Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24. Menyangkal

Gue gak bisa tenang. Semaleman gue gak tidur. Memikirkan tentang kejadian kemarin. Pagi ini gue menunggu di depan kelas Revi. Bel masuk berbunyi. Revi belum juga hadir di kelasnya. Tumben banget dia datang terlambat atau mungkin dia tidak sekolah?

Gue berjalan lesu menuju kelas. Ini hari Rabu guru yang mengajar pada santai. Pernah beberapa kali hari Rabu gak ada guru yang masuk. Semoga hari ini juga sama. Gue sengaja pindah ke meja belakang, agar jika ada guru pun bisa tetap tidur tanpa ketahuan.

-----Journalist-----

Badan gue serasa ada yang menggoyangkan. Ternyata gue emang bener-bener ketiduran. Barusan Liam membangunkan gue.

"Jam berapa sekarang?" tanya gue sambil menguap. Padahal gue udah pakai jam tangan.

"Jam dua belas lebih, Vin. Yang lain udah pada pulang."

"Gak ada guru yang masuk?"

"Seperti biasa di hari Rabu," jawab Liam tersenyum.

Yeah! Doa--secara gak langsung tadi--gue terkabul. Nggak ada guru yang masuk hari ini. Anak IPS di SMA Garuda emang selalu bebas. Emang sih guru yang gak masuk ngasih tugas, tapi dikerjain pagi sebelum pelajaran. Pernah juga kita sepakat satu kelas gak bakal ngumpulin tugas. Termasuk Liam, dia gak pernah egois.

Gue mengambil tas berniat untuk pulang. Namun, entah mengapa langkah gue malah membawa ke perpustakaan. Masuk ke dalam, di sana ada Revi. Tempat biasa dia duduk. Menggunakan earphone dan membaca buku.

"Hai, Rev," sapa gue. Dia mematung melepas earphone-nya berbalik ke gue yang udah duduk di sampingnya. Gak ada respon apapun darinya selain menatap gue.

"Sepertinya perpustakaan udah jadi tempat favorit buat kita bertemu," ucap gue. Revi mengerjap dan berdiri.

"Gak ada kita. Yang ada cuma gue dan lo. Lo gak usah sok deket lagi sama gue. Anggap aja gak pernah kenal," tegas Revi. Jarak gue dan Revi tadi mungkin hanya lima jari. Dekat sekali.

Revi masih marah. Gue harus gerak cepat cari bukti kalau bukan gue yang lakuin itu semua. Siapa sih orang yang dengan tega bikin berita itu pakai kode gue. Apa gue punya salah sama dia sampai bikin fitnah seperti ini?

"Lo ke mana aja, Vin? Gue cariin lo dari tadi. WA lo juga gak aktif." Zaky menghampiri gue saat berjalan pulang di koridor.

"Ada apa, Ky? Udah gue tegasin dari kemaren bukan gue yang nyebar berita itu, tapi lo gak percaya, kan?"

"Bukan masalah itu. Gue mau menyampaikan pesan dari Bang Radit." Gue gak menjawab apapun. Hanya diam dan menunggu kelanjutannya.

"Bang Radit tau tentang masalah kemaren. Seperti yang lo tau kalau bang Radit pasti menindak tegas setiap yang melanggar peraturan. Apalagi yang lo lakuin itu bisa langsung dapetin kartu merah. Lo melanggar peraturan GJC paling utama, Vin." semuanya aja tuduh gue yang lakuin.

"Bukan gue, Ky. Bosen gue harus ngomong kata itu terus. Gak ada yang percaya."

Zaky menghela napas, "Gue juga ragu nganggap lo yang buat berita itu, Vin. Ini berkaitan sama bukti. Semua mengarah ke lo, kan? Awalnya Bang Radit mau langsung ngeluarin lo hari ini. Ya, gue coba negosiasi supaya lo dapat keringanan hukuman. Setidaknya jangan sampe dikeluarin GJC, tapi bang Radit cuma memberikan lo perpanjangan waktu di GJC."

"Gue dikeluarin dari GJC? Padahal itu bukan perbuatan gue," ucap gue jengkel.

"Bang Radit ngasih perpanjangan waktu dua minggu. Lo bisa manfaatin itu buat nyari bukti yang menunjukan kalau bukan lo, pelakunya." Zaky menepuk-nepuk pundak gue dan beranjak pergi.

Semoga gue bisa ngumpulin buktinya sampai waktu yang ditentukan. Gue berjalan untuk pulang. Tiba-tiba teringat sebelum berita itu tersebar kamera gue ketinggalan di studio. Terakhir kali kamera gue dipegang sama Angga! Nah, iya pasti dia. Zaky juga pernah bilang yang tahu password itu cuma kita bertiga. Apalagi beberapa kali Angga nunjukin ketidaksukaannya waktu gue lebih sering diandalin sama Zaky. Pasti dia!

Gue sengaja menuju kelas Angga di 11 IPA 4. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Angga baru aja keluar kelas paling terakhir. Gue menghampirinya.

"Angga, gue mau ngomong berdua sama, lo."

"Ya udah ngomong aja. Waktu gue gak banyak," ucapnya ketus sambil melihat jam tangannya.

"Gue langsung to the point aja. Pasti lo kan yang udah nyebarin berita tentang Revi dan menggunakan kode gue? Membuat seolah gue yang nyebarin.

"Maksud lo apa sih, Vin? Gue gak ngerti."

"Udahlah ngaku aja. Terakhir kamera gue lo yang pegang. Foto dan video tentang Revi itu emang ada di memori kamera gue. Lo sengaja sebarin diem-diem pake kode gue, supaya nanti gue dikeluarin dari GJC? Lo iri karena gue lebih sering dipercaya Zaky. Iya, kan?"

"Jadi masalah itu?" tanya Angga menyepelekan. "Gue akui bahwa emang gue iri sama lo, tapi gue gak sepicik itu. Kita ini sahabatan. Dan lo nuduh gue gitu aja? Gue jadi ragu lo nganggap gue sahabat."

Punggung Angga mulai menjauh. Bodoh! Kenapa gue gak mikir dulu sebelum nuduh Angga. Dia sahabat gue dari SMP. Gue tahu dia gak bakal memaksakan kalau emang bukan miliknya. Menjadi orang kepercayaan Zaky bukan miliknya dia nggak akan memaksakan. Apalagi ngorbanin gue.

Bagus! Sekarang gue terancam keluar dari GJC, Revi yang gak mau kenal gue lagi, dan sahabat gue yang ragu akan persahabatan ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro