Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Spoiler

Ketika mata kami bertemu seketika jantungku terasa berhenti. Saat Pupil kami bertemu seperti ada tautan tak kasat mata yang susah dilepas.

Tubuhku seketika kaku. Rasanya sama persis seperti pertama kali aku bertemu dengannya. Tapi kini ada yang berbeda. Hatiku memanas walaupun sangat kuyakini kini sekujur tubuhku menggigil karena melihatnya.

Seperti tak punya daya. Aku hanya mematung. Melihat sosoknya mendekatiku. Debaran jantungku tak karuan. Rasanya seperti mau melompat dan meninggalkan ragaku.

"Ya Allah... Kenapa aku bertemu lagi dengannya??? Sadar Diara... Sadar... Dia itu bajingan yang telah merusak masa depanmu. Lari Diara... Larii... Jangan mematung begini. Bernapaslah.... Jangan lupa bernapas".  Suara hatiku terus membisikkan isinya. Hingga memenuhi otakku. Hampir-hampir aku lupa bernapas karenanya.

Ku perbanyak istighfar untuk menjaga kewarasanku. Tanpa sadar tanganku meremas ujung hijabku. Sepeetinya kesadaranku sudah mulai berada di tinggat terendah. Ku kuatkan hati dan ragaku bertemu dengannya.

"Diara...." Suaranya yang sedikit bass dan serak membuat kesadaranku kembali ketempatnya semula.

Sorot matanya masih memandangiku. Begitu pula denganku yang tanpa sadar bola mataku sudah benar-benar membulat melihat jauh kedalam matanya yang biru muda itu.

Kuhela napas dengan cepat. Kuhembuskan kembali. Kemudian kuhirup lagi oksigen dengan rakusnya. Sepertinya paru-paruku membutuhkan pasokan udaran yang begitu banyak. Mungkin karena jantungku bekerja begitu keras hingga membuat organ pernapasanku harus menghirup oksigen sebanyak yang aku bisa hirup.

Mungkin wajahku begitu pucat saat ini. Siapa peduli... Sekarang yang kupikirkan adalah bagaimana pergi dari situasi ini.

Situasi dimana hanya ada aku dan William di koridor kantor ini. Suasana yang begitu sepi mengingat sekarang adalah jam sibuk bagi pekerja.

"Diara... Kamu baik-baik saja?" suaranya terdengar sedikit menggema dan seketika membuatku langsung menundukkan pandangan.

Kulihat ujung sepatunya berjarak tak lebih dari 2 meter dari posisiku sekarang.

"Diara... Kamu sakit?" kulihat kakinya maju selangkah. Mendekatiku.

"Jangan mendekat. Diam disitu". Jawabku dengan nada bergetar. Tangan kananku masih sibuk meremas ujung jilbab dan tangan kiriku meremas ponsel yang ada digenggamanku.

"Aku baik-baik saja.... Sebelum melihatmu. Pergiii....!!!" tetiba suaraku sedikit meninggi.

"Maafkan aku.... Diara..." suaranya kini terderangar bergetar digendang telingaku.

Aku tak bergeming mendengar ucapannya. Aku berjalan melewatinya. Sebenarnya kedua lututku bergetar dan sangat lemas. Tapi tetap kupaksakan untuk berjalan. Berharap aku bisa keluar situasi buruk ini.

Tangannya yang hangat menahan pergelangan tanganku. Walaupun telapak tangannya terhalang oleh gamisku tapi aku bisa merasakan kehangatannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro