Part 12 - My Tears -
Tiga minggu pasca kepulangan Diara dari Bandung. Kegiatan Diara sudah kembali seperti sebelumnya.
Selepas sholat subuh, dia membantu ibunya di dapur menyiapkan sarapan. Tidak banyak yang bisa ia lakukan karena skill memasaknya tak sehebat sang ibu.
Memotong sayuran, menyiangi dan sedikit goreng menggoreng lauk masih ia kuasai.
Hal ini bukan karena Diara tidak pernah berkenalan secara intim dengan dapur dan segala macam hiruk pikuknya. Bukan... Bukan karena itu. Masa mudanya dihabiskan bolak balik rumah sakit selama hamir 4 tahun. Setelah kuliah, Diara lebih menyibukkan dirinya dengan hobi berkebunnya.
Memang sesekali Diara memasak untuk keluarganya tapi hanya menu yang paling mudah. Misalnya; sop ayam, sayur bening, sayur asem, atau sekedar menggoreng tempe tahu saja.
Memang di dunia memasak, Diara tak punya keahlian yang menonjol. Namun, di bidang pertanian khususnya tamanan bunga hias. Dia adalah ahlinya.
Wujud nyatanya adalah Gardenia yang ia kelola bersama sahabatnya, Martha. Selain itu, perkebunan bunga krisan di Bandung juga maju pesat sebelum kejadian sebulan lalu. Meskipun kini harus memulai masa tanam lagi setelah mengalami kerugian akibat ulah penanggung jawab lama yang sangat tidak amanah.
Ujian pertama yang dialami Diara setelah berhijrah, dimana dia diuji dengan materi.
Allah membukakan kedok manis bertabur gula yang disuguhkan oleh Pak Budi kepada Diara yang sebenarnya didalamnya bak jurang yang penuh kebusukan, yaitu korupsi di perkebunan bunga krisannya. Melalui terpaparnya hampir seluruh bunga krisan di perkebunan dengan virus kerdil dan mozaik, akhirnya Diara tahu kalau selama ini Pak Budi telah bersikap dzolim kepadanya dan pegawai perkebunan yang lainnya.
Itu merupakan pengingat baginya bahwa harta merupakan titipan Allah jika sewaktu-waktu Sang Pemilik menghendaki untuk mengambilnya maka kita harus mengikhlaskannya.
🌻Allah Ta’ala berfirman,
_“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”_ (QS. al-Baqarah: 155)
In syaa Allah dengan ujian ini, akan menggugurkan dosa-dosa kecil kita.
Selalu berkhusnudzon kepada Allah. Allah punya rencana yang indah untukmu, sayang.
Selalu berpikiran positif. Lalui ujian ini dengan keikhlasan dan kesabaran.
Karena disetiap perngorbanan dengan kesabaran yang hanya mengharapkan ridho Allah, maka Allah akan membalasnya dengan syurga.
Dari Sahabatmu, Martha.
-Jangan khawatirkan Gardenia. In syaa Allah akan kukelola selagi kau di Bandung dengan penuh amanah-
Fii aminillah sodari solehahku.
From: Martha Natalie
To: Diara
Itu adalah pesan WA dari Martha yang menjadi penyemangat untuk Diara dikala sedih tertimpa musibah.
Setiap saran yang diberikan oleh Martha, memberikan tambahan semangat bagi Diara agar mampu menjalani tiap takdir Allah dengan penuh keikhlasan dan khusnudzon.
Memiliki teman yang selalu mengingatkannya akan akhirat membuatnya semakin bersyukur kepada Allah. Harta bisa dicari dengan kerja keras, namun sahabat yang benar-benar tulus saling mencintai karena Allah itu merupakan nikmat yang tidak bisa dibeli.
Dimasukkannya ponsel bercasing shabby itu kedalam tas slempang berukuran medium. Kemudian dia melangkahkan kakinya menuju cermin beeukuran 40 x 60 cm yang terpasang di ujung diding kamarnya.
Setelah merasa semuanya rapi dan tidak ada barang yang tertinggal. Segera ia turun dan berpamitan kepada ibunya. Kemudian berangkat ke Gardenia dengan mengendarai sepeda motor.
Mobil miliknya sudah tidak ada di garasi rumahnya. Kini mobil itu telah berpindah tangan karena ia jual. Sebenarnya sang ibu tidak setuju kala mobil yang dibeli cash oleh Diara harus dijual. Mengingat dulu untuk mendapatkan mobil itu harus berjuang keras sejak lama. Namun, keputusan Diara saat itu sudah bulat untuk menjualnya.
Diara berpikiran lebih baik tidak memiliki mobil daripada harus berhutang untuk menutupi biaya tanam di perkebunannya. Apalagi berhutang yang sifatnya riba. Sangat Diara hindari. Karena Diara tidak mau mengibarkan panji perang kepada Allah jika ia nekat mengambil jalan riba.
Dia ingat betul percakapannya dengan Martha via telepon 6 minggu yang lalu. Tepatnya satu minggu pasca ia datang ke Bandung.
Malam itu, Diara menjelaskan duduk permasalahan yang terjadi di perkebunannya kepada Martha. Memberikan gambaran secara detail sekelumit masalahnya kepada sahabatnya itu, membuat Diara merasa lebih baik. Karena Diara tahu, Martha adalah orang yang tepat untuk dimintai pendapat dan solusi terbaik.
Solusi dari permasalahanku kala itu adalah dengan membelikan vaksin bagi bunga-bunga krisan. Memotong bunga-bunga yang sudah tidak bisa diselamatkan. Walaupun hanya 25% yang mampu diselamatkan. Selebihnya, Diara harus memulai masa tanam yang baru. Mulai dari awal.
Biaya yang harus dikeluarkan terbilang tidak sedikit. Hingga semua tabungannya harus ia kuras. Namun, masih juga belum menutupi biaya tanam.
Martha memberikan bantuan berupa pinjaman modal tanpa bunga. Tapi bantuan itu ia tolak dengan halus. Diara memilih untuk menjual mobil pajeronya untuk menambah modal.
Dengan bantuan suami Martha, mobil pajero sport itu akhirnya terjual. Dan akhirnya masalah perkebunan di Bandung bisa terselesaikan.
*****
Pagi ini aroma Gardenia sungguh berbeda. Aroma jasmine yang kental. Menyeruak di penjuru ruangan. Aroma esensial dari diffuser yang Martha nyalakan sedari pagi.
Komplek perumahan Martha tak jauh dari Gardenia, jadi dia biasa datang lebih awal daripada Diara.
Pelukan hangat kedua sahabat itu menambah hangatnya suasana disana. Setelah meletakkan tas, Diara menuju ke mini pantry. Membuat dua cangkir teh hijau hangat.
Perbincangan hangat mereka ditemani oleh teh hijau buatan Diara. Gelak tawa terdengar begitu renyah. Sesekali tawa itu harus terputus kala beberapa pelanggan datang untuk membeli bunga hidup, meminta dibuatkan bucket bunga atau beberapa karyawan perusahaan yang meminta jasa mereka untuk membuat dekorasi bunga untuk acara pembukaan kantor atau penyambutan kepala divisi baru.
Saat jam dinding menunjukkan pukul 08.00 ponsel Diara berbunyi. Panggilan dari abangnya. Abang Ajun.
"Assalamuallaikum bang. Ada apa Bang?"
"Wa'alaykumussallam dek. Bisa ke kantor cabang Abang gak dek?"
"Sekarang???"
"Iya dek. Bisa?"
"Bisa bang. Emangnya ada apa bang?"
"Kantor abang akan ada peresmian cabang baru. Tolong dekor ruangan buat acara besok lusa ya... Oke sayang... "
" Kalau ada maunya aja bilang sayang. Dasar Abang..."
"Abang tunggu ya... Alamat kantornya abang kirim via WA. Makasih jeleeekkk... Assalamualaikum... "
" Wa'alaykumussallam bang... "
Setelah menghabiskan sisa teh dicangkirnya. Diara berpamitan kepada Martha yang sedang melayani pelanggan kami di show room depan.
Setelah cipika cipiki khas perempuan dan lambaian tangan. Diara bergegas ke arah parkiran motor yang tepat berada di depan Gardenia.
Setelah mengenakan jaket, sarung tangan dan helm. Diara sekali lagi mengecek alamat yang diberikan oleh Abangnya.
Menggunakan aplikasi Map sangat membantu Diara untuk menemukan alamat kantor cabang baru dimana tempat Abangnya bekerja.
Setelah semuanya siap, Diara menyalakan mesin motornya dan bergegas menyelusuri kota Jakarta. Tak lupa dia berdo'a agar selalu diberikan keselamatan oleh Allah.
بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ
Bismillaahi tawakkaltu 'alallooh laa hawlaa walaa quwwata illaa bilaahi
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku bertawakal kepada Allah, tiada daya kekuatan melainkan dengan Allah."
*****
Setelah memarkirkan motor maticnya. Diara bergegas menuju meja resepsionis. Kemudian mbak cantik berjilbab paris warna hijau itu menunjukkan arah ruangan yang dituju oleh Diara.
Kantor yang baru ini tidak begitu ramai karena para karyawan banyak yang sudah beraktivitas. Jam tangan Diara masih menunjukkan pukul 08.45 WIB.
Kakinya menyelusuri koridor-koridor yang temboknya masih polos, belum ada ornamen yang menghiasinya. Dikeluarkannya ponsel dari dalam tas slempangnya.
Diara menghentikan kakinya. Menatap layar ponselnya. Membuka pesan WA dari Martha yang menanyakannya sudah sampai atau belum. Kemudian dia membalasnya dengan sedikit senyuman manis diwajah Diara. Diara begitu senang akan tiap perhatian yang diberikan oleh Martha.
Setelah selesai membalas chat WA Martha. Diara melangkahkan kakinya kembali. Namun, langkahnya terhenti. Karena iris biru itu seketika mengunci setiap gerakannya. Mata kami bertemu. Saling memandang.
Ketika mata kami bertemu seketika jantungku terasa berhenti. Saat Pupil kami bertemu seperti ada tautan tak kasat mata yang susah dilepas.
Diara POV
Tubuhku seketika kaku. Rasanya sama persis seperti pertama kali aku bertemu dengannya. Tapi kini ada yang berbeda. Hatiku memanas walaupun sangat kuyakini kini sekujur tubuhku menggigil karena melihatnya.
Seperti tak punya daya. Aku hanya mematung. Melihat sosoknya mendekatiku. Debaran jantungku tak karuan. Rasanya seperti mau melompat dan meninggalkan ragaku.
"Ya Allah... Kenapa aku bertemu lagi dengannya??? Sadar Diara... Sadar... Dia itu bajingan yang telah merusak masa depanmu. Lari Diara... Larii... Jangan mematung begini. Bernapaslah.... Jangan lupa bernapas". Suara hatiku terus membisikkan isinya. Hingga memenuhi otakku. Hampir-hampir aku lupa bernapas karenanya.
Ku perbanyak istighfar untuk menjaga kewarasanku. Tanpa sadar tanganku meremas ujung hijabku. Sepeetinya kesadaranku sudah mulai berada di tinggat terendah. Ku kuatkan hati dan ragaku bertemu dengannya.
"Diara...." Suaranya yang sedikit bass dan serak membuat kesadaranku kembali ketempatnya semula.
Sorot matanya masih memandangiku. Begitu pula denganku yang tanpa sadar bola mataku sudah benar-benar membulat melihat jauh kedalam matanya yang biru muda itu.
Kuhela napas dengan cepat. Kuhembuskan kembali. Kemudian kuhirup lagi oksigen dengan rakusnya. Sepertinya paru-paruku membutuhkan pasokan udaran yang begitu banyak. Mungkin karena jantungku bekerja begitu keras hingga membuat organ pernapasanku harus menghirup oksigen sebanyak yang aku bisa hirup.
Mungkin wajahku begitu pucat saat ini. Siapa peduli... Sekarang yang kupikirkan adalah bagaimana pergi dari situasi ini.
Situasi dimana hanya ada aku dan William di koridor kantor ini. Suasana yang begitu sepi mengingat sekarang adalah jam sibuk bagi pekerja.
"Diara... Kamu baik-baik saja?" suaranya terdengar sedikit menggema dan seketika membuatku langsung menundukkan pandangan.
Kulihat ujung sepatunya berjarak tak lebih dari 2 meter dari posisiku sekarang.
"Diara... Kamu sakit?" kulihat kakinya maju selangkah. Mendekatiku.
"Jangan mendekat. Diam disitu". Jawabku dengan nada bergetar. Tangan kananku masih sibuk meremas ujung jilbab dan tangan kiriku meremas ponsel yang ada digenggamanku.
"Aku baik-baik saja.... Sebelum melihatmu. Pergiii....!!!" tetiba suaraku sedikit meninggi.
"Maafkan aku.... Diara..." suaranya kini terderangar bergetar digendang telingaku.
Aku tak bergeming mendengar ucapannya. Aku berjalan melewatinya. Sebenarnya kedua lututku bergetar dan sangat lemas. Tapi tetap kupaksakan untuk berjalan. Berharap aku bisa keluar situasi buruk ini.
Tangannya yang hangat menahan pergelangan tanganku. Walaupun telapak tangannya terhalang oleh gamisku tetapi aku tetap masih bisa merasakannya.
"Diara..." suaranya berubah menjadi lebih lirih. Langkah kakiku terhenti. Cengkraman tangannya masih kuat dipergelangan tanganku.
Aku sungguh tak memperdulikannya. Tatapan mataku lurus kedepan. Aku lebih sibuk dengan diriku sendiri. Berusaha membuat detak jantungku supaya bergerak normal kembali itu adalah yang terpenting.
"Maafkan aku... Aku salah... Aku menyesal. Akuu..." suaranya tercekat. Ya Allah pasti dia sudah menangis. Suaranya berganti bergetar. Aku tak bisa memalingkan tubuhku untuk melihatnya. Sekedar meliriknyapun aku tak mampu.
"Aaakkuuu... Aku berdosa padamu. Maafkan aku..." suaranya lirih dan bergetar. Suara yang tidak pernah aku dengar dari mulutnya.
Tak terasa air mataku ikut turun. Lolos begitu saja. Membuat pandanganku menjadi kabur karenanya. "Ya Allah... Ada apa denganku?" hatiku berteriak kencang. Berusaha menyadarkanku agar segera berlari dari William.
Alhamdulillah selesai juga part 12 ini. Jujur, di akhir part ini saat menukiskannya... Hatiku terasa begitu sedih dan debaran jantungku entah mengapa seperti ikut apa yang dirasakan oleh Diara.
Maaf jika sangat lambat updatenya. Hujani saya dengan komentar dan semangatnya vote bintang yaa...
#SalamHangat
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro