Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. Do'a

Fadhilah Sholat Tarawih malam ke-25
Allah swt bebaskan darinya siksa kubur.

Fadhilah Sholat Tarawih malam Ke-26
Allah swt angkatkan dosanya selama empat puluh tahun.

💖💖💖💖💖💖💖💖

Bukan hanya kue kering yang dipesan di hari lebaran. Tapi kita juga perlu memesan jodoh terbaik kepada Allah sebagai imam dunia akhirat nanti.

Tikunglah ia lewat do'a. Imam yang berilmu agama sebagai tameng ketauhidan dan yang berakhlakul karimah sebagai wujud kepribadian yang dicintai Rosulullah.

Janganlah menyerah dan berputus asa saat jodohmu tak kunjung datang. Senantiasalah berdo'a dan terus berdo'a. Yakinlah bahwa do'amu akan segera terijabah.
Karena Addu'a u shilahul Mu'min,
Doa itu senjatanya Orang yang beriman.

"Ehm ... kayaknya ada yang mau jemput jodoh nih," celetuk Iffah tiba-tiba menghampiri Rahman yang sedang duduk sendiri di gazebo belakang, sedang menyimak ceramah seorang ustadz di youtube.

"Lantas? Ada masalah ?" jawab enteng Rahman.

"Wah ... jadi bener kamu menyetujui perjodohan yang kata Ummi kemarin?" Iffah dengan antusias mencerca ponakannya itu untuk memastikan.

"Yeee siapa yang bilang setuju sih. Kok kamu girang gini kalau aku dijodohin?"

"Ya iyalah, gimana nggak seneng coba. Ponakanku yang sudah cukup umur akhirnya nggak jomblo lagi. Mudah-mudahan sih ... nggak ditolak lagi," ucap Iffah menoleh ke arah Rahman sembari menaik turunkan alisnya, mencibir Rahman nih lebih tepatnya.

"Iya iya deh Aamiin." Dengan sedikit kesal Rahman mengamini doa tantenya yang membuat mood-nya jelek. Bibinya itu nggak tau aja, kalau akhir-akhir ini dia begitu sensi kalau bahas jodoh.

Apalagi kalau ingat masa lalunya yang sudah 2 kali cintanya tak bisa ia miliki. Ia jadi kembali ingat bagaimana susahnya dia bangkit dari kesedihan.

Rahman adalah tipe laki-laki yang tak gampang buat jatuh cinta kepada seorang wanita. Tapi saat jatuh, ia susah sekali untuk kembali bangun. Jadi jangan salahkan ia kalau saat ini hatinya lebih berhati-hati dalam mengontrol sebuah rasa yang bisa saja tak ia duga hadir cinta dengan berlebihan lagi.

"Aminin kok nggak ikhlas gitu sih. Entar tambah jauh lo jodohnya."

"Ish ... kamu nih, ngedoain tu yang baik dan bener dong," ucap Rahman tambah kesal.

"Biarin wle ...," ucap Iffah yang langsung menjulurkan lidahnya dan secepatnya ia menjauh dari keberadaan Rahman.

"Dasar ... bibi Aneh," gerutu Rahman.
Kemudian dia tampak fokus kembali pada benda pipih yang ada dittangannya.

-----***-----

"Kamu nginep di dhalem aja, Nduk. Abah kamu tadi telpon katanya baru besok bisa jemput kamu," titah Kiyai Adnan yang kini duduk bersama sang istri dan putri bungsunya, Hanifah.

"Iya, Nak. Di sini banyak kamar yang masih kosong kok. Dari pada kamu nginep di Asrama nggak ada teman di kamar."

"Maaf Pak Kiyai, Ibu Nyai. Khalwa khawatir nanti malah merepotkan. Biar Khalwa gabung sama Ustadzah yang belum pulang saja di asrama lain," ucap Khalwa merasa tak enak Hati.

"Sama sekali nggak ngrepotin kok. Udah kamu nginep di sini pokoknya. Toh hanya semalam ini aja." Ibu Nyai begitu kekeh menyuruh wanita bercadar di depannya untuk tinggal di rumahnya.

"Iya Mbak. Biar saya ada temennya juga ya," timpal Hanifah, tersenyum ke arah Khalwa yang sempat menoleh ke arahnya.

"Kenalin Mbak. Saya Hanifah," ucapnya sembari mengulurkan tangannya.

Khalwa tersenyum di balik kain penutup wajahnya itu. Lalu menyambut uluran tangan Hanifah dengan memperkenalkan dirinya.

"Oh jadi Ustadzah ini, Mi. Yang akan dij odohkan dengan Aman?" Pertanyaan Ifah sukses membuat Khalwa seketika menunduk.

Bu Nyai tersenyum lalu menganggukkan kepala. "Tapi masih belum tau sih, Nak Khalwanya mau atau nggak sama Rahman?"

Khalwa masih mencerna kata-kata Ifah. Jadi beneran serius ini perjodohan? Bukan hanya sekedar basa basi semata? Waduh ... gimana ini? Aku benar-benar dilema. gumamnya dalam hati.

----***----

Canda tawa kini terhias di antara kedua wanita yang sedang memotong dan mengupas wortel, kentang dan sayuran lainnya untuk dimasak menjadi masakan untuk menu buka puasa.

Belum sehari mereka bertemu, tapi sudah akrab layaknya teman lama. Obrolan saling menceritakan masa-masa kuliah menjadi topik keduanya.

Khalwa yang kuliah di kota, Hanifah yang kuliah di Malaysia dan akhirnya bertemu jodohnya juga di Negeri Jiran itu.

"Kamu terusin ini ya Khalwa. Mbak mau nguleni adonan ciloknya. Airnya udah mendidih nih," ucap Iffah yang kemudian beranjak ke arah Kompor yang masih menyala.

Khalwa pun mengangguk dan meneruskan aktifitasnya memotong kecil-kecil sayur yang berwarna orange itu.

Saat hampir selesai.
"Hua huaa huaa mamammmm hua hua." Tiba-tiba terdengar oleh rungunya. Suara anak kecil yang menangis dan semakin keras saja suara itu.

Saat kepalanya menoleh ke arah samping, tampak seorang laki-laki datang dengan menggendong Rifa.

"Mbak ... Rifanya rewel nih. Udah dibujuk juga masih nangis," ucapnya kelihatan sedikit panik.

"Ya Allah ... Aman. Tangan mbak belepotan nih. Coba deh kasihkan ke Khalwa. Biasanya Rifa suka liat orang bercadar," ucap Ifah menunjukkan tangannya yang penuh dengan tepung yang sudah basah.

"Khalwa, tolong ya!" ucapnya menoleh ka arah Khalwa.

Khalwa pun langsung meletakkan pisaunya. Untung saja pekerjaannya sudah beres. Ia segera mencuci tangannya sebentar, lalu mendekat ke arah Rahman setelah mengeringkan tangannya dengan serbet.

Kegugupan menderanya. Hatinya berdebar dan degupan jantungnya kiat cepat. Dengan hati-hati ia meraih tubuh Rifa. Jangan sampai dia ceroboh sehingga menyentuh kulit tangan Rahman. pikirnya.

Kepalanya sedikit menunduk dengan tatapan fokus ke arah Rifa.
Rifa yang melihat tangan Khalwa terulur ke arahnya. Langsung diam begitu netranya menatap wajah Khalwa yang tertutup kain hitam itu.

Benar kata Bundanya. Rifa langsung berhenti menangis, dan tertawa kegirangan saat tubuhnya telah beralih ke gendongan Khalwa.

Khalwa pun dengan telaten menimang tubuh kecil itu. Ia sangat terlihat kalau menyukai anak kecil. Dibalik cadarnya ia pasti sedang tersenyum saat ini.

"Ehm ... Ghodul Bashor." Deheman Ifah membuat Rahman salah tingkah, akibat ketahuan dirinya sedari tadi memandang Khalwa tanpa berkedip.

Tatapannya beralih langsung menghadap Ifah dengan cengiran khasnya yang saat ini keliatan gugup.

"Rahman ...." Suara panggilan menyelamatkannya.
Ia pun segera pamit. Karena mendengar suara Kiyai Adnan-lah yang memanggil namanya.

Sembari melangkah, dalam pikirannya ia sibuk bertanya, apakah benar wanita di depanku ini adalah adik kecilku Al? Entah mengapa hatiku masih belum yakin. Apakah karena ia bercadar dan aku nggak bisa melihat wajahnya?

Khalwa pun akhirnya duduk. Bermain dengan si kecil Rifa. Menepuk-nepukkan kedua tangan mungilnya, lalu menggelitiknya. Rifa tampak kesenangan bermain dengan Khalwa. Senyum pun terbit dari bibir Ifah melihat keduanya bisa langsung akrab.

Hanifah akhirnya meneruskan masaknya seorang diri, dengan cekatan ia memasak berbagai menu untuk berbuka puasa bersama keluarganya nanti.

Tak lupa ia mencicipi makanan-makanan itu sekedar nempel di lidahnya sebentar lalu meludahkannya lagi, agar terasa nikmat saat disantap bersama saat waktu berbuka puasa tiba.

📚📚📚

Hukum mencicipi makanan saat puasa bagi seorang wanita yang memasak.

Syekh Abdullah bin Hijazi asy-Syarqawi dalam kitabnya, Hasyiyatusy Syarqawi 'ala Tuhfatith Thullab menyebutkan demikian.

وذوق طعام خوف الوصول إلى حلقه أى تعاطيه لغلبة شهوته ومحل الكراهة إن لم تكن له حاجة ، أما الطباخ رجلا كان أو امرأة ومن له صغير يعلله فلا يكره في حقهما ذلك قاله الزيادي

"Di antara sejumlah makruh dalam berpuasa ialah mencicipi makanan karena dikhawatirkan akan mengantarkannya sampai ke tenggorokan. Dengan kata lain, khawatir dapat menjalankannya lantaran begitu dominannya syahwat. Posisi makruhnya itu sebenarnya terletak pada ketiadaan alasan atau hajat tertentu dari orang yang mencicipi makanan itu. Berbeda lagi bunyi hukum untuk tukang masak baik pria maupun wanita, dan orang tua yang berkepentingan mengobati buah hatinya yang masih kecil. Bagi mereka ini, mencicipi makanan tidaklah makruh. Demikian Az-Zayadi menerangkan."

Singkat cerita, mencicipi masakan bagi mereka yang puasa sejauh ia berkepentingan yang dibenarkan syar'i tidak masalah,makruh pun tidak. Asal saja, usai dicicipi segera dikeluarkan kembali. Jangan ditahan lama-lama, apalagi ditelan. Kalau ditelan bukan hanya haram, tetapi juga membatalkan puasa. Wallahu A'lam. (Alhafiz K)

http://www.nu.or.id/post/read/53137/mencicipi-masakan-saat-berpuasa

📚📚📚📚📚

26 Romadhon 1441H
18 Mei 2020M

Assalamu'alaikum sahabat.
Afwan ya baru Up nih.
Karena sibuk di dunia nyata.
Kalian pahamlah kesibukan apa kalau uda akhir Romadhon gini 😀

Mau double Up nggak nih?
Yuk reques maunya partnya siapa?
Sapa tau kan terealisasi.🤗

Jangan lupa vote dan komentarnya ya 😄

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro