Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. Puasa Syawwal

Hadits

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

"Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun"
(HR. Muslim)

Yuk Puasa 😉😄

💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓

Debaran hati Khalwa semakin menjadi-jadi saat netranya tak sengaja bertemu pandang dengan Gus Rahman.
Keduanya kembali menunduk dalam diam. Sibuk merasakan deguban jantung yang sama-sama bersorak.

Dua keluarga ini terlibat obrolan ringan. Sesekali canda dan tawa menghiasinya.

"Ya nggak lah, Khi. Tak mungkinlah ane semudah itu melupakan kenangan kita dulu. Kenangan yang tak terlupakan, dan akhirnya ane bisa mendapatkan bidadari di samping ane ini," ungkap Kiyai Anshori langsung memegang tangan Ibu Nyai Zakiyah yang tepat berada di sampingnya.

Zakiyah hanya tersenyum, mengingat perjuangan laki-laki yang kini setia mendampinginya itu tak mudah mendapat restu dari kedua orang tuanya.

Kiyai Anshori dulu di pesantren saat menjadi santri menutupi identitasnya sebagai putra Kiyai. Sehingga ia nekat mempersunting Zakiyah seorang diri begitu mendengar desas desus Zakiyah akan dijodohkan.

Karena kenekatan itulah, ia diberi berbagai ujian oleh Abah Zakiyah, sang pengasuh pesantren tempat Anshori menimba ilmu dulu.

Selain ujian kepandaian dan juga ibadah sholat yang harus dilakukan berjamaah juga wirid di malam hari, beliau juga uji kesabaran dalam merawat binatang, bersih-bersih dhalem dan mengurus sawah. Hal itu dilakukan beliau lebih dari 1 bulan, lebih tepatnya adalah 40 hari.

"Sekarang gimana dengan Khalwa? nerima nggak khitbahnya cucu saya, Rahman?" tanya Kiyai Adnan menoleh ke arah Khalwa yang sedari tadi menunduk.

Hening ... semua mata tertuju ke arah Khalwa. Pendengaran semua orang di ruangan ini telah siap mendengar apapun jawaban Khalwa, khususnya Gus Rahman yang sedari tadi diam hanya sesekali merapatkan genggaman tangannya sendiri.

"Afwan Kiyai, sebelum Khalwa menjawab. bolehkah Khalwa bicara sebentar denga Gus Rahman?"

"Oh ya silakan, Nak."

Khalwa pun beranjak diikuti Gus Rahman di belakangnya.
Wanita bercadar itu lebih memilih ke depan rumah. Duduk di bangku pelataran rumahnya dengan jarak aman.

"Afwan Gus. Bolehkah saya tanya sesuatu yang sifatnya pribadi kepada Gus Rahman?"

"Iya silahkan, Al."

"Gus Rahman menerima perjodohan ini bukan bermaksud untuk menjadikan saya bahan pelarian cinta Gus kepada Nisa kan?"

"Astaghfirullahal'adhzim.
Ya nggak lah, Al. Sama sekali saya nggak ada pikiran seperti itu. Meskipun jujur, saya belum bisa memusnahkan cinta ini sepenuhnya dari Nisa.
Tapi untuk saat ini-" Gus Rahman berhenti berucap. Terdengar helaan napas darinya.
Khalwa masih menunduk, menunggu ucapan berikutnya yang akan keluar dari lisan laki-laki yang duduk di sampingnya itu.

"Aku masih sayang sama kamu Al dan untuk cinta ... aku yakin secepatnya akan hadir dalam hatiku untukmu, jika kamu mau menerimaku sebagai calon suamimu."

Blush...
Rona merah bersembur di pipi Khalwa. Ia tak menyangka jawaban Gus Rahman akan sejelas itu.

Apa yang baru saja ia dengar? Ia mendengar kalimat "Gus Rahman masih sayang kepadanya?" Masih? Kok masih? Emang dia pernah sayang kepadaku sebelum ini? Khalwa sibuk denga pikirannya.

"Gimana Al?" tanya Gus Rahman. Saat Khalwa masih setia dalam diamnya.

"M-m-masih sayang maksudnya apa ya Gus?" tanya Khalwa gugup dan malu-malu.

Gus Rahman tersenyum. Jadi ini anak belum sadar ya tentang kejadian di masa lalu, batinnya.

"Akan saya jelaskan nanti kalau kita telah sah dan kamu mau menerima khitbahku," ucap Gus Rahman mantap dengan bahagia, ia merasa menang karena membuat Khalwa penasaran. Meski dengan cara begini terkesan ia sedikit memaksa Khalwa untuk menerima Khitbahnya.

Biarlah. Ia tak mau melepas gadis di sampingnya ini. Ia yakin dengan modal sayang, cinta itu akan lebih mudah untuk hadir.💗

Meski dengan kesal, akhirnya Khalwa menurut kata-kata Gus Rahman. Ia tak mau mendesak laki-laki yang kini sukses membuatnya gregetan banget.

Gimana mau mendesak. Melontarkan pertanyaan itu saja. Ia gugup tak karuan seperti ini. Ya sudahlah,
biarkan waktu yang akan menjawab. pikirnya.

"Aku harap ... Kamu tak terpaksa menerima perjodohan ini, Al," ucap Gus Rahman sebelum keduanya benar-benar kembali ke ruangan yang akan kembali membuat keduanya lebih menegangkan.


"Gimana, Nak?" Pertanyaan kali ini bukan lagi Kiyai Adnan yang melontarkan, tapi dari Ibu Nyai.

"Khalwa akan menurut saja bagaimana keputusan Abah sama Umi," jawab Khalwa dengan cepat dan mantap.

Ia sudah memikirkan jawaban ini beberapa hari ini. Ia mantap untuk pasrah apa pun jawaban Abah dan Umminya. Karena ia tau pasti Abah dan Umminya akan memberikan yang terbaik buat putra-putrinya dalam hal apa pun itu.

Apalagi menyangkut soal perjodohan seperti ini. Pasti Abahnya takkan melewatinya tanpa istikhoroh, memohon petunjuk pada Sang Pemberi Petunjuk terbaik untuk hamba-Nya.

"Wah ... bagaimana ini, Man? Menyerah atau mau lanjut? Kakek khawatir ada bau-bau balas dendam nih," tanya Kiyai Adnan menatap cucunya dengan sesekali melirik ke arah Kiyai Anshori.

Gelak tawa langsung terdengar dari lisan Kiyai Anshori mendengar tutur sahabatnya itu. Diikuti senyum oleh Kiyai Adnan.

"Iya nggak dong, Khi. Ane nggak sekejam itu. Biar ane saja yang ngalamin masa sulit itu. Putra dan calon mantu ane jangan sampai lah."
Kekehan terdengar dari semuanya.

Hening sesaat setelah candaan singkat barusan. Semuanya terdiam, Kiyai Anshori tampak mulai serius berpikir jawaban yang akan dilontarkannya, semuanya diam menunggu.

"Bismillahirrohmanirrohim." Terdengar helaan napas dari beliau setelah ucapan basmalah dari Kiyai Anshori.

Seluruh pandangan sontak fokus ke arahnya. Menunggu tidak sabar, jawaban apa yang bakal keluar dari lisan beliau.
Diterima atau ditolak.

"Dengan menyebut Asma Allah dan sesuai dengan hasil istikhoroh yang ane lakukan. Ane sebagai Abi Khalwa Dafina menerima Khitbah ananda Muhammad Fadhil Rahmansyah sebagai calon suami putri ane."

"Alhamdulillahirobbil'alaamiin." Suara hamdalah menggema dalam ruangan berukuran enam kali empat meter ini.

Wajah mereka tampak memancarkan kebahagiaan yang tiada terkira.

Bagaimana dengan Rahman dan Khalwa?
Keduanya kembali menunduk, setelah sesaat keduanya tak sengaja bertubruk pandang dalam senyum merekah.

Kebahagiaan menyeruak dalam hati keduanya.
Senyum keduanya berlanjut, sembunyi dalam ketertundukan masing-masing.

Dibalik senyumnya, Khalwa merasakan pipinya menghangat. Tapi ia tak perlu khawatir, cadar menyembunyikan rona merah pipinya itu saat ini. Ia tak menyangka ia akan dikhitbah oleh laki-laki yang telah mengusik hatinya beberapa bulan ini.

Senyum Rahman belum juga pudar. Ia sibuk dalam pikirannya sendiri. Akankah penantiannya akan benar-benar berakhir hari ini? Ia akan resmi mengikat tali khitbah seorang wanita yang pernah hadir di masa kecilnya.

Meski cinta mungkin belum ia rasakan. Ia yakin rasa sayangnya pada "Al", gadis kecil yang ia anggap adiknya dulu itu tak pernah sirna sampai saat ini.

Lantas? Mengapa hatinya berdebar dikala berada di dekatnya? Mengapa ia begitu malu saat bersitatap dengannya?

Entahlah ... ia pun tak bisa langsung dengan pasti menganggap rasa itu sebagai cinta. Karena di saat nama Nisa atau melihat foto Nisa, hatinya masih merasakan desiran. Meski desiran tak sebesar dulu lagi.

Sebelum adzan Maghrib berkumandang. Keluarga besar Kiyai Anshori berpamit. Proses Khitbah yang terjadi hari ini, menjadi oleh-oleh berita kebahagiaan yang ditunggu-tunggu bagi keluarga besar Kiyai Anshori.

"Selamat ya Al. Semoga lancar sampai Hari H."

"Wah ... senengnya. Akhirnya sepupuku. Akan melepas status jomblonya nih."

"Ecie ... yang mau nikah sama seorang Gus nih."

"Kok bisa nemu Gus setampan itu sih Al. Buat aku aja ya."

Apalagi saudara- saudara sepupu Khalwa. Mulai rame sendiri saat Khalwa masuk ke ruangan mereka berkumpul. Tak henti-hentinya menggoda Al dan tak lupa memberikan selamat pada Khalwa.

Khalwa yang malas menanggapinya hanya bisa tersenyum dan segera menghindar dari kerumunan keluarganya itu.

----***----

Selepas Sholat Isya' berjama'ah keluarga Kiyai Adnan pamit diri.
Setelah disepakati pernikahan keduanya akan dilaksakan akhir bulan ini, di hari jum'at akhir bulan Syawwal.

Keduanya sepakat ingin mengikuti sunnah Rosul yang menikahi sayyidah Aisyah juga di bulan Syawwal.

📙📙📙📙

Aisyah radiallahu 'anha istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan,

تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللهِ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللهِ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي؟، قَالَ: ((وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَسْتَحِبُّ أَنْ تُدْخِلَ نِسَاءَهَا فِي شَوَّالٍ))

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wassalam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?" (Perawi) berkata, "Aisyah Radiyallahu 'anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal"
(HR. Muslim).
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/6281-anjuran-menikah-di-bulan-syawwal.html
📙📙📙📙📙
6 Syawal 1441 H

*Assalamu'alaikum sahabat pembaca.
Alhamdulillah bisa Up hari ini.
Cerita kali ini lebih panjang sedikit dari biasanya ya.

Gimana??
Suka nggak?

Ada nggak dari kalian yang mau nikah bulan ini??
Kalau ada selamAt ya. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah. Aamiin

Yuk jangan lupa kita laksanain puasa sunnah Syawwal.!
Semangaaaat 😉😉😉

Oia jangan lupa vote dan komentarnya yang banyak ya 😀😀😊😉

Salam semangat dari Khalwa ☺

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro