Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

44 - Forever and For Always


LEO .

"Masih mual?" tanyaku kepada Marsha yang menggeleng lemah saat sedang bersandar di tempat tidur. Aku memegang tangannya dengan wajah tak tega. Tangannya terasa dingin dan berkeringat.

"Apa perlu kita ke dokter?" Marsha sekali lagi menggeleng tapi kali ini dengan senyuman. Senyum yang selalu membuat ku tenang.

"Aku tidak apa-apa. Aku masih bisa mengatasi. Dibawa tidur juga nanti hilang dengan sendirinya." katanya sambil membalas remasan tanganku.

Diusia kehamilan Marsha yang baru menginjak bulan ke tiga rasa mual memang masih terus menemani Marsha setiap harinya. Kehamilan kali ini kondisi tubuh Marsha memang lebih terasa lemah. Berbeda saat mengandung Rafa yang tidak terlalu mengganggu aktifitasnya. Aku sungguh berharap putri cantik yang akan melengkapi keluarga kecil kami.

"Rafa mana? Kasihan dia sedikit kurus karena aku selalu mual dan sibuk sendiri." tanya Marsha sambil memejamkan matanya. Mengatur nafasnya dalam-dalam. Mengumpulkan tenaga. Aku tahu ia selalu berusaha tampil prima di hadapanku.

"Sama mama di kamarnya. Mama mau mengajak Rafa jalan sama papa. Kamu jangan bersedih Rafa tidak kurus bukan karena kamu. Tapi karena ia aktif selalu belajar jalan dan kamu tidak melihat jika ia lebih tinggi postur tubuhnya." perlahan aku berpindah duduk di samping Marsha. Memeluk erat istriku tercinta. Menenangkan rasa bersalahnya.

"Masih mual?" Marsha menggeleng. Seperti biasa aku memijat kepalanya dengan lembut. Sungguh ia adalah ibu dari anak-anakku. Ini tidak ada artinya dari perjuangan dirinya selama ini.

"Mau ke rumah Achel. Kita ganggu sarapan Satria?" ledekku karena kebiasaan dirinya yang masih suka makan satu piring dengan Satria masih belum berubah. Anak-anakku memang aneh.

"Aku mau tidur." jawabnya manja. Aku menarik kepala Marsha bersandar di dada bidangku. Sesuatu yang selalu ia sukai. Aku tahu itu.

"Tidurlah aku akan menemani kamu love." Marsha mendongak, menatap heran wajahku. Dia pasti akan bertanya kenapa aku tidak pergi berkerja.

"Kamu nggak ke kantor?"

"Aku sudah minta digantikan Mark." ku kecup bibirnya sekilas.

Lembut, selembut hatinya.

"Kembaran kamu sepertinya sangat bertanggung jawab menggantikan daddy."

"Iya Mark sangat semangat untuk menggantikan daddy. Aku jadi bisa tenang sekarang..."

"Tapi aku yang nggak bisa tenang. Setiap hari menghadapi tom and jerry berdebat." keluhku yang dibalas tawa dirinya.

Siapa yang tidak akan kuat menghadapi duo semprul itu berkomunikasi. Setiap harinya mereka berdebat yang tidak ada mamfaatnya. Karena pada akhirnya pemikiran mereka selalu sama dan tidak beda jauh.

Sungguh menyebalkan.

Sejujurnya aku merindukan dirinya setiap hari di dalam kantorku. Merindukan senyuman manisnya. Tawa sopannya. Sungguh lebih indah dari pada menatap Mark dan Satria. Tetapi memang sudah saatnya ia total menjadi ibu rumah tangga. Menjadi ratu di kerajaan kecilku.

"Mark dan Satria itu selalu ribut setiap bertemu tapi mereka kompak. Coba kalau seminggu tidak bertemu pasti kangen sendiri." aku mengangguk.

Marsha benar mereka berdua itu bisa menjadi team paling kompak. Sayangnya mereka berdua nggak pernah sadar atau jangan-jangan sadar tapi Gengsi gede. Ah sudahlah untuk apa pagi indah ku di recoki mereka berdua.

"Besok Satria ulangtahun. Achel minta jangan ada yang mengingatkan. Katanya Achel mau kasih kejutan."

"Raja biar di sini saja." aku menggeleng. Sayangnya si gembul itu sudah diambil alih oleh nenek tersayang.

"Tante Rahma sudah mewanti agar Raja menginap dengannya."

"Semua sudah diatur sesuai rencana. Para orangtua sudah diberikan jatah cucu yang mereka mau. Para oma juga sedang sibuk dengan hobi baru mereka. Jadi sepertinya rencana Achel akan berjalan lancar. Kecuali...." aku tertawa sendiri jika memikirkan niat usil ku dengan Mark.

"Kecuali apa?" tanya Marsha duduk menatapku. Mata bulatnya menyambutku.

"Kecuali kita yang akan meruwetkan acaranya..." Marsha mencubit pipi ku pelan.

"Jangan. Kasihan Achel..."

"Hahaha ini ide Mark bukan aku."

"Leee.." panggilnya pelan. Aku sangat tahu pembicaraan ini akan menjurus kemana. Aku dengan tegas menggeleng.

"Kenapa? Aku hanya akan menjadi anggota tidak bersuara." rajuknya manja. Marsha sangat penasaran menjadi anggota group brader. Tentu saja aku menolak.

Group itu adalah tempat kami membicarakan hal yang penting sampai tidak penting sama sekali. Marsha dan kedua perempuan yang lainnya dipastikan akan muak semuak-muaknya jika melihat interaksi kami bertiga.

"Kenapa?" oke aku akan kasih lihat sejenak obrolan kami semalam. Aku memperlihatkan sedikit isi chat kami semalam. Dan seketika wajahnya memerah antara malu dan menahan tawa.

"Kenapa Satria bertanya seperti itu? Memangnya dia sudah tidak perkasa? Dan Mark oh dia sungguh cabul mengajarkan gaya-gaya seperti itu. Ini aku tidak mau lihat. Kalian ini aneh setiap bertemu bertengkar tapi di sini kalian seperti ini pembicaraannya." dengan cepat dia langsung memberikan ponselku.

"Sudah aku bilang di sana tempat kami saling berbagi. Dari urusan perkerjaan sampai ranjang. Mereka sedang meminta nasihat kepadaku. Ya kamu kan tahu aku sudah berhasil menjebol gawang kamu mau dua kali.." Marsha mencubit pinggangku. Wajahnya memerah menahan malu. Aku rasa dia sedikit kaget melihat chat kami bertiga.

"Aku kira kami saja para wanita. Ternyata kalian lebih tukang gosip saat berkumpul..." saat aku mau membalas perkataan Marsha tiba-tiba ponselku bergetar. Aku hanya bisa tersenyum menatap layar ponselku. Dia pasti akan bertanya keberadaanku sekarang.

Drt... Drt... Drt... Satria

"Halo..."

"Dimana Le?" selalu seperti ini. Kaku dan tanpa basa basi. Hei gue ini kakak ipar lo. Sialan..

"Rumah." jawabku cuek.

"Kan kita ada meeting. Jangan bilang Mark yang gantiin lo?"

"Sayangnya iya.. Hahahah." bisa kubayangkan wajah juteknya pasti sedang menatap wajahku jika sekarang aku ada di hadapannya.

"Ck.. Hilang semangat gue.. Hmm Le.." terdengar suara Satria yang sedang berfikir.

"Ada apa lo telephone gue?"

"Besok lo gantiin gue yah." aku menaikkan alis menatap Marsha yang juga sedang menatapku.

"Emang ada apa?" apa Achel memang sudah merencanakannya berdua dengan Satria.

"Nggak ada apa-apa. Gue cuma mau istirahat di rumah latihan tips dari lo." jawabnya pelan. Mungkin dia memang sudah merencanakan acara berdua dengan adikku. Baiklah akan aku bantu. Secara dalam beberapa kali mereka hendak pergi berdua pasti ada saja pengganggunya.

"Oke besok biar gue yang urus. Lagipula si Mark sepertinya bisa memantau semuanya. Nggak ada salahnya kita tugaskan semuanya sama dia." senyum licik ku terbaca oleh Marsha. Aku lupa di sampingku saudara kembarnya.

"Oke bye.." Marsha masih cemberut setelah aku mematikan ponsel. Ia membalikkan tubuhnya tertidur memunggungiku.

"Kenapa love..?" Aku memeluknya dari belakang.

"Kamu jangan suka menyiksa Mark.." rajuknya manja. Sungguh sesuatu hal yang sangat aku sukai dari dirinya. Dia hanya manja kepadaku seorang.

"Iya-iya aku hanya sedang mengetes tingkat keseriusan Mark. Jangan berfikiran negatif love." perlahan bahasanya tubuhnya mulai gelisah karena aku terus mengendus sekitaran lehernya.

Oke saatnya Tuan Muda Leonardo bermain sejenak.

"Love..." tanganku tak tinggal diam. Sesuatu yang sangat disukai Marsha. Istriku bilang dia sangat mengidolakan tanganku.

Kalian pasti tahu kan maksudku?

Jangan panggil Leonardo kalau tidak bisa menaklukan putri bulan ku tersayang.

"Hmmm..." jawabnya sambil menjambak rambutku. Aku masih saja menikmati kecupan di sekitar lehernya dan merambat naik ke dagunya.

Oke sepertinya hidangan  pagi ku bukan hanya sarapan roti. Menu paling istimewa spesial putri bulanku tersaji dengan indahnya.

"Appetizer or main course?" Marshaku hanya terkikik geli dengan istilahku.

"Main course..." jawabnya dengan mata berkabut. Hal yang tidak pernah orang lain tahu selain diriku. Marshaku sangat agresif dalam urusan menu yang satu ini dan aku bersyukur bahagia.

"I'm commiiiing.."

Kisahku dengan putri bulan berakhir bahagia. Setidaknya sampai dengan hari ini dia sudah berhasil ku bawa ke bumi tempat ku berpijak. Ia akan selalu menjadi pusat duniaku. Selamanya bulan akan aku buat tidak layak dihidupnya. Ia harus berada di sisiku di bumi.

Selamanya.

Karena dia Serenity ku.

***

SATRIA.

"My hero bangun..." bisikan lembut dari Rachel selalu menyambut pagiku. Biasanya ia akan membangunkanku bersama si gembul duplikat diriku. Tapi khusus hari ini si gembul Raja sudah diamankan di rumah mamaku. Aku sengaja mengizinkan mama meminjamnya karena hari ini aku mau berdua saja dengan istriku tersayang.

Pendekku tiada duanya.

"Jam berapa sekarang?" tanyaku yang masih malas membuka mata.

"Jam setengah delapan. Ayo bangun kamu tidak mau berangkat kerja?" tanyanya dengan suara yang sudah sedikit menjauh dariku.

"Aku hari ini mau di rumah saja."

"Loh kenapa?" tanyanya bingung.

Tunggu..

Sekarang sudah jam setengah delapan pagi?

Dan dia belum mengucapkan selamat ulangtahun kepadaku?

Apa dia lupa tanggal kelahiran suaminya tercinta?

Aku langsung terduduk dan menatap tubuhnya yang sedang bersedekap menatapku.

Dasar pendek. Hanya dengan bertingkah sederhana seperti itu saja mampu membuat diriku gemas. Bahkan bergairah. Oh pendekku tersayang. Padahal dia hanya memakai kaos putih dan hot pants.

Tapi tunggu. Dia belum mengucapkan ulang tahun kepadaku. Lihat saja jika dia lupa. Apa jangan-jangan dia tidak ingat? Oke sabar Satria. Tahan emosi mu.

"Ayo sarapan dulu kalau tidak mau pergi berkerja. Temani aku belanja bulanan yah nanti. Baru kita jemput Raja." perintahnya yang langsung menghilang dari kamar.

Ahh dasar pendek tidak peka. Oke baiklah. Sebaiknya aku mandi.

"Satriaaa.. Ayo sarapan, tenang saja Marsha hari ini tidak akan mengganggu kamu.." ocehannya saat aku telah selesai mandi dan berganti pakaian santai, kedatanganku disambut biasa oleh dirinya.

"Iya aku udah bilang sama Leo hari ini aku nggak mau diganggu." dia menyipitkan matanya sekilas kepadaku. Terserah kalau dia tidak ingat ulang tahun ku. Hari ini aku mau tidur saja. Sudah lama hari ku bersantai tidak kujalani.

"Kenapa nggak mau diganggu?" aku malas menjawab. Karena istriku ini punya seribu macam pertanyaan yang tidak akan pernah selesai. Dia mirip mamaku.

"Sini pendekku sayang.." aku menariknya duduk di pangkuan ku. Rasanya sudah lama sekali kami tidak bermesraan seperti ini. Semenjak kehadiran si gembul hampir tidak pernah istriku ini berlaku manja kepadaku. Dia benar-benar menikmati perannya sebagai seorang ibu. Tapi terkadang aku rindu dirinya yang manja dan polos.

"Kenapa my hero?" inilah yang aku suka dari dirinya. Dia mampu membuat hatiku bergetar saat ia berkata manja. Lihat dengan sendirinya dia mengalungkan kedua tangannya di leher ku. Wangi parfume nya tidak pernah berubah semenjak aku membelikan untuknya. Dia benar-benar mengerti jika aku sangat memujanya.

Tapi kenapa dia tidak mengucapkan hari kelahiranku. Iya aku baru ingat, hari ini tidak ada satupun orang yang mengucapkan selamat kepadaku. Apa jangan-jangan mereka mau membuat kejutan? Ah aku tidak mau. Aku hanya mau bersama pendekku tersayang.

"Kenapa jadi melamun?" dia mengecup pipiku. Benar benar pendekku tersayang ini membuat ku gemas saja. Mana bisa aku marah dengan dirinya jika tingkahnya seperti ini. Memeluk tubuhnya adalah pereda emosi bagiku.

"Kamu kenapa melupakan hari ulangtahunku?" tanyaku tanpa basa-basi. Wajahnya sejenak terkejut tetapi langsung berubah cemberut.

"Kamu ini nggak seru ah. Pura-pura saja marah atau kesal denganku. Kan hari ini aku mau buat kejutan..." aku tak kuasa menahan tawa. Jadi benar dia mau membuat kejutan untukku.

"Mana ucapannya?" tanyaku sekali lagi tanpa perduli bibirnya yang mengerucut.

"Dasar kaku. Kamu merusak rencana ku.." ku kecup sekilas bibir mungilnya.

"Terimakasih ucapannya.." dia melirik sebal wajahku yang sedang  tersenyum manis.

"Ahhh kamu curang. Ya sudah selamat ulang tahun yah..." dia berkata ketus tapi tetap mengalungkan tangannya. Posisi duduknya pun sudah berubah. Sudah tidak duduk menyamping tetapi menghadap kepadaku.

"Kamu sudah menyiapkan kado untukku?" dia mengangguk malu.

"Apa rumah sudah disterilkan dari para pengganggu?" tanyaku memeriksa.

"Hanya kita berdua di rumah ini. Tadinya aku mau memberikannya nanti sore tapi kamu mengacaukan rencanaku." aku tersenyum lebar.

Akhirnya permintaanku dikabulkan. Tanpa banyak tanya aku langsung berdiri dan menggendongnya. Rasanya sudah lama aku tidak menggendongnya seperti ini.

Sigembul Raja benar-benar menguasai pendekku tersayang.

"Apa kamu mau melakukannya sekarang? Ini masih terbilang pagi sayang, kita masih punya banyak waktu." tanyanya bingung.

"Kamu tahu bercinta di pagi hari di kolam renang bersinarkan matahari pagi itu bagus untuk kesehatan tubuh." ya sudah lama sekali aku meminta Rachel malakukan percintaan kami di taman belakang rumah kami.

Tepatnya di sekitar kolam renang. Entah kenapa aku menginginkan outdoor. Tapi dari sejak kami pindah hingga detik ini Rachel selalu menolak. Selain malu, kami juga tidak punya waktu berdua. Dan sungguh bahagianya diriku saat ini, ternyata ia akan memberikan kado spesialnya khusus untukku. Sungguh ini kado terindah dari nya untukku.

"Manjakan diriku yah hari ini." dia mengangguk dalam gendonganku.  Hampir tidak pernah rasanya dalam beberapa bulan terakhir aku meminta kepadanya. Kami selalu terfokus pada si gembul.

Ngomong-ngomong apa kabarnya si gembul yah?

Biarkanlah hari ini mama ku dan papa direcoki dirinya. Hahaha. Papa cinta kamu Raja sayang. Papa janji besok kami berdua akan mengajak kamu berlibur. Sekarang biarkan papa berdua dengan mama mu yah.

Hari ini Achel milikku seutuhnya.

Aku berjalan ke arah taman belakang rumah kami. Tenang saja pagar rumah kami jauh dari para mata-mata tetangga. Walaupun kami tinggal di perumahan tetapi rumah ini khusus aku buat jauh dari para pengganggu.

Kurebahkan dirinya di dekat permukaan air. Wajahnya sedikit malu karena ini benar-benar masih pagi.

"Keterangan Satria di sini.." jawabnya mengerucut malu.

"Satria aku serasa baju basah yang sedang dijemur. Bagaimana kalau di sebelah sana? Lebih nyaman dan tidak terang..?"

"Mulai kan bawelnya. Kamu itu nggak akan pernah berubah yah.." dia terkikik geli. Kebiasaannya yang selalu berbicara tanpa tahu kondisi memang tidak akan pernah berubah.

"Lagian sih kamu. Jam segini minta olahraga. Kita berenang aja yuk siapa tahu aku bisa bertambah tinggi badannya." ocehannya masih berlanjut padahal saat ini aku sedang menggerayangi tubuhnya.

"Sekali pendek tetap pendek. Sudah tidak akan bisa bertambah, awalnya di sini dulu, lalu di dalam air, ronde berikutnya bisa di semua tempat rumah kita. Kamu kuat kan?" ledekku sambil perlahan membuka kancing celananya. Wajahnya merona saat mataku terus menatap wajahnya. Wanita ini ibu dari calon anak-anakku yang lain.

"Iya aku sudah minum ramuan dari oma..." cicitnya malu-malu, aku tersenyum penuh kemenangan. Nggak sia-sia oma selalu memberikan kami ramuan kalau begini jadinya. Oke tips dari Leo dan Mark akan aku uji test keberhasilannya hari ini. Mudah-mudahan berhasil.

Tintong... Tintong...

Tintong... Tintong...

Tintong... Tintong...

NO NO NO siapa yang bertamu di jam segini. Oh benar-benar mengganggu. Ini pemanasan.

"Satria ada tamu..." Rachel segera membenahi baju dan berdiri. Aku hanya pasrah mengikutinya dari belakang. Beruntung aku belum terlalu bangun.

"Siapa sih bertamu dijam segini? Tidak tahu waktu..." gerutuku kesal dia berhenti dan menyipitkan matanya.

"Ini belum jam sembilan pagi dan normal jam segini orang bertamu." iya iya terserah kamu lah pendek.

Tunggu-tunggu.. Jangan bilang yang datang keluarga ruwet kita. NO NO NO tidak akan kubiarkan mereka meruwetkan hari ini. Kutahan tangan Achel.

"Kamu nggak undang keluarga kan?" dia menggeleng dan memelukku.

"Nggak. Para orang tua sibuk dengan cucu nya masing-masing. Oma juga semua sibuk dengan hobi baru mereka mengganggu Mbak Zara. Lilah dan Marsha kan sudah dikendalikan sama brader-brader kamu. Mungkin tukang pos yang datang." dia mengecup hidungku sekilas. Mungkin hanya aku yang paranoid karena setiap kali aku merencanakan sesuatu dengan istriku selalu saja gagal.

"Oke ayo kita cari tahu siapa yang datang..." aku merangkul pinggangnya dan bergegas ke pintu depan.

Tintong... Tintong...

Tintong... Tintong...

Tintong... Tintong...

"Acheeell Satriaaa... Buka kan pintu... Kami mau berkunjung ke rumah kalian..."

NO NO NO sepertinya aku kenal suara ini. Saat aku menatap wajah Achel dia pun sama terkejutnya.

"Aku lupa para opa? Beberapa hari yang lalu aku mengajak mereka ke rumah untuk ber karaoke bersama." dia menepuk dahinya tanda tak menduga.

Gagal lagi deh.

Dan benar saja saat Rachel membukakan pintu terlihat tiga pria lanjut usia yang tidak lain tidak bukan adalah opa ku Fatah Sarha dan kedua opa istriku Rahadi dan Pratama.

"Opa..." sapa Rachel sopan.

"Pagi cucu-cucuku. Kami mau main ke rumah kalian. Boleh kan? Mumpung para oma sedang sibuk menjadi biro jodoh."

"Boleh opa... Ayo masuk?" haduh gagal sudah rencana pembuatan gembul bagian kedua.

"Chel jangan lama-lama menjamu mereka..." bisikku pelan. Dia hanya mencubit pinggangku dan berlalu dengan ketiga opa yang tidak di undang itu masuk ke dalam rumah sepi ku.

"Chel opa kangen brownies buatan kamu. Kamu punya di kulkas nggak? Atau buatkan sedikit buat opa yah..!!!"

NO NO NO...

"Opa apa tidak bosan makan brownies. Nanti oma marah karena opa kan dilarang makan yang manis-manis.."

"Diam kamu. Kali ini saja lagipula buatan mama mu sudah berkurang kenikmatannya. Oma mu sudah mengurangi kadar kenikmatannya. Berbeda jika Achel yang membuat. Sungguh sempurna walau takaran nya di kurangi."

"Tentu saja cucu ku ini mewarisi anugerah wanita-wanita di keluargaku. Tangan mereka sangat handal dalam urusan dapur." giliran Opa Pratama yang bersuara sekarang.

"Karena itulah aku melamar Sarah untuk Biyan.."

Oke ini kakek-kakek cerita mulu kapan pulangnya.

"Opa kenapa tidak minta Dalilah yang membuatkan?"

"Meminta dibuatkan Dalilah sama saja merusak nafsu makan ku. Sudah jangan banyak tanya. Siapkan tempat kami ingin bernyanyi dan kamu menantuku tercantik buatkan brownies yah.."

"Beres opa tunggu saja. Aku buatkan brownies sebentar. Kebetulan aku tinggal memanggangnya saja. Tadi aku memang berniat membuatkan untuk opa."

Pendek kenapa kamu memperlama kunjungan mereka di rumah ini.

Dan seperti sebelumnya...

Rencana ku selalu gagal.

Selalu saja.

"Sudah selesai buatnya? Aku punya usul kamu tetesi obat tidur saja mereka.." tanyaku pada Achel saat aku sudah merapikan alat karaoke di ruang tv kami. Entahlah para opa sedang bernyanyi lagu dangdut.

Sambalado.. Tidak ingat umur.

Harusnya Om Franky Sahilatua atau Om Ebbiet.. Dasar kakek...

"Sedang di panggang..." Rachel memelukku. Wangi cokelat terasa di dekatnya. Wajahnya sedikit murung. Aku tahu ia merasa bersalah. Terlebih rencananya gagal. Tapi ya sudahlah. Sudah biasa.

"Ayo ikut aku..." Rachel menarik ku mendekati para opa. Jangan bilang dia mau mengajak ku bersambalado dengan opa..?

"Opa kami permisi ke atas sebentar yah. Kalian nikmati saja bersantai di sini. Kebetulan pintu lemari baju rusak. Aku minta dibetulkan Satria dulu yah.." Rachel melirik ku dengan senyuman.

"Ah iya betulkan saja jangan pikirkan kami..." jawab para opa sambil menggoyangkan tubuhnya.

"Iya opa mungkin sekitar 45 menit yah..." jawab Achel cepat.

"Oke opa 45 menit bisa membenarkan dua pintu.." tantangku kepada Rachel yang menyipitkan matanya. "Iya terserah kalian saja. Kami mau bersantai.."

Bersantailah selama-lamanya. Selama tidak mengganggu kami.

Akupun berjalan cepat menarik Rachelku ke kamar kami. Dengan tawa puas ia mendorong ku setelah mengunci pintu terlebih dahulu. "Oke mari kita habiskan 45 menit pagi ini...."

Hidup monoton ku terluntur begitu saja karena kehadiran wanita super bawel ini dalam hidup ceria ku sekarang. Dia berhasil meluluh lantahkan sifat kaku yang tertanam sejak lama dengan caranya sendiri. Hanya dengan senyuman lucunya hatiku mampu berteriak riang bahagia. Hanya dia yang mampu melunak kan ke egoisanku.

Pendek ku tersayang. Mini Rachel ku..

***

MARK.

"Marrrrrkkk..." suara yang selalu saja ku dengar di pagi hariku.

"Hhhhh..." dan ini desahan dari manisku.

"Markkk....." oke ini sungguh mengganggu. Aku masih menikmati sarapan pagiku spesial dari istriku dan mommy selalu saja mengganggu.

"Mark mommy memanggil kita. Razi pasti sudah siap di mobil. Ayo Mark kamu ini kenapa suka sekali menggangguku jam segini." Dalilah mendorong tubuhku dari atas tubuhnya. Entah kenapa aku tidak akan pernah bosan mencumbunya.

"Sini aku rapikan pakaian kamu. Dasar kamu ini sudah siap berangkat kerja masih saja berfikiran mesum." inilah rutinitas pagiku. Siap-siap berkerja kantoran. Hal yang sudah hampir 10 bulan ini aku geluti dan akan berlangsung seumur hidupku. Mungkin memang takdirku dan aku menikmatinya.

"Malam ini kita jadi makan malam yah manis?" Dalilah merapikan kancing bajuku dan wajahku yang kacau karena sapuan bibirnya. Begitu juga dirinya aku merapikan pakaiannya yang lecak hasil karyaku. Entah kenapa setiap aku sudah bersiap di pagi hari dan dia datang memberi tahu jika sarapan sudah siap aku selalu tak bisa menahan diri untuk menerkamnya.

Entah karena ramuan Madam Tiara atau karena tips group brader yang mengatakan sex di pagi hari itu sungguh membuat jiwa dan emosi menjadi tenang. Konsentrasi berkerja bisa lancar.

Entah lah..

Well setidaknya Satria dan Leo berhasil dengan cara ini. Buktinya Leo dan Marsha mendapatkan putri ke duanya karena olahraga pagi harinya. Sedangkan Satria dan Rachel juga berhasil. Sekedar pemberitahuan sekutu abadiku itu sedang hamil lima bulan.

Pasti kalian penasaran bagaimana proses kelahiran keponakan ku tercinta..? Hahahah sayangnya part ini khusus diriku dan keluarga kecilku. Author Mounalizza sudah punya perjanjian tertulis denganku jika saat bagianku jangan membicarakan dua pasangan ruwet yang lain. Biarkan kalian berimajenasi sendiri.

Oke oke aku kasih sedikit info tentang lahirnya keponakan cantik ku satu bulan yang lalu. Namanya Rania yang berati ratu penguasa. Entah kenapa keluarga kami sangat suka sekali huruf R diawal dalam menamai penerus keturunannya. Ruwet.

Mungkin Rachel dan Satria akan menamai anaknya Rapiah. Well siapa yang tahu karena sekutu abadiku itu sampai sekarang masih mengidam makan buah rambutan.

Tidak mengerti? Tanyakan saja mbah gugel. Jangan di ceritaku.

Oke sekarang kembali ke rutinitas ku sehari-hari. Aku masih tinggal di rumah daddy dan bergantian di rumah papa Ibra. Kami menjadi satu pasangan yang tersisa setelah si biang ruwet Leo berhasil merayu para orangtua agar bisa tinggal di rumah sendiri.

Ah menyebalkan tinggal aku dan Dalilah yang terkena imbas. Tapi tidak masalah. Aku pun masih takut meninggalkan Dalilah sendiri di rumah walaupun dengan berbagai pengamanan. Entah kenapa aku tidak mau Razi kehilangan kasih sayang dari opa omanya. Terlebih dari Opa Rama.

Sudah bukan rahasia umum lagi kalau Razi putraku adalah sekutu paling sejati dengan daddy. Razi sangat dekat dengan daddy.

Seperti saat ini, teriakan Young Ma pasti karena Razi sudah menungguku di mobil. Bayi berumur 10 bulan itu sudah mampu memainkan perannya sebagai putra mahkota keluarga Andhika dengan sangat pintar.

Well jelas pintar karena dia anakku. Tenang sayang papa akan ajarkan hidup bahagia ala Markonah. Tapi nanti saja waktu mu masih panjang nak.

"Razi pasti sudah duduk rapi di mobil untuk jalan-jalan, ah anak itu suka sekali dengan mobil..." Dalilah berjalan mendahului ku. Aku pun merangkulnya dari belakang.

Sudah ratusan malam ku lalui bersamanya tapi entah kenapa aku masih merasa seperti pengantin baru saja dengan dirinya. Oke itu mungkin karena pengaruh ramuan oma.

"Dia itu anak ku manis. Darah Mark si penggila automotiv jelas mengalir di dirinya." ku kecup dahinya sekali lagi saat kepalanya menoleh menatap ku.

"Mark kamu itu lama sekali. Lihat Razi sudah cemberut menanti kamu." oke dan inilah Young Ma tersayang sedang bersedekap menatap jengkel wajah tampan ku.

"Iya young ma.. Aku sarapan dulu."

"Nanti saja. Kasihan Razi sudah menangis menunggu kamu." mommy menarik ku menuju teras depan menuju mobil ku terparkir.

"Mom apa semalam Razi rewel?"

"Tidak sayang, dia sangat nyenyak tidur dengan Young Ma nya tersayang. Kamu tenang saja, urus saja baby jumbo mu ini, dia pasti lebih rewel dari Razi." ledek mommy melirik ku sinis.

Sudah beberapa hari Razi memang lebih memilih tidur dengan neneknya. Tapi baguslah setidaknya setiap malam Dalilah milikku seutuhnya. Terlebih segala sesuatu untuk Razi sudah di siapkan terlebih dahulu. Jadi tidak ada acara ketak ketok pintu kamar meminta ASI karena sudah disiapkan di kulkas kamar Razi.

"Raziiiiii...." Dalilah menghampiri putraku yang sudah duduk rapi lengkap dengan sepatu dan jaket serta topi..?

Nak kita hanya akan memutari komplek perumahan bukan mau pergi berkemah. Ini pasti kerjaan nenek nyentrik. Mendandani cucu nya dengan berbagai ekperimen. Beruntung Razi menuruni wajah fotogenik ku. Apapun akan terlihat pantas jika ia mengenakannya.

"Kamu lama sekali. Ayo ajak Razi keliling seperti biasa. Kamu sendiri kan tahu dia maunya sama kamu." ku lirik wajah super tengil nya di dalam mobil. Bocah sialan yang setiap pagi selalu menjadikan aku supir pribadinya untuk mengelilingi perumahan tempat tinggal kami.

Aku bahkan sampai tahu mana rumah yang sampahnya menggunung atau tidak.

Bahkan aku tahu di mana letak rumah tetangga janda kembang yang sedang meresahkan ibu ibu komplek. Termasuk mommy dan Dalilah. Ini semua karena kebiasaan Razi yang selalu mewajibkan ku menemaninya memutari perumahan setiap pagi mengendarai mobil. Entah kenapa Razi hanya mau denganku. Tidak dengan yang lain.

Oke balik lagi menatap wajah bocah sialan tampan di dalam sana. Sifatnya memang sangat mirip denganku. Mungkin karena itu hanya dia yang bisa mengalahkanku. Aku siap kalah untuk dirinya. Apapun akan aku lakukan untuk melihat dia selalu tersenyum. Karena dia terlahir untuk membahagiakan aku dan Dalilah. Dia memang sumber kebahagiaan ku.

"Ayo Lil temani kami. Sekalian aku mau mencari bubur ayam. Kami mau sarapan di luar." aku pun segera beranjak masuk di kemudi bagian kanan sementara Dalilah memangku Razi yang sudah berkicau dengan bahasa nya sendiri. Mungkin ia sudah tidak sabar untuk melihat rutinitas setiap harinya.

Satpam Komplek Cilik.

"Cucu opa selamat bersenang-senang..."

"Young Ma akan merindukan kamu..." Haduh mommy ini berlebihan.

"Mom kita hanya mencari sarapan..." Razi pun duduk dipangkuan Dalilah dengan antusias. Dalilah memegang tangan Razi melambaikan tangannya menatap mommy dan daddy yang sudah semakin menjauh.

"Razi sayang. Kamu tampan sekali. Young Ma sungguh pintar mendadani kamu. Coba mama cium apa sudah wangi..." hatiku sungguh bahagia melihat dua hal termanis yang sudah ku milikku.

Aku menyetir sambil mengelus pipi tembam Razi. Suara teriakan lucunya menggema di dalam mobil. Razi memang sangat suka dengan suasana mobil.

"Kita mau kemana paparazi?" Dalilah sedikit terlihat bingung karena aku melajukan mobil mulai menjauh dari rute biasanya. Aku keluar jauh dari rumah kami.

"Aku mau makan bubur ayam kesukaan mu. Kamu ingat saat aku pendekatan dengan kamu." dia melirik ku bingung.

"Pemaksaan bukan pendekatan. Kamu mengancam akan mengadu dengan kakak jika tidak ikut pergi dengan mu." aku tertawa jika mengingat saat - saat itu. Terlebih saat mengingat istriku memegang alat kontrasepsi di sebuah mini market. Wajah terkejutnya sungguh tak akan pernah bisa aku lupakan dalam isi kepala ku.

Tak lupa saat ia mengajak aku memakan jajanan sederhana di pinggir jalan. Itu lah awal aku jatuh hati padanya. Itulah awal aku mau belajar arti cinta.

Cinta kepadanya.

Sungguh aku tak menduga aku melewati masa indah dengannya. Dengan caranya yang sederhana.

"Kamu kan yang dari awal memang sengaja mengejar aku." cibirnya dengan nada sombong.

"Kamu ini masih aja sok jual mahal. Ini nggak dihitung buah cinta kita..?" aku memegang kepala Razi. Lalu mencubit pipinya. Seketika Razi menangis kesal.

"Papa Razi jahat yah.." Dalilah membalas dengan mencubit ku.

"Aku nggak sok jual mahal. Kamu tahu selamanya kamu akan selalu ku hantui. Aku bersumpah kamu tidak akan bisa berpaling dariku." ancaman yang selalu ku terima setiap hari dari istri cantik ku dan aku mensyukuri nya.

"Aku akan terima kamu sebagai kutukan termanis yang pernah aku punya. Selamanya." kini giliran pipi istriku yang ku cubit gemas.

"Gombal..."

Hidupku memang sangat sederhana dengan kisah cinta paling sederhana yang bisa ku ceritakan. Tapi cintaku punya nilai ter-istimewa yang tidak akan pernah aku bagi dengan yang lainnya.

Hanya kepada Dalilah dan putraku yang bisa menikmatinya. Mungkin penerus diriku lainnya yang sedang dipersiapkan di dalam rahim istriku.

Aku tidak tahu. Aku hanya berharap saat itu akan segera tiba.

Karena cintaku..

Forever and For Always.

For you My Princess Dalilah.

tt

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro