Curse 13 ~ To The New Life ~
Hari ini, kau mengunjungi kantor kepala sekolah untuk memutuskan keluar dari SMA Jouin. Bukan tanpa alasan, kau sudah memilih untuk bersekolah di SMK Jujutsu yang terletak di Tokyo.
Keluarnya kamu dari SMA Jouin turut menghebohkan seluruh siswa-siswi, tak terkecuali Minori, Suzuha, dan Kaho. Namun... Ini sudah keputusan bulat bagimu, jadi kau tak bisa mundur untuk selamanya.
Sebelum keberangkatan kamu esoknya, kau sempat membersihkan rumah bekas kediaman kamu dan almarhum orang tuamu. Kau juga menyiapkan baju di koper dan mengambil barang-barang kenangan pemberian ayah dan ibumu.
Saat giliran memasukkan bibit Bunga Matahari, kau memandang bibit itu cukup lama. Ya... Ini adalah bibit yang belum ditanamkan oleh mendiang ibumu, dia belum mencapai tujuan terakhirnya yaitu menanam delapan tanaman yang ia sayangi.
Kau memeluk bibit Bunga Matahari tersebut, memeluknya cukup erat seolah kau menganggap bibit bunga itu berharga bagimu.
'Kaa-san... Aku akan menanamkan Bunga Matahari ini untukmu. Aku berjanji... Bunga ini akan tumbuh mekar seperti Kaa-san yang menanam ketujuh bunga lainnya.'
Selesai membatin di dalam hati, kau masukkan bibit itu ke dalam tas ransel. Akhirnya bersih-bersih rumah sudah selesai, lalu kau menyempatkan diri datang ke rumah tetangga.
Kau pencet bel rumah tetanggamu tersebut, tak berselang lama dibukalah pintu dan muncul seorang wanita paruh baya berusia setidaknya 50 tahun keatas tersenyum ramah kepadamu.
"Ara, (Name)-chan! Ada apa kau datang kesini? Ayo, silahkan masuk!" Ia begitu ramah kepadamu dan mempersilahkan kamu untuk masuk.
"Ah, Oba-san tidak perlu repot-repot. Aku datang kesini hanya untuk memberikan kunci rumah ini kepada Oba-san." Kau menolak dengan halus dan memberikan kunci rumah kepada sang wanita paruh baya tersebut.
Wanita itu terlihat kebingungan, ia menerima kunci rumah tersebut dengan perasaan yang bingung.
"(Name)-chan, apa... Kau akan pindah dari sini?" Tanya sang wanita memandang kamu yang sedang tersenyum.
"Haha, iya, Oba-san. Aku akan pindah ke Tokyo besok, aku juga sudah mendapatkan beasiswa ke sebuah sekolah yang bagus disana. Kebetulan di sekolah itu ada asramanya." Jawabmu dengan penuh jujur dan percaya diri.
"Sou ka... Zannen desu ne. Anata no Tou-san to Kaa-san... Mou inakunatta." (Begitu ya... Sayang sekali. Ayah dan Ibu kamu... Sudah tidak ada.) Wanita paruh baya tersebut merasa iba atas kehilangannya orang tua kamu.
Kamu menggelengkan kepala dan kamu menaruh tangan tepat di dadamu.
"Meskipun mereka sudah tidak ada, mereka pasti menjagaku dimana pun dan kapan pun. Aku percaya... Tou-san dan Kaa-san hidup di dalam hatiku."
Kau tersenyum hangat kepada sang wanita paruh baya tersebut, membuat hati wanita itu tersentuh dengan ucapan kamu yang bijaksana.
"(Name)-chan... Semoga kamu baik-baik saja di Tokyo. Oba-san mendoakan yang terbaik... Supaya dewa menjagamu dari malapetaka."
Kamu tersenyum dan mengangguk menanggapi ucapan sang wanita, "Dewa akan menerima doa Oba-san."
-----------------------------------------
Kau berjalan menuju rerumputan dengan pemandangan danau yang sungguh eksotis. Di genggaman tangan kamu, guci berisikan abu dan tulang belulang orang tuamu dibawa olehmu. Kau ingin mengucapkan selamat tinggal kepada mereka... Sebelum kau akan pindah ke Tokyo besok.
"Tou-san... Kaa-san... Ini tempat kita melakukan piknik saat aku masih kecil. Tempat ini begitu banyak kenangan yang tak terlupakan bagi aku... Jadi aku akan menabur sedikit abu Tou-san dan Kaa-san di tempat ini."
Kau segera membuka guci abu tersebut dan segera menaburkan abunya ke alam bebas, tertiup oleh hembusan angin sehingga abu itu menghilang entah kemana.
Gojou yang kala itu bersender di dahan pohon memantau kamu yang sedang menaburkan abu tersebut. Ia lalu berjalan ke kamu dan berdiri disampingmu.
"Jadi ini salah satu tempat kenangan kau dan orang tuamu?" Tanya Gojou sambil memandang pemandangan danau yang indah.
"Ya... Tempat ini memang tidak tertandingi. Aku jadi ingat ketika aku tercebur ke air danau yang syukurnya cukup dangkal." Kau mulai menceritakan masa lalumu kepada Gojou.
"Tempat ini terasa damai, aku bahkan tak merasakan adanya hawa kutukan disini." Gojou bisa merasakan semilir angin yang tenang menghembuskan ke arah dirinya dan kamu.
"Bagus dong, itu menandakan bahwa tempat ini memang tempat paling damai yang pernah aku kunjungi."
Kau pun bergegas pergi dari tempat itu dan membiarkan Gojou berdiri di tempat sambil memerhatikan kamu.
"Hei, (Surname)."
Langkah kamu terhenti, kau menoleh ke belakang dan memandang Gojou yang kini memandangi kamu.
"Besok kau akan berangkat naik Shinkansen, aku cukup naik mobil saja."
Mendengar ucapan Gojou, kau sangat terkejut dan kau langsung menaruh guci abunya dengan pelan dan menghampiri Gojou.
"A-apa?! Kenapa kau tidak naik ke Shinkansen?! Kukira kita akan pergi bersama!"
"Yah,~ aku tahu aku memang datang kesini untuk mengambil kamu. Cuma... Aku gak punya uang banyak sekarang, uangku hanya bisa bayar Shinkansen untuk satu orang huhuhu." Gojou pura-pura nangis menohok karena sekarang kantongnya sudah mulai menipis.
Kau menepuk jidatmu, lagi. Kau tidak bakal menyangka bahwa Gojou bisa-bisa kehabisan uang di saat-saat terakhir dia di Miyagi!
'Terus uang koper sama uang belanjaan itu apa?! Dasar Om Boroooooooos!' Kau membatin dengan super greget melihat tingkah laku si Gojou.
"Terus, itu mobil punya siapa?! Punyamu gitu?!" Kau menunjuk ke arah mobil yang dikendarai oleh Gojou untuk sekarang.
"Itu... Aslinya punya atasanku hehehe. Mobilku di Tokyo lagi mogok jadi lagi servis di bengkel." Gojou dengan muka sok polosnya menggaruk kepala dia yang tidak gatal.
Mendengar hal tersebut, perempatan muncul di dahi kamu dan kau langsung meninju Gojou untuk kedua kalinya.
"DASAR GURU BODOOOOOOH!"
Namun dari sini, kau pun mulai membatin.
'Tou-san, Kaa-san, doakan aku agar di Tokyo tidak kenapa-napa... Semoga kalian tenang di alam sana!'
Introduction Arc End!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro