Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4 (Lelaki Menyebalkan)

Jika mencintai seseorang hanya menyebabkan kesakitan,
lantas mengapa harus ada cinta??
~Kayana Helda Azura~

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Mentari begitu bersinar dengan cerah, menyambut hari penuh dengan gembira.

Suasana hari ini terlihat menyenangkan, bahkan jam baru menunjukan pukul enam dini pagi.

Sejak shubuh tadi keributan sudah terjadi di sebuah kamar asrama yang terletak di ujung selatan, sebuah kamar yang menghadap ke arah lapangan voly dengan di kelilingi beberapa pohon membuat lingkungan asrama terlihat lebih asri.
sebuah kamar bernomor 54 adalah sebuah kamar yang terdiri dari delapan orang, yang jika sudah bersuara akan mengalahkan pasar yang berada di sebrang depan kampus, bahkan kami sering di tegur oleh satpam yang berjaga malam karena sering membuat keributan di tengah malam.

Untung suasana di asrama kali ini cukup sepi, hanya tinggal beberapa anak yang masih menikmati liburan di asrama, dan selebihnya ada yang sudah pulang di kediamannya masing-masing.

Jika tidak ada rencana hari ini, mungkin aku juga sudah melangkahkan kaki dari asrama ini dari kemarin.

"Di sana dingin enggak si, bawa selimut atau enggak usah!!" teriak Nisa yang sudah heboh dari tadi.

"Ya elah kita cuma 3 hari di sana bukan sebulan, kamu bawaan udah sekoper gitu!" ucap Irene yang heran melihat bawaan Nisa.

"Sirik aja lo!! Lagian kita perlu persiapan matang jadi kalau butuh apa-apa, ngga usah repot nyari!" bela Nisa.

"Karepmu wae lah!!" jawab Irene yang malas berdebat dengan Nisa.

Aku dan Lisa hanya tertawa, begitu juga yang lain.

Kini aku sedang menyiapkan bekal dengan Lisa. Hidup irit itu wajib bagi pedoman kami, sebab kami memang bukan terlahir dari keluarga kaya, namun berkecukupan.

Beruntung aku memiliki sahabat yang sederhana seperti mereka. Aku tak bisa membayangkan jika memiliki sahabat yang suka mengajak berfoya-foya, bisa beban di hidupku tambah menumpuk.

"Selesai juga!" ucap Lisa bahagia.

"Iya Alhamdulilah. Oh ya Minumannya belum deh Lis." ucapku mengingatkan Lisa.

"Oh iya!! air galon habis lagi." sahut Lisa sambil melirik galon kosong di depan kami.

"Ya udah nanti kita beli aja, uang Kas masih ada kan??" tanyaku dan Lisa segera mengambil Kotak khusus uang Kas.

Pasti Anehkan di kamar ada uang kas. Jadi awal mulanya uang kas ini di gunakan untuk memenuhi kebutuhan kamar, seperti membeli sapu, lap pel, rak sepatu dan sebagainya.
Namun Karena kebutuhan hidup di sini cukup mahal, akhirnya kita bersepakat untuk memasak nasi sendiri dan lauk pauk kita beli karena tak ada dapur di Asrama, sehingga setiap minggu kita iuran untuk memenuhi kebutuhan pangan hidup kita. Jadi untuk kalian yang sedang merantau jauh, berpintar-pintarlah me-manage uang, karena hemat merupakan pangkal kaya,

Seperti yang pernah di riwayatkan oleh HR. Al-Syihab Dari Ibnu 'Umar Ra, Rasulullah Saw bersabda: berlaku hemat (ekonomis) itu adalah separuh dari kehidupan.

"Sudah siap semuanya??" tanya Laura dengan suara lantang.

"Siap" jawab kami serempak, layaknya anak pramuka.

"Oke!! Sebelum kita menempuh perjalan jauh, alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu, agar selamat sampai tujuan, berdoa mulai,"

Setelah sehari berunding, akhirnya kita memilih untuk berlibur di daerah Kebumen. Berhubung neneknya laura tinggal di daerah kebumen, kita memilih untuk menginap di tempat neneknya Laura.


Jarak tempuh dari Purwokerto ke Kebumen kurang lebih sekitar 3 Jam, kami melewati jalur pegunungan yang lumayan berlika-liku, meskipun demikian hal ini membuat kita senang karena bisa melihat pemandangan yang sangat menakjubkan, meskipun keadaan jalan banyak berlubang.


"Mau gantian bawa motornya ngga Nay??" tanya Dara padaku.

Aku hanya menggelengkan kepala.

Bagiku lebih enak mengendarai dari pada jadi penumpang, meskipun tak bisa melihat pemandangan,
namun aku masih bisa menikmati udara segar dari pepohonan cemara di sini.

"Gimana sama Akmal??" tanya Dara tiba-tiba.

"Seperti biasa." sahutku acuh. Mendengar kata Akmal membuat moodku hancur seketika.

"Jadi kamu belum ngambil keputusan Nay?" tanya Dara lagi.

Jujur aku bingung dengan perasaanku.
Mungkinkah aku bisa melepaskan Akmal, dan membuka lembaran baru.

Aku hanya tak ingin melukai perasaan seseorang, ketika di lubuk hatiku masih ada nama orang lain yang bersemayam di dalamnya.

"Mengapa mencintai seseorang begitu menyakitkan seperti ini." kecapku dengan lirih, dan aku yakin Dara tak mendengarnya.

"Semua keputusanmu, aku akan selalu dukung Nay, yang terpenting sekarang Kamu nikmatilah waktu bersama kitaaa!!!" Ucap Nada sambil melebarkan kedua tangannya.

"Jatuh baru tahu rasa kau Dar!!" teriak Wati yang berada tepat di belakangku.

"Asik tau, cobain deh!!" ajak Dara pada wati yang sedang mengendarai motor.

"Ogah, masih ingin hidup Akoh!!" jawab Wati dengan alaynya.

Aku dan Irene hanya tertawa melihat mereka yang suka mengadu mulut.

Setelah perjalanan lumayan jauh, kami memilih berhenti terlebih dahulu di pesisir pantai, untuk beristirahat sejenak makan siang dan juga untuk melaksanakan sholat dhuhur.
Kami memakan bekal yang tadi kami bawa dari asrama, canda gurau kami lakukan untuk menghidupkan suasana.

"Ra, Nenekmu punya cucu cowok yang jomblo nggak di sana??" tanya Dara dengan cekikikan.

"Kau mau moduskan Dar!! Dasar Jomblo!!" timpal wati dengan mengejek.

"Yee, situ kok sirik aja sama ane, Kan lumayan kalau ada, bisa buat cuci mata. Awas aja kalau ente nanti deketin yee," sahut Dara berlagak sok ngancem.

"Iya ada kok, tapi nggak tau di rumah atau enggak," jawab Laura dengan santai.

"Sumpah Ra! ganteng ngga? mau dong di kenalin," ucap Sofi yang dari tadi memang sudah kepo.

"Ganteng si, tapi sifatnya agak nyebelin,"

"Gapapa, yang penting mau di ajak foto, kan lumayan buat status WA Hehe" kata Dara dan di angguki oleh sofi.

-------

Akhirnya tiba juga kami di suatu desa yang amat terlihat Asri, apa lagi rumah yang berada di depan kami ini sungguh menawan, bangunan yang kokoh dengan nuansa klasik membuat rumah ini sangat cocok dengan pemandangan yang berada di sini.

"Wowww, banyaknya buah-buahan di sini," ucap Nisa dengan wajah mupengnya.

"Gila luas banget rumah nenek mu Ra. Betah deh eke tinggal di sini" timpal Irene begitu takjub.

"Alhamdulilah, Ya udah kita masuk yuk." ajak Laura

Sebelum kita sampai ke teras, ternyata, Nenek dan Kakek Laura sudah keluar terlebih dahulu.
Senyum merekah terlihat jelas dari goresan raut wajah mereka.

"Neneeekkk!!" teriak Laura dan berlari kearah mereka.

"Asalamualaikum dulu Nak!" tegur Nenek Laura

"Hehe maaf nek, Laura lupa saking senengnya ketemu Nenek dan Kakek," ucap Laura sambil tersenyum melihat deretan giginya.

"Asalamualaikum nek," salam kami serempak saat tiba di depan teras.

"Waalaikumsalam. Iki temen-temennya Laura, waduh Ayu-ayu pisan. Selamat datang di gubuk tua ini," ucap Kakek Lauradengan senyum khasnya, meskipun sudah tua raut tegas masih terlihat jelas di wajahnya.

"Iya dong kek, Laurakan cantik, pastinya temen-temen Laura juga cantik," puji Laura sendiri.

"Iyadeh iya, emang cucu Kakek satu ini cantiknya luar biasa,"

"Yo wis, pasti pada capekan. Istirahat dulu ya, nanti sepupu Laura yang akan mengantar kalian ke rumah belakang," ucap Nenek Laura.

"Terimakasih Nek, Kek. Maaf jadi merepotkan kalian," ucap Lisa.

"Ya gapapa, Malah Nenek dan Kakek seneng, kalian mau main kesini," ucap nenek dengan senyum ramahnya.

"Raagill!!!Ragilll!!!" teriak Kakek Laura.

"Dalem kek," ucap seorang lelaki dari dalam rumah.

"Abangg! lo di rumah!!" teriak Laura girang.

"Biasa aja kali." sahut Pria itu dengan tampang ketus.

"Yee lama ngga ketemu, sifat ketus lo masih ada aja," jawab Laura dengan cemberut.

"Wis.. wiss.. Ngga usah berantem dulu. Ragil, Kamu anterin Laura dan temannya ke rumah belakang ya. Terus jangan lupa, bilang mbok Yan, suruh ngangetin makanan." ucap nenek dengan suara lembutnya.

Terlihat jelas raut wajahnya yang terlihat terpaksa untuk mengantarkan kami, pria itu memandang kami dengan tatapan yang tajam, melihat kami layaknya seekor kuman yang harus dibasmikan.

Tanpa sadar manik mataku dan matanya bertemu begitu saja.
namun di lihat-lihat aku seperti pernah melihatnya tapi di mana?

"Nay Ayoo!!" teriak Lisa dan menyeret tanganku.

Bola mataku masih melihat kearahnya, tanpa sadar aku tersenyum melihat dia yang berusaha menghindar dari laura.

•••~~•••

Tatapan mata kami terpaku melihat rumah yang berada di depan kami. Apakah tidak salah, Kakek dan nenek menyuruh kami untuk tinggal di rumah ini?

"Waw, luar biasa, dekorasinya terlihat seperti paviliun di drakor," Kata Wati mengagumi rumah yang berada di hadapan kami.

"Kalian bisa tinggal di sini, jika ada bantuan penting bunyikan bel di ruang tamu. Jangan salah gunakan bel itu!!" kata pria dingin tadi dengan tatapan tajam mengarah ke Laura. Setelah itu dia langsung pergi begitu saja, manik mata ini masih mengekori kemana perginya lelaki bernama Ragil itu, sepertinya mataku sudah terhipnotis olehnya.


Ragil pergi ke sebuah bangunan yang berada di sebelah barat, sebuah bangunan terlihat unik yang baru pernah aku lihat.

Ini kali kedua manik mataku beradu dengannya saat dia membalikan badan, dan aku langsung memalingkan wajahku, rasanya aneh saat terpegok oleh dia.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Kalian lebih suka
Pria dingin menyebalkan seperti ragil.

Atau pria Ramah dengan senyum sejuta menawan seperti Akmal.

Jangan lupa Stay tune terus ya guys.

Dan WAJIB Vote dan komen😁😁

Ragil : Ya elah Maksa banget si thor??

Author: Biar semangat nulisnya kali.

Ragil : Dasar Pengemis Vote😴😴

Author: Biarin, Mau bantah, nanti aku keluarin kamu dari cerita *bawa golok*

Ragil : Baru nongol thor, Ampun deh ampun🙏🙏🙏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro