Part 33 - The Prom
Waaah....udah bab terakhir dan gue belum bisa move on dari Wisnu dan Tiyas #lebaymodeon. Anyway, I hope you all enjoy the story and give many votes and comments to cheer me up because I have to loose Wisnu. See ya in another story.
****************************************************************************
Wisnu mengamati dirinya di kaca. Setelan jas biru gelap dan kemeja putih yang sengaja dipesankan ke penjahit langganan keluarga oleh Mamanya sudah ia pakai. Dia ragu apakah ingin menggunakan jam tangan dari Raka atau miliknya sendiri. Tapi mungkin untuk mengenang semua yang indah di SMA dia akan mengenakan jam tangan dari sahabatnya itu. 'I will value our friendship for sure.'
Raka hari ini tidak akan datang karena sudah bertolak ke Inggris. Apapun yang terjadi di masa lalu Wisnu tetap sedih hari ini mereka berempat tidak dapat berkumpul bersama. Ia melihat arlojinya, jam 4 sore. Acara akan dimulai jam 5 sore hingga jam 10 malam. Wisnu mengambil kotak berisi kejutannya untuk Tiyas lalu beranjak pamit dan menjemput gadisnya.
***
Gaun pendek Tiyas cantik sekali berwarna pink lembut. Tiyas sudah lengkap berpakaian, wajahnya sudah dirias natural dan rambutnya sudah di tata. Namun ia masih menimbang-nimbang apakah ia akan nekat menggunakan sneakers putih barunya dari Mama atau heels pink satin dari Wisnu. Pengalaman Tiyas perkara sepatu heels memang tidak terlalu baik. Setelah acaranya dengan Raka dulu, kakinya lecet disana sini. Mungkin memang karena tidak terbiasa. Solusi terbaik sepertinya memakai heels sambil tetap membawa sneakers putihnya, seperti rencana sebelumnya.
"Tiyaaas..sayaaang. Wisnu sudah dibawah ini. Ayo turun."
Tiyas merasa dadanya berdebar-debar. Ia ingin terlihat sempurna dimata Wisnu. Lalu dengan gugup ia turun kebawah perlahan sambil berusaha menyeimbangkan tubuhnya karena mengenakan heels. Wisnu berdiri di ruang tamu. Gagah sekali dengan setelan kemeja biru gelap yang pas ditubuhnya. Ini kali pertama Tiyas melihat Wisnu begitu rapih dan sangat mempesona.
Wisnu melihat Tiyas turun ke bawah dari atas tangga dan tidak mau mengedipkan matanya. Tiyas luar biasa malam ini. Make upnya yang tidak berlebihan makin membuat wajah Tiyas terlihat sempurna dan gaunnya. Ya Tuhan, sudah pasti ia harus bekerja keras menahan diri.
"Nu...Wisnu." Tante Lena berdehem agar Wisnu menjawab.
"Oh iya Tante, maaf."
"Jangan pulang malam-malam ya. Jaga Tiyas baik-baik."
"Iya tante. Pasti dijagain dan langsung dianter pulang."
"Kalian serasi banget, sini tante foto ya." Tante Lena sudah meyiapkan kamera. Ia tidak akan melewatkan moment remaja anaknya yang satu ini.
Setelah berfoto Tiyas dan Wisnu pamit lagi dan berlalu menuju tempat pesta.
Di dalam mobil.
"Nu, kok ga jalan-jalan? Ada yang ketinggalan?"
Wisnu sudah dikursi mobil dan masih menghadap miring menatap gadisnya.
"Wisnu....kamu kenapa siy? Aku jelek ya?"
Wisnu hanya tersenyum."Aku punya kado." Ia mengambil kotak kecil dari belakang kursi mobil.
"Wisnu, don't say its a ring?" Tiyas tidak bisa menutupi keterkejutannya.
"Pingin banget beliin kamu cincin. But because I know that you will runaway if I buy one, then it is not. I promise it will match your dress well."
Tiyas membuka kotak hitam kecil itu. Ada kalung emas putih dengan liontin berbentuk love yang pinggirannya dihias bebatuan kristal cantik. "Wisnu ini...cantik banget."
"Iya, kayak kamu."
"Hmmm gombal." Tiyas terseyum. "Wisnu ini mahal ya? Kok kamu repot-repot sih."
"Itu aku nabung sendiri kok tenang aja. Aku kan sekarang juga punya penghasilan kayak kamu." Wisnu sengaja mengumpulkan uang saku yang ia dapat dari Nusantara Satu selama beberapa bulan ini. "Sini aku bantu pakai." Wisnu memakaikan kalung pemberiannya ke leher Tiyas.
"Sempurna." Wisnu menatap gadisnya lama-lama.
"Nu, jangan liatin aku terus gitu dong. Ayo jalan, nanti terlambat."
"Oke Tuan Putri. Let's enjoy our last night being a high school student."
***
Prom Night tahun ini disponsori oleh kantor ayah Raka. Tidak mengherankan, tapi mengingat anaknya tidak akan mengikuti acara ini orangtua Raka memang sangat berbaik hati. Acaranya juga di gelar di grand ballroom lantai 5 gedung Graha Cipta Nusantara. Tempat yang sama ketika Tiyas menjalani test beasiswa dulu.
"Nu, jalannya pelan-pelan ya. Kakiku belum biasa nih." Tiyas berbisik pada Wisnu didalam lift. Wisnu hanya tersenyum mengangguk sambil mengeratkan genggaman tangannya. Satu tangan Wisnu lainnya membawa paper bag berisi sepatu kets putih Tiyas. Wisnu sudah memutuskan, gadisnya sangat cantik malam ini terlepas dari apapun sepatunya. Tapi Tiyas benar-benar bersikeras ingin mengenakan heels dari Wisnu.
Tim OSIS dan anak-anak kelas 2 yang menjadi panitia. DIbantu juga beberapa guru pengawas. Sebagian guru yang lain dan juga Ibu Kepala Sekolah yang terkenal galak sudah datang dan menjadi tamu kehormatan.
"Tiyaaas.." Rani yang sudah berada didalam menyambut Tiyas dengan pelukan.
"Rani kamu seksi bangeeeet." Tiyas tertawa melihat gaun hitam panjang Rani yang terbuka dibagian belakang.
"Kamu manis bangeet Tiyaaas. Gaun lo keren sumpah."
Wisnu berdiri di pinggir ruangan melihat gadisnya asyik bercengkrama dengan teman-temannya. Sepatu kets Tiyas sudah aman ditangan panitia. Raymond dan Ferdi bergabung bersama Wisnu.
"Gila ya cewek-cewek sekolah kita kalau udah dandan." Raymond berkata.
"Kenapa? Cantik?"
"Bukan...lama."
Wisnu dan Ferdi tertawa."Dimas mana? Kok ga kelihatan?" Baru saja Wisnu berkata Dimas masuk ke dalam ruangan menggandeng Dara.
"Fer, itu Dara kan? Kok gandengan sama Dimas Fer? Ini mata gue yang salah apa gimana?"
"Sumpah bro gue ga paham. Asli ga paham." Ferdi pun sama bingungnya seperti Wisnu.
"Lu gimana si bedua, ngaku sobatnya Dimas tapi ga tau kalo dia deket sama Dara? Udah sebulanan ini tu anak dua deket." Raymond menyambung.
"Lo tau darimana Mon?"
"Nah itu gunanya punya pacar ketua geng gossip."
Wisnu mencoba mengingat-ingat namun tetap tidak bisa menemukan apapun di kepalanya. Ia dan Tiyas sibuk sekali dengan persiapan ujian PTN beberapa minggu ke belakang. Dimas membawa Dara ke kumpulan teman-temannya.
"Haloo semua." Dara tersenyum manis.
"Udah lama sampe bro?" Dimas tersenyum pada sobatnya.
"Dar, bentar ya gue pinjem Dimas sebentar aja." Tanpa basa basi Wisnu langsung menarik Dimas sedikit menjauh.
"Gila, lu pacaran sama Dara? Dari kapan?"
"Emang lo doang sama Raka yang boleh pacaran?"
"Sumpah parah lo, gue ga tahu sama sekali."
"Singkatnya dua bulan lalu gue tolongin dia dijalan pas lagi digangguin sama anak SMA lain. Terus dia nempel banget sama gue abis itu. Tau tu anak kenapa. Kesambet kali bisa suka sama gue." Dimas tertawa terkekeh disambut tawa Wisnu juga. Sobatnya satu ini memang sangat unik.
"Ternyata skill berantem lo itu, berguna juga ya. Tapi lo cinta emang sama dia Dim?"
"Santai bro. Gue pastinya ga sedalem lo sama Tiyas lah. Cinta itu apa aja gue ga tau. Tapi pokoknya ya selama Dara sama gue, ga ada yang boleh ganggu-gangguin dia lagi."
"Asiiikk...gue suka gaya lo Bro." Wisnu merangkul dan berusaha menjitak kepala Dimas. Mereka berdua bertingkah laku sangat kekanakkan yang membuat teman-teman lainnya yang melihat juga tertawa.
Tiyas dan Rani sudah bergabung bersama Wisnu, Dimas, Raymond, Ferdi dan Dara. Lalu Dara menghampiri Tiyas.
"Ti, gue mau minta maaf."
"Maaf kenapa?"
"Ga usah pura-pura ga inget deh. Iya gue tahu gue jahat banget sama lo selama ini." Dara mengulurkan tangannya. "Maafin gue ya."
"Dim, gue maafin ga nih pacar baru lo?" Tiyas tersenyum meledek Dara.
"Ga ikutan gue Ti soal itu mah.Tapi Dara baik banget sih Ti sama gue."
"Dimaas.." Dara melotot.
"Udah gue maafin Dara dari kemarin-kemarin." Tiyas memeluk Dara. Dara sedikit terkejut namun kemudian tersenyum bahagia.
Untuk Tiyas sikap Dara malam ini adalah sesuatu yang tidak terduga. Tapi mungkin ini pertanda baik untuk menyelesaikan segalanya yang masih menggantung. Tiyas mulai mencari Nia di sekeliling ruangan.
Malam itu Nia cantik sekali bergaun pink lembut. Warna gaunnya sama dengan gaun Tiyas. Namun gaun Nia lebih panjang. Tanpa ragu Tiyas menghampiri Nia.
"Ni, apa kabar?"
"Tiyas?" Nia tersenyum. "Baik Alhamdulillah."
"Dateng sama siapa? Pacar baru ya?" Tiyas melirik laki-laki yang dari tadi menunggu sambil mengawasi Nia dari pinggir ruangan.
"Oh itu. Bukan, itu sepupu jauh yang mau nemenin aku aja Ti malam ini."
"Okey, sepupu jauh kan? Jadi masih ada kesempatan." Tiyas menggoda Nia yang wajahnya langsung bersemu merah. Ia menghela nafas sebelum melanjutkan. "Nia, maafin gue ya Ni. Maafin gue soal Wisnu."
"Tiyas, aku yang minta kamu dari awal kan? Dan aku sudah benar-benar baik-baik saja sekarang Ti. Seneng banget malahan lihat kalian berdua akur begini dan Wisnu bahagia banget." Nia langsung memeluk Tiyas.
"Kalian serasi banget. Aku juga minta maaf ya waktu itu sempet bikin kalian salah paham. Tapi beneran aku dan Wisnu sudah ga ada apa-apa lagi kok. Maafin aku juga ya."
Tiyas tersenyum berusaha tidak merasakan sedikit air matanya yang jatuh. Untuk beberapa saat mereka masih berpelukan. Namun MC di panggung sudah memulai acara.
"Semoga semuanya baik-baik aja ya. Buat kita semua." Nia menepuk pundak Tiyas. Tiyas berlalu kembali ke tempat duduknya disebelah Wisnu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro