Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Breadfriends

"Ah, maaf--" Seru seorang pria dengan setelan jas putih keabuan dan kemeja biru, di mana ia juga memakai kacamata hitam model gothic dan dasi motif totol macan.

Pria klimis itu baru saja menabrak seorang remaja lelaki yang hanya 1 cm lebih pendek darinya.

"Tidak, aku yang minta maaf karena tidak fokus..." Remaja itu membungkuk meminta maaf karena merasa bersalah juga.

Hingga iris zamrud itu melihat ke arah nampan roti yang dipegang pria kantoran itu.

"Casse Croute..."

Pria itu melirik ke arah nampannya, "Kamu mau? Kamu bisa mengambilnya, ini roti terakhir yang ku lihat."

Pria itu berpikir remaja di depannya terlihat celingak celinguk di depan deretan roti karena mencari sandwich yang akan ia beli.

"T-tidak! Aku hanya mencari... umm... ah, ini." Remaja itu segera mencapit sebuah roti berisi mie goreng.

"Yakisoba untuk senpaiku, dan..." Remaja itu kembali terpaku dengan roti manis dan gurih yang terpantri.

"Jika kamu ingin yang manis, Croissants isi coklat ataupun buah stroberi cukup digemari dari toko ini."

Si remaja mengangguk, "Untuk yang gurih ku dengar Katsu Sandonya enak...?"

Pria itu menunjuk deretan selembar roti dengan toping sayuran dan daging. "Smørrebrød, tapi jika makan di luar itu cukup berantakan."

"Croque monsieur." Pria itu menunjuk roti dengan saus bechamel yang meleleh, "Kalau bagian atas sandwich ini ditambahkan telur, itu Croque Madame."

"Humm~" Iris zamrud si remaja berbinar cerah melihat sandwich yang berjejer. Meski setelahnya ia dilanda kebingungan ingin mencoba yang mana.

Pria itu hanya diam, hingga ia mencomot roti dari nampannya sendiri dan meletakkannya di nampan remaja tersebut.

"Untukmu saja, anak muda sepertimu pasti banyak makan." Pria itu lanjut memilih sandwich lain dan segera beranjak menuju kasir.

Meninggalkan si remaja lelaki yang kebingungan, "T-tapi--"

Remaja itu mencoba mengejar, tapi pria itu sudah membayar belanjaannya dan keluar dari toko.

"Umm.. apa kamu akan membayarnya?" Tanya si Kasir wanita.

Remaja itu mengangguk dan menyodorkan nampan roti miliknya, wajahnya terlihat sedikit kusut.

"Pria itu sering membeli ini, tapi kebetulan saja beberapa hari terakhir roti ini cukup laris." Jelas si Kasir.

"Apa... dia sering kemari?" Si Kasir hanya mengangguk mengiyakan.

Si remaja lelaki pun bertekad, esok hari ia akan kembali kemari untuk menemui pria itu, dan berterimakasih karena sudah membiarkan dirinya mencicipi sandwich yang lezat.

.
.
.

"Mau menemaniku beli roti yakisoba?"

Bokuto tersenyum cerah, "Tentu! Camilan sehabis latihan!!"

"Baiklah, kalau begitu kita ke toko yang kemarin ku datangi." Akaashi menunjuk salah satu toko roti di sudut jalan.

Di mana ia bertemu dengan pria kantoran itu, dan benar saja. Pria itu berada di toko roti di waktu yang sama seperti kemarin, dengan roti yang sama.

Ketika mereka berpapasan, Akaashi hanya mengangguk kecil pada pria itu.

Dan siapa yang menduga jika pria asing itu akan mengingat Akaashi?

"Kamu menyukai Casse Croute kemarin?" Suara serak khas pria 30an menyapa indra pendengaran.

Akaashi mengangguk mengiyakan, "Rasanya enak--"

"Kase Khout?? Akaashi itu apa??" Potong Bokuto dengan wajah tanpa dosa, dan suaranya yang menggelegar.

Meski iris emas itu terpaku pada deretan donat bertabur keju, telinganya cukup tajam untuk mendengarkan suara si pretty setter.

"Hmm?" Bokuto baru menyadari Akaashi sedang bicara dengan orang lain.

"Akaashi, dia kenalanmu?"

"Eh? Buka--" KLINING~!

Pria itu berlalu pergi dari toko tanpa mengatakan apapun.

Bokuto semakin dibuat heran, "Apa kau sedang bertengkar dengan pamanmu?"

Akaashi menggeleng, "Tidak Bokuto-san."

Hanya saja dari awal, mereka tidak punya percakapan lebih dari sekedar membahas roti.

.
.
.

Beberapa hari kemudian, Akaashi mencoba mendatangi toko itu lagi.

Pria itu tidak datang.

Bahkan hingga beberapa hari selanjutnya, pria itu tidak pernah muncul lagi.

Karena pria itu... sedang mengurus bayi besar yang baru saja membuat kegaduhan di Akademi para Shaman.

"Itadori, berhenti memanggilku begitu."

Remaja si surai pink itu mengernyit heran, "Kenapa? Bukankah Nanamin itu terdengar bagus??"

Nanami menghela nafas, lelah dengan rutinitasnya sebagai penjaga bayi dan mengikuti perintah seenak jidat mantan seniornya di SMA dulu.

"Casse Croute..." Batin Nanami tanpa sadar.

Sialnya Itadori mendengar bisikan Nanami, "Kase Kohut??"

"Kau mirip dengan bocah jabrik itu."

"Boc-- tunggu, apa dia Gojo-sensei???" Itadori ingat rambut jabrik tentu adalah si Gojo.

".........." Nanami tidak merespon, ia hanya menghela nafas.

Sepertinya sehabis melaksanakan misi, ia harus berkunjung ke toko roti langganannya.

*****

Author Note :

Akaashi suka Onigiri, hanya saja karena Bokuto suka Yakisoba... kenapa tidak?

Percakapan estetik itu takkan terjadi jika Bokuto yang menjadi fokus utama, Nanamin akan membandingkan kebodohannya dengan Itadori--walau sudah terjadi.

Awalnya aku kepikiran untuk membahas kematian Nanamin, tapi tidak jadi. Karena aku tidak tertarik membahas kengerian dulu hehe~ ehe~

26 Desember 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro