Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Jurnal 6: Misty Forest

Aku yakin, dengan seyakin yakin nya bahwa orang tua yang muncul dari pohon baobab itu bukanlah seorang manusia, entah ia hantu atau roh atau apalah penyebutan untuk mahluk seperti itu, awalnya ku kira ia adalah arwah orang mati dari nisan yang tertulis disana, namun nama Pony tidak cocok untuk kakek – kakek sepertinya, ia jelas seorang laki laki, jadi kurasa ia bukan arwah penasaran, ah sudah lah, yang jelas ia bukan manusia dan tidak hidup seperti manusia, entah mahluk ap aitu aku bersyukur ia tak memakanku.

Aku bergerak menuju arah yang ditunjuk oleh kakek – kakek itu, bergerak cukup lama membelah padang rumput, hingga tanpa sadar aku tiba di titik dimana pepohonan mulai tumbuh, haha, aku berhasil membelah padang rumput itu dengan selamat dan sedikit basah, karena hujan sempat turun sesaat.

Aku mengikuti jalan setapak bekas seretan hewan itu hingga tiba di mulut hutan, aku yakin ini adalah mulut hutan dan jalan masuknya karea aku disambut sebuah papan kayu dengan tulisan “WELCOME” yang ditulis secara misterius, huruf e nya terbalik dan ia ditulis dengan warna merah, WARNA MERAH BAYANGKAN saudara – saudara, warna merah, siapa yang tidak ingin masuk kesana, “wah warna merah, sangat tidak mencurigakan, ayo masuk, aku yakin tidak ada apa apa disana”.

Tidak begitu main nya buku ku sayang tidak begitu, sudah jelas itu warna merah, entah darah atau bukan dan tulisan tidak rapi seperti itu, siapa yang mau masuk kedalam? sana jika bukan aku yang terpaksa, astaga, aku agak menyesal mengikuti quest ini, namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur, dan aku baru saja melihat hantu… roh atau apalah itu, kurasa paling masuk akal adalah masuk kedalam hutan yang tidak tampak mencurigakan ini, hmm iya tidak terlalu mencurigakan.

Lihatlah keatas dan kau akan menemukan burung burung berputar di atas sana, tidak ingin masuk, bahkan hewan pun tau harus bagaimana, wahai burung, bisa berikan sayap mu padaku? Aku ingin ikut kalian, ah sialan, aku sudah tidak waras, pada awalnya aku membayangkan petualang keren yang menjelajah menuju antah berantah, kini aku paham bahwa semua itu omong kosong, aku tau mereka orang tidak waras yang Kembali untuk bercerita bahwa mereka tidak gila. Sialan.

Sebelum aku masuk, aku melihat pohon pohon disini memiliki kemiripan, dan ternyata aku benar, pohon pohon ini jenis nya sama hingga sejauh mata memandang, hmm sangat tidak mencurigakan ya kawan kawan, baiklah, akan kucatat sejenak bagaimana penampilan dari pohon ini, agar yah… entahlah, aku dapat penghargaan dari institusi karena menemukan pohon spesies baru.

Pohon ini memiliki akar yang besar hingga Sebagian besar berhamburan merobek – robek tanah disekitarnya, entah karena sudah terlalu dalam menancap atau selainnya, batangnya lebar namun tidak tinggi, sekitar tiga setengah kali tinggi badan ku, dua setengah jika disbanding dengan tinggi kapten Bas, ranting nya tumbuh melengkung tidak teratur, acak, awalnya aku kira mereka tumbuh mengikuti arah matahari namun tidak, mereka hanya tumbuh sesuka hati, daunnya seperti daun semanggi, daun kecil yang sering tumbuh di sisi pemakaman dulu, namun ini berdaun empat, jika menurut kepercayaan orang orang membawa keberuntungan, namun aku yakin jika daun ini membawa kesialan, ujung daunnya runcing dan cukup lebat, lumut menempel pada seluruh permukaan menandakan hawa disekitar sangat lembab, jika benar prediksiku, akan ada banyak serangga yang hidup disini.

Baiklah, sekarang atau tidak selamanya, aku memutuskan untuk masuk kedalam hutan itu, kabut perlahan memenuhi udara mengikuti Langkah ku yang semakin jauh kedalam hutan, udara terasa lebih dingin, padahal aku belum seperempat masuk kedalam hutan, jalan masuk ku sudah tidak terlihat, aku mengikuti jalan setapak lagi, tapi kali ini jalan setapak nya sangat tidak mencurigakan, jalan setapak kecil yang ditutupi lumut, sangat tidak mencurigakan bukan?

Semakin jauh aku melangkah semakin pekat kabut disekitarku, mungkin akibat lumut dan berberapa faktor yang belum aku ketahui, kabut ini berwarna hijau kekuning kuningan, mungkin orang biasa akan langsung balik kanan dan pergi, namun aku bukan orang biasa, aku adalah Oasis, orang tidak waras yang ikut sebuah quest karena mimpi, itupun mimpi yang tidak jelas.

Untung bagiku, karena setelah berberapa saat akhirnya serangga itu muncul, kunang – kunang kami menyebutnya, serangga yang mampu menghasilkan Cahaya sendiri seperti lentera, aku menengadah tangan ku, membiarkan salah satu kunang kunang itu mendarat di telapak tanganku, namun aku yakin itu adalah sebuah kesalahan.

Belum sempat kunang kunang itu mendarat aku sudah menghempasnya, panik (bagaimana tidak? Kunang kunang itu ukurannya hampir seperti telapak tanganku, aku yakin itu seperti tiga kali dari ukuran kunang kunang biasa, apa apaan ini?) kurasa sinar matahari tak akan dapat menembus hutan ini, sialan, aku telah salah melangkah.

Aku tidak yakin apa yang terjadi di luar hutan, namun kurasa matahari telah tiba di ujung cakrawala, perlahan kegelapan semakin pekat dan hutan ini semakin mengerikan, aku mengandalkan kunang – kunang itu sebagai penerangan (Aku harap mereka tidak menanamkan telur mereka ketika aku tertidur, aku pernah mendengar ada berberapa serangga yang seperti itu).

Aku tau aku tidak bisa berhenti sekarang, walau hari telah gelap aku harus terus melangkah, tempat ini bukan tempat untuk istirahat, tidak mungkin meski kurasa banyak tempat persembunyian yang masuk akal, aku harus selalu bergerak, sampai kapan? Entahlah sampai kapan, sampai aku yakin bisa tidur dengan tenang meski kedengarannya mustahil.

Tanah yang kupijak semakin becek, berair mengotori sepatu ku, semoga tidak semakin dalam karena aku tidak nyaman dengan kaos kaki basah, aku memutuskan untuk berhenti sejenak, ada dua persimpangan disini, karena melihat dari kondisi jalan yang semakin berlumpur, bisa dipastikan bahwa didepan adalah rawa, kurasa pilihan terbaik untuk saat ini adalah mengambil jalan ke kanan, mengikuti kunang kunang (bukan pemakan otak semoga).

Tidak jauh dari jalan setapak yang kutinggalkan, aku menemukan sebuah rumah kayu (sangat tidak mencurigakan bukan? Orang waras mana yang akan membangun rumah kayu di tengah hutan yang bahkan keberadaannya dipertanyakan,), dalam nya gelap, entah ada orang atau tidak, aku mengetuk pintunya, berkali – kali memastikan tidak ada orang didalam, aku memutuskan untuk membuka pintu yang berderit kencang untuk diriku sendiri dan masuk.

Ada berberapa kunang kunang di dalam rumah itu, sedikit memberi ku penerangan, rumah kayu kecil ini hanya memiliki satu ruangan denga jendela pecah, pecahan kacanya masih tercecer di lantai rumah kayu ini, ruangan ini dilengkapi dengan kursi kayu yang kurasa terbuat dari kayu pohon di sekitar, meja kecil yang juga terbuat dari kayu, memiliki tiga laci kosong (sudah kupastikan dan yakin bahwa tidak ada apa apa disana, namun jika secara misterius muncul sesuatu disana, percayalah, itu bukan orang) dan satu lentera padam (akan kubawa nanti, namun kurasa sekarang bukan waktunya), beruntungnya aku rumah kayu ini memiliki dipan yang dilapisi dengan bulu beruang yang tampak sudah dipakai ber abad abad, namun lebih baik dari tidak ada, aku melepas sepatuku, menutup pintu dan berbaring di dipan ini, lumayan, kurasa aku dapat rehat sejenak.

Tidak, aku bercanda, aku tidak dapat tidur disaat seperti ini, aku penasaran dengan pintu belakang, rumah kayu ini memiliki beranda dibelakang, menghadap langsung ke rawa rawa, siapapun yang membuat rumah ini patut diberi apresiasi, selamat, anda telah memenangkan penghargaan rumah liburan terbaik, ia memiliki selera yang bagus.

Aku duduk di beranda rumah itu, nyaman, aku bisa beristirahat sejenak.

Mungkin ada sekitar… entahlah aku kehilangan orientasi waktu, ada mungkin cukup lama aku duduk di beranda ini, aku mendengar krasak krusuk, sesuatu seperti mendekar, aku masuk kedalam rumah, melongok ke pintu depan dan menemukan berberapa kelinci tampak asik berlompatan.

Entah mengapa muncul rasa lega, aku mencoba membuka pintu sesenyap mungkin dan mengikuti kemana kelinci kelinci itu pergi, mereka hewan yang lucu dan ramah, aku percaya jika kelinci itu dapat hidup disini, aku pasti dapat bertahan di tempat ini (setidaknya untuk sementara).

Aku mengikuti kelinci kelinci itu agak jauh, hingga tiba di tepi rawa.

Keitka tiba di tepi rawa, aku mendengar sayup – sayup suara nyanyian seorang Wanita, ketika aku berputar mencari sumber suara, sosok Wanita muncul di hadapanku, berpendar keputihan, menyinari sekelilingnya, para kelinci tampak nyaman dengan sosok ini, sedikit memberiku rasa lega.

Aku menatapnya dan ia balas menatapku, gaun yang ia pakai tampak cantik, secantik tampangnya yang kini tersenyum padaku, rambutnya panjang dan bergelombang hingga pinggang, mengingatkan ku akan mimpi itu.

Tepat ketika aku memikirkan mimpi itu, ia bersenandung, mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang memanggilku ke tempat ini melalui mimpi, ia tampak berpuisi, puisi yang aku tidak tahu maknanya, aku kurang suka puisi, aku tidak tahu apa apa tentang puisi, ia memperkenalkan dirinya sebagai Gabii, nama yang cantik.

Ia mengulurkan tanganya, mengajak ku untuk ikut dengannya, ia menawarkan sebuah nyanyian untukku, katanya sudah ia siapkan sejak lama untuk ku seorang, siapa yang tidak terharu dengan itu, aku mengangguk baiklah, satu dua lagu untuk mala mini kurasa tidak masalah, ia bernyanyi dengan merdu, alangkah indahnya suara ini, aku teringat mimpi itu lagi, dipikir pikir mimpi itu adalah mimpi yang indah.

Namun sesuatu merasuki pikiran ku, tentang mimpi itu lagi, ada sesuatu yang mengganjal yang menghalangiku dari menikmati nyanyian ini, aku ingat, Wanita dalam mimpi itu… bukan Wanita ini, tiba tiba rasa dingin menghujam dada hingga bagian bawah, aku tersadar aku telah masuk kedalam rawa hingga sebatas dada, sosok itu menghilang begitu aku tersadar, sialan ini jebakan, dengan panik aku mundur ke tepian dimana para kelinci itu Bersiap menyerangku.

Dalam gelam aku tidak dapat melihat dengan maksimal, aku menghunus pedang ku, mengahalau satu dua kelinci yang melompat berusaha menerkamku, aku berhasil menebas mereka, namun kelinci yang lain semakin bertambah, tidak ada pilihan lain selain

LARI SELAMATKAN DIRIKU.

Astaga aku akan mati.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro