Twins
Mai menatap ayam goreng yang sudah seperempat ia gigit, rasanya enak.
Tidak ada yang salah dengan ayam yang juicy ataupun rempah yang memperlezat tekstur daging. Bahkan kulit ayam tanpa banyak lemak yang kriuk setiap kali ia kunyah.
Meski rasa enak merebak dilidah, entah kenapa air matanya terus mengalir. Membuat matanya bengkak, dan memerah.
Setelah melewati tahun dalam kesendirian, Mai tentu sangat membenci saudara kembarnya.
Mai juga membenci nama keluarga yang tersemat pada namanya, klan menyebalkan.
Keluarga mereka terlalu tenggelam dalam adat kepercayaan, menganggap anak kembar membawa nasib buruk.
Tak jarang ketika kecil, Mai diajak oleh saudaranya untuk diam-diam pergi keluar dan makan Junk Food.
Mengapa? Karena masakan rumah yang hangat hanya sampai dilidah, tidak bisa mencairkan hati yang membeku.
Sekedar ayam goreng yang berminyak dengan kentang goreng yang bumbunya selalu membuat hidung gatal, serta minuman soda yang membuat hidung sakit ketika bersendawa.
Makanan yang dikatakan sampah ini adalah makanan favorit si kembar Zen'in.
Sungguh, andai mereka kembali ke masa lalu. Ataupun hidup sebagai keluarga normal.
Mai ingin bersama Maki.
Saudara kembarnya yang ia sayangi, ia idolakan, dan paling ia cintai di dunia ini.
Juga yang paling ia benci.
"MAKI BODOH!!!" Teriaknya keras.
Mengingat dirinya sedang berada di luar, takkan ada yang merasa terganggu dengan keributan yang ia buat.
"Ohok--"
Mai reflek menoleh, mungkin saja itu teman sekelasnya yang bodoh tengah tersedak.
Nyatanya bukan, itu orang lain dengan surai abu gelap. Tengah tersedak soda hingga cairan berkarbonasi itu keluar dari hidungnya.
"Uumm, maaf." Mai merogoh kantongnya, mencari tisu dan menyodorkannya.
"Tidak, tidak apa..." Ucap remaja lelaki itu sambil mengambil tisu.
"Apa... kamu juga tengah bertengkar dengan saudara mu?"
"Huh??" Alis Mai berkerut kesal, ia melotot. Meski ia memang sedang menangis, ia tidak mau secara terang-terangan disebut memiliki saudara.
Ia tidak mau.
Karena rasa kehilangan dan ditinggalakan akan semakin kuat.
"Ahh tidak... aku sedang bertengkar dengan saudaraku, yang katanya 5 menit lebih dulu lahir... heh, padahal dunia medis mengatakan anak kembar kedua yang lahir merupakan si kakak, tapi ya sudahlah."
Osamu menatap kaleng soda yang sudah berkurang setengah, "Maaf jika membuatmu tidak nyaman."
"Tidak, aku... sudah lama tidak bertemu dengan saudariku."
Mai lanjut memakan ayamnya, terlalu lama kena udara akan menghilangkan crunchy ayamnya.
"Dia berada di Tokyo sekarang, dan aku benci dengan sikap keras kepalanya."
Osamu mendengus, lanjut meneguk colanya. "Keras kepala, huh? Dia juga pembohong yang buruk."
"Heh, kau juga memiliki saudara yang menyebalkan, huh?"
"Haha, ya.. meski begitu, dia yang paling mengerti aku. Dan rasanya sedikit menyebalkan ketika yang lain lebih akrab dengannya dibanding aku."
Mai terdiam, merasa sedikit iri pada remaja yang duduk tidak terlalu jauh darinya.
"Aku... sebenarnya tidak suka ditinggal."
"Hmm, kamu bergantung dengan kakakmu ya?"
"Terserah apa katamu, yang pasti aku membencinya karena itu."
Osamu meneguk habis sodanya lalu beranjak dari bangku yang ia duduki.
"Kamu tahu mengenai benci dan cinta itu tipis?"
Iris madu Mai melebar, "Apa maksudmu aku--"
"Simpulkan saja sendiri."
Mai melihat punggung Osamu menjauh, dan dari sudut jalan yang lain remaja dengan wajah serupa muncul.
"Samu! Kemana saja kau, hah? Ibu sampai menyuruhku untuk mencarimu, jika tidak ketemu aku tidak boleh pulang!"
"Ehhh? Bukannya mencari adik adalah tugas seorang kaka?"
"Tidak berlaku dengan adik kurang ajar sepertimu."
"Hahh?? Akuuu???"
Dan kedua remaja itu terus berdebat hingga mereka tidak terlihat lagi.
Mai kembali terdiam, ia menatap ayam di tangan lalu langit biru yang terang.
Teringat ketika ia bertemu dengan kakanya lagi beberapa hari yang lalu. Terlihat dekat, bahkan mencoba melindungi seorang siswi baru bernama Nobara dari dirinya.
Mereka... terlihat akrab.
"Ahh, aku iri."
Mai lanjut memakan ayamnya, hingga seseorang dengan sebuah sapu terlihat melayang.
"Mai-chan! Akhirnya ketemu, tolong bantu aku menghentikan Todo mengamuk!" Nishimiya melayang turun mendekati Mai.
"Ehhh? Si bodoh itu berbuat apa lagi?"
"A-aku sulit menjelaskan, ikut saja!"
Mai menghela nafas, "Baiklah baiklah."
Setidaknya ketika pertemuan sekolah nanti, Mai akan kembali bertemu dengan Maki.
Ya, setidaknya.
Meski atmosfer di antara keduanya renggang.
*****
Author Note :
Makin ke sini kenapa cerita makin gelap yah? Apa karena latar belakang karakter JJK 😅
16 Januari 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro