu gue Ka. Kesian pacar gue ntar."

"Ngapain siy lo kerja-kerja gitu? Sampe kata anak-anak, lu buka jasa cariin kado buat pacar plus kartu-kartunya."

"Seneng aja, ngisi waktu. Udah ah, lo gue ceritain juga ga akan paham Ka."

"Mereka bayar pake apa ke elo? Gue ga pernah ngerasa ngasih duit deh ke elo kalo lo kerjain tugas Inggris gue."

"Duit? Ya enggak lah, harga diri Bro. Gue suka banget baca buku, sementara buku yang gue suka biasanya agak mahal harganya. Jadi gue selalu minta buku, ke elo juga kan."

"Emang ajaib lo Ti. Tapi sama gue ga perlu lo kerjain tugas gue juga, gue mau beliin lo buku Ti. Lo bilang aja mau buku yang mana, nanti gue beliin."

"Raka, business is business. Kecuali kalo gue ultah, boleh deh tu lo kasih gue kado buku."

"Ti, besok balik sekolah bareng gue ya."

"Ka, gue beneran ga mau cari masalah sama fans-fans lo atau pacar-pacar lo."

"Gue ga punya pacar Ti. Lo kan tau. Mereka, ya gitu lah sama gue, lebay."

"Lagian ya Ka, biasanya gue pulang selalu telat. OSIS, ekskul, les. Kesian lo nya. Tapi thanks lho udah nawarin. Jadi terharu gue." Tiyas tersenyum.

"Ya udah, kalo gitu besok Sabtu jalan yuk. Kan lo bilang lo minta Harry Potter buat makalah Inggris bulan lalu."

"Hahahaha....iya tuh gue lupa. Untung lo ingetin. Tapi gue mau pensiun ah dari profesi pembuat PR bahasa Inggris lo. Ini acara PENSI tahunan udah deket banget nih. Gue lagi ribet-ribetnya. Jadi Bapak Raka, sekarang ini lo kerjain sendiri dulu ya tugas Inggris lo."

"Boleh, ga masalah. Asal jadi guru les Inggris gue aja ya. Gimana? Bayarannya lo boleh beli buku kapan aja, yang mana aja, setiap hari kalo perlu."

"Hmmm...menarik sekali. Nanti gue pikirin yah."

"Tapi Sabtu ini jadi ya. Business is business."

"Boleh, jemput gue balik kerja ya."

"Hah, kerja dimana lo Ti?"

"Nanti gue sms alamat kerja gue. Seru deh."

Tiyas turun dari mobil dan mengucapkan terimakasih pada Raka. Raka sudah sendiri mengemudikan mobilnya menuju rumah. Tanpa sadar ia tersenyum, bahagia entah karena apa. 

***

Sabtu sore pukul 4. Tiyas melihat sosok Raka berjalan menuju pintu masuk Museum tempat ia bekerja. Raka hari itu keren sekali menurut Tiyas. Polo shirt putih, jins biru dongker dan jam tangan kulit hitam melingkar di tangannya. Pembawaan Raka memang dandy dan wangi tubuh Raka yang terkadang seolah merasuk ke dalam pikiran Tiyas. Raka tampak lebih dewasa dari usianya. Tiyas segera menepis perasaan aneh yang mulai menggantungi dadanya.

"Kereeen...lo kerja di Museum." Raka tersenyum lebar, merasa takjub akan profesi Tiyas. "Sumpah gue ga nyangka Ti. Keren banget."

"Lo ngeledek ya?"

"Ya enggak lah. Ini beneran keren Ti. Tadi gue mau bayar tiket biar bisa di guide sama elo. Tapi loketnya tutup." 

"Tenang aja, kan gue lagi mau pamer nih ceritanya. Tadi gue udah bilang Pak Pardi yang jaga museum buat nunda tutup museumnya 30 menit. So Mr. Raka, I welcome you to Graha Widya Patra Museum of Oil and Gas. Please walk near by me and I will explain you everything you want to know regarding indonesia history of oil and gas." Tiyas tersenyum.

Senyum Raka mengembang lebar. Mereka mulai berjalan masuk ke dalam museum. Tiyas menerangkan semua pengetahuannya tentang minyak dan gas bumi seperti layaknya professional tour guide. Rasa kagum Raka akan Tiyas semakin membuncah. Setelah 45 menit mereka selesai dan kembali berada di mobil menuju toko buku.

"Kok bisa si Ti? Di Museum?" Raka masih penasaran.

"Dulu jamannya SMP, gue dan beberapa temen gue jadi perwakilan sekolah untuk belajar di Museum itu. Program dari pemerintah. Terus habis belajar setahun, ada test nya juga. Alhamdulillah gue lolos. Mulai kelas 2 SMP gue jadi tour guide nya museum ini. Lumayanlah buat gue nabung."

"Gue udah denger dari Wisnu. Soal kenapa lo kerja-kerja gini. Emang bokap kemana siy Ti?" Raut wajah Raka prihatin.

"Hahahaha...hidup gue ga sesusah itu Ka. Bokap udah ga ada, jadi ga usah dibahas yah." Ada nada sedih di akhir kalimat Tiyas. "Jadi udah berapa cewek nih yang naik mobil ini?" Tiyas mengalihkan pembicaraan.

"Baru elo Ti."

"Lha kok bisa?"

"Gue lebih suka naik motor sebenernya. Lagian Ti, cewek-cewek itu kayaknya ga ada yang suka beneran sama gue." Raka memberi jeda. "Pernah gue deket sama cewek. Tapi gue ajak naik motor butut, ga mau dan langsung kabur. Buat gue kalau gue nanti punya pacar dia harus bener-bener suka sama gue. Ga perduli gue mau naik becak sekalipun."

"Hahahahah...ga kebayang gue Ka, lo naik becak." Tiyas tertawa.

Malam itu cerah. Mobil Raka melaju menembus hiruk pikuk kota Jakarta. Obrolan mereka berlanjut dan Tiyas terkejut ternyata Raka tidak seperti yang selama ini ia pikir. Menurut Tiyas, Raka seperti kesepian. Dia kesulitan membedakan mana yang tulus dan yang tidak karena dia diberkahi dengan ekonomi yang sangat berkecukupan. Raka hanya percaya pada geng empat sekawannya itu. Diam-diam Tiyas merasa bersyukur. Paling tidak Tiyas yakin kawan-kawannya tulus menyayanginya. Ternyata harta tidak selalu membuat bahagia. 

Diam-diam Tiyas mengamati Raka. Wangi khas tubuh Raka mulai merasuk lagi ke pikirannya. Tiyas selalu menghentikan segala ide tentang laki-laki dalam pikirannya. Tapi wangi itu seperti menghipnotisnya. Ia ingin berangan-angan sebentar, saat ini saja. Ketika ia bisa hanya berdua menikmati malam minggu, seperti remaja pada umumnya.  

******

Jreng-jreng. Gue mulai masukkin penampakan Raka yaa.

Bang Raka...bener nih Tiyas ga cakep?


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro