Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21. Dinner? Ndasmu

Alvin mendapat kabar dari Anggun kalau film pendek mereka udah selesai dan beres dikumpulkan. Anggun mengambil tugas edit aja karena saat dokumentasi ia hanya membantu sekali. Tugas gue dan Anggun udah selesai lebih awal dibandingkan yang lain.

Gue gak sabar menuju malam. Gue ngajak Revi dinner sebagai ucapan terimakasih karena udah bantuin. Dia setuju, tapi katanya papahnya udah datang, jadi gue yang harus ijin langsung ke papahnya. Gak masalah, sekalian keinginan gue buat kenalan terwujud.

Gue udah nentuin tempatnya. Bukan di restoran romantis. Gue berencana ngajak ke restoran dengan konsep musik. Gue yakin Revi bakal suka, karena dia memang suka musik.

Jam dinding yang menempel di dinding kamar menunjukan pukul lima sore. Gue harus bersiap-siap sekarang.

-----Journalist-----

Gue masih diem di mobil. Padahal udah sampai gerbang Revi, tapi gue gugup. Gue jadi pengen balik lagi ke rumah. Nggak! Gue nggak sepengecut itu. Apalagi gue udah janji.

Gue membunyikan klakson. Gerbang terbuka dan menyilakan gue masuk. Mungkin satpamnya udah tahu kalau ada yang bakal datang.

Kehadiran gue udah ditunggu ternyata. Gue lihat ada papah Revi di sana. Perawakannya gagah, tatapan matanya tajam, dan rambutnya rapih dengan beberapa uban yang terlihat. Gue makin gugup. Dia menilik penampilan gue dari atas ke bawah. Lalu, dengan gerakan tangan memerintah gue masuk.

"Silakan, duduk!" perintahnya menunjuk sofa yang paling dekat dengan gue.

"Baik, Om," jawab gue sambil duduk berusaha untuk tidak terlihat gugup.

"Jadi kamu yang namanya, Alvin?"

Gue mengangguk, "Iya, Om."

"Saya Doni Brawijaya, ayah Audyra Revita Brawijaya. Audy bilang kamu mau mengajaknya makan malam, benar?"

Hah? Gue gak tahu kalu nama Revi ada embel-embel Brawijaya.

"Benar, Om. Saya mau minta ijin untuk mengajak Revi, eh maksud saya Audy makan malam sebagai ucapan teri--"

Papah Revi langsung memotong kalimat gue menatap tajam, "Saya tidak mengijinkan kamu membawa anak saya ke manapun."

Okay gue rasa benar kata Revi waktu itu. Gak ada yang sanggup buat kenalan.

"Ya, Pah, kok gitu sih. Katanya boleh kalau dia ijin langsung. Boleh, ya Pah? Sekali aja."

Revi keluar dari persembunyiannya--belakang tembok ruang tamu. Melihat Revi memohon membuat papahnya terdiam memikirkan memperbolehkan atau nggak.

"Papah mengijinkan," tegas papah Revi yang membuat gue senang. "Tapi ada dua syarat yang harus kamu penuhi."

"Apa, Om?" hadeh syarat lagi. Gak anaknya nggak papahnya pasti suka ngasih syarat.

"Pertama, jangan lebih dari jam sepuluh malam," ucapnya. Kalau itu emang rencana gue dari awal gak bakalan lebih dari jam segitu. "Kedua, jarak kalian berpergian gak boleh lebih dari dua kilometer."

Ha? What the ...

"Pah, masa gak boleh lebih dari du--"

"Jalanin syarat dari Papah atau nggak sama sekali."

"Baik, Om. Saya akan mengikuti syaratnya."

"Ingat kamu harus jujur. Saya akan tahu jika kamu berbohong."

"Iya, Om saya janji tidak akan berbohong."

"Ya udah, silakan."

"Kami pamit, Om. Terima kasih."

Di dalam mobil gue bingung. Dua kilometer sampe mana? Ya kali gue ngajak Revi muterin komplek. Sebuah ide terlintas di benak gue.

"Vin, ajak gue ke tempat yang lo rencanain di awal," Revi duduk di kursi pinggir gue. Lalu, memasang sabuk pengaman.

"Tempatnya lebih dari dua kilometer Rev."

"Iya gak apa-apa toh papah gue nggak bakal tau," sahut Revi kesal.

Gue perhatiin mukanya yang cemberut. Gak berdandan berlebihan. Mungkin hanya menggunakan bedak dan pelembab bibir. Mengenakan kaos putih panjang dilapisi jaket kulit hitam dan celana hitam. Rambut bergelombangnya tergerai.

"Ih, kenapa lo diem aja, Vin. Cepet jalan ke tempat itu."

"Gue udah janji gak bakal bohong. Janji itu harus ditepati, kan? Udah lo nggak usah bawel. Kita jalan sekarang."

Gue menjalankan mobil ke minimarket depan komplek perumahan ini. Gue yakin gak bakal lebih dari dua kilometer. Dan gue tetep bisa menepati janji.

"Ini kita cuma ke minimarket doang, Vin? Tau gitu gue pake baju rumahan aja."

"Cuma ke sini yang gak lebih dari dua kilometer. Tenang aja gue yang traktir."

Kita membeli beberapa makanan ringan. Memilih mana yang disuka. Sambil cemberut Revi memilih banyak sekali makanan ringan. Mungkin sebagai pelarian akan kekesalannya. Untunglah gue bawa uang lebih.

Kita langsung balik lagi ke rumah Revi. Sontak saja matanya membulat, lalu mengerjap lucu sekali. "Ngapain balik lagi, Vin? Kalau lo cuma ngajak ke minimarket gak usah sama lo."

"Tenang dong, Rev. Kita dinner-nya di rumah lo. Meskipun emang sih kita dinner-nya makanan ringan. Lo gak masalah, kan?"

"Gue jadi kesel banget sama papah dan sama lo juga. Ngapain diturutin sih. Syarat gak guna, juga."

"Hei, Rev lihat gue," ucap gue badannya menghadap samping hingga berhadapan. "Jangan kesel gitu ah sama bokap lo. Gak masalah kita dinner bukan di tempat yang udah gue rencanain. Yang penting gue udah berhasil ngajak lo dinner. Meskipun emang melenceng jauh dari rencana. Udah ah jangan cemberut lagi. Muka lo jelek tau, gak?"

"Sialan lo!" menepuk bahu gue, lalu tersenyum.

"Ayo turun. Kita laksanakan dinner yang beda ini," ajak gue dan mengacak rambutnya singkat.

Gue mengajak Revi untuk membawa makanan ini ke saung. Menikmati suasana malam dekat kolam berenang ditemani suara serangga. Gue juga udah nyuruh Revi bawa laptopnya. Yap, gue mengubah rencana jadi nonton film di laptop ditemani makanan ringan. Gue punya film baru di download.

"Ngapain lo suruh gue bawa laptop?"

"Buat nonton film. Gue baru aja download film thailand. Kata si Fikri seru sih filmnya."

"Judulnya apa?"

"Bad Genius."

"Pasti filmnya nyindir gue."

"Nggak tau. Tonton aja."

Film itu cukup seru. Apalagi pas teknik memberi contekannya itu lho. Pas pertengahan film tiba-tiba papahnya Revi datang.

"Papah boleh ikutan nonton?"

"Gak boleh, Pah."

"Boleh kok, Om."

Ucapan gue bersamaan dengan Revi.

"Alvin, aja udah ngebolehin. Masa kamu nggak." papah Revi langsung duduk diantara kita.

Malam minggu kali ini beda sama malam minggu kemaren-kemaren. Yap, nonton film di saung dengan suara jangkrik menghiasi. Ditemani makanan ringan dan papah Revi duduk diantara gue dan Revi. Lengkap sudah dinner gue yang aneh ini. Dinner? Ndasmu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro