Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27 - Pengganggu Honeymoon

Di bengkel Mark.

Mata itu terus menatap mata sesosok pria. Dengan tulus sang wanita mempersiapkan makan siang untuk pemilik bengkel tersebut. Mark tetap menerima setiap makanan yang selalu diberikan wanita yang sangat berharga dalam hidupnya itu, walaupun cita rasa makanan itu terbilang amburadul dan sangat tidak layak untuk dinikmati dirinya. Tapi berdalih sayang dan cinta ia tetap menikmatinya.

Mark terus menelan dengan susah payah makan siang untuknya hari ini. Terlebih sang wanita memasang wajah bahagia saat Mark menelan habis pemberian dirinya.

"Enak nggak Mark? Aku janji setiap hari akan membawakan makan siang untukmu dan juga Leo." wajah Marsha sangat berbinar menatap saudara kembarnya menikmati makan siang buatannya.

"Haduh Leo aja deh yang kamu kirimkan bekal makan siang. Aku udah dapat jatah dari Dalilah.." Mark menahan rasa perutnya yang seperti diremas bagai pusaran air cabai membentuk badai di dalam perutnya.

Entah apa yang dimasak Marsha. Soup sari cabai kali yah. Hari ini Marsha dan besok giliran Dalilah membawakan aku makanan dengan rasa yang tak kalah hebohnya. Bisa busung lapar gue setiap hari menerima makanan mereka. Apa-apaan ini mereka kira gue kelinci percobaan apa yang setiap hari menerima makanan mereka. Seharusnya mereka mencicipi dulu rasanya. Serasa master chef handal yang makanannya dipastikan enak. Menyebalkan.

"Leo bilang seminggu ini dia makan siang di luar terus. Karena harus bertemu klien." jawab Marsha dengan nada kecewa. Bajingan kau Leonardo.

"Sha.. Udahlah nggak usah repot kamu kirimin aku makanan terus. Aku kangen jajan di luar. Kamu emangnya nggak cicipin dulu makanan kamu?" Marsha menggeleng. Mark hanya mendesah pasrah dan sangat berhati-hati berkata.

Gimana gue mau bilang kalau rasa makanannya mirip isi kulkas diblender. Baik Marsha atau Dalilah sama-sama antusias belajar masak. Si Achel kapan pulang dari honeymoon sih. Sekutu abadi gue harus segera bertindak nih. Bisa kena wabah gizi buruk lama-lama gue nih.

"Akukan lagi semangat belajar masak Mark. Kamu harusnya dukung. Achel nggak pulang-pulang sih jadinya aku otodidak sendiri tapi sejauh ini bisa kuatasi dengan instingku." Mark mendengarkan dengan malas.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk..." Mark dan Marsha menoleh ke arah pintu yang berbunyi dan terbuka menampilkan sesosok manusia cantik yang juga sedang mempunyai hobi memasak. Hati Mark bergemuruh frustasi. Ingin rasanya ia keluar dan kabur dari kantornya agar terhindar dari dua wanita yang sangat berharga di hatinya. Selamat Mark hari ini siapkan wajah palsu. Apa gue pura-pura pingsan yah..? Apa mereka berniat meracuniku secara pelan-pelan.

"Dalilaah..." Marsha tersenyum menyambut calon adik iparnya dengan sayang.

"Sha kamu lagi di sini?" Dalilah duduk di samping Mark dan mengecup pipi tunangannya sekilas.

"Iya aku lagi bawain bekal makan siang buat Mark." Marsha melihat kotak makan yang dipegang Dalilah.

"Kamu bawain juga bekal makan siang untuk Mark?" tanya Marsha riang.

"Sayangnya nggak Sha.." jawab Dalilah dengan nada sedih. Mark tersenyum lega. Aku mencintaimu Dalilah Raihana Sarha.

"Tapi aku bawah dessert spesial buatanku." Mark menelan ludahnya. Double sialan!

"Kebetulan aku dibantu sama Achel buatnya." Mark menghela nafasnya sedikit lega. Dibantu Rachel..? Ah pasti masih layak dikunyah. Amaannn..

"Aku mau dessert kamu Lil.. Udah kenyang makan masakannya Marsha." Dalilah sangat antusias membuka dessert buatannya.

"Achel sama Satria udah pulang honeymoon?" Marsha bertanya sambil merapikan bekal makanan yang ia bawa.

"Belum, kakak masih betah berduaan sama istrinya. Nggak mau diganggu, ini aja aku maksa-maksa mau ngomong sama Achel." cerita Dalilah seru. Mark mencerna kata-kata tunangannya dengan sedikit mengernyit.

Berarti Achel nggak ada ditempat kejadian pembuatan dessert ini? Ini sih bukannya dibantuin. Haduh sial bener deh ah ini hari. Maniss aku harap kue buatanmu benar rasanya.

"Udah satu minggu mereka di Lombok? Mereka nggak niat ketempat lain?" Dalilah menggeleng menatap Marsha.

"Aku nggak tahu juga Sha, kakak lebih memilih honeymoon di villa keluarga daripada menikmati hotel yang kita punya. Kata mama kakak punya sejarah sama villa itu." Mark menelan ludahnya melihat Dalilah membuka kue dan menempatkannya dipiring kecil yang sudah Dalilah siapkan.

"Mark ayo dicoba? Kamu mau Sha?" Marsha menggeleng.

"Aku lagi diet Lil. Itu pasti manis banget kan?" Dalilah mengangguk setuju.

"Iya jangan Sha nanti merusak pola makan kita. Biar Mark aja yang habiskan." jawab Dalilah riang gembira.

"Ini tiramissu made by Dalilah." wajah manis Dalilah sedikit membuat Mark rela menikmati kue tirramisu buatannya. Apa gue bilang aja lagi diet juga. Dasar wanita seribu satu cara beralasan. Andai tiba-tiba sekarang gempa bumi dapat dipastikan gue nggak mencicipi kue aneh itu. Namanya kue apa yah berbentuk nggak jelas gini.

"Ayo Mark cobain? Aku belum coba sih tapi yang penting kamu seneng makannya." Dalilah mengambil dengan sendok kue itu dan menyuapi Mark dengan sayang. Pahiiittttnyaa.. Manis darimananya? Bisa-bisa gue kena liver nih. Ini kue tirramisu terbuat dari pare apa? Isinya kopi tubruk doang. Ah Lilaah kue apa yang kamu buat maniiss...

"Oh iya nanti malam kita diundang makan malam di rumah Mbak Zara. Kamu ikut yah Lil nanti Mark jemput." Dalilah mengangguk dan tetap menyuapi Mark yang menelan kue itu dengan susah payah.

"Iya aku nanti ikut." Dalilah tersenyum bahagia menatap Mark.

"Setiap hari aku bikinin yah dessert kalau kamu mau." Mark secepat kilat menggeleng.

"Kamu dessert aku manis. Aku nggak butuh pencuci mulut yang lain." jawab Mark penuh penekanan.

Apa setiap hari gue puasa aja yah. Jadi aman dari makanan mereka.

---------------------

Group Brader

•Mark : Lelee sialan lo urus Marsha nih. Terima bekal makan siang buatannya.

•Mark : Щ(ºДºщ)

•Mark : Satriaa pulang lo.. Mark : Rachel harus segera turun tangan mengurusi Marsha dan Dalilah di dapur.

•Leo : hihihi sorry brader perut gue butuh istirahat dari terapi penghancur usus.

•Leo : masak apa sih Marsha?

•Leo : ga faham gue.

•Leo : hihihihi selamar yah.

•Mark : udah cukup Lilah yg buatin gue menu aneh. Marsha bagian lo.

•Mark : Satriaaaaaa...

•Leo : adik ipar jgn diganggu.

•Leo : nikmati aja makanan itu.

•Mark : П(˛'!)

•Satria : kalian mencariku?

•Satria :  \('')/

•Leo : penganten baruuuu..

•Leo : Achel sehat nggak?

•Satria : sehat lah

•Satria : bahagia dunia akhirat.

•Mark : kapan pulang lo?

•Satria : belum tahu.

•Mark : harus tahu.

•Satria : urusan apa ama lo?

•Mark : jelas punya urusan!!!

•Mark : Rachel harus turun tangan.

•Satria : istri gue ga boleh capek2.

•Mark : jelas2 yg bikin dia capek lo sialan.

•Mark : pulang lah kakak ipar. •Satria: hahaha iya adik ipar.

•Leo : bahagia bener lo Sat.

•Leo : adik gue bikin lo happy.

•Satria : pastinya.

•Satria : bye semua.

•Mark : tunggu!!!!

•Mark : cepet pulaang.

•Leo : besok gue janji ketemu Kimberly.

•Mark : urus dia .

•Satria : semua lancar?

•Leo : sesuai rencana.

•Satria : kabarin kalo ada masalah.

•Mark : mudah2an Kim nggak curiga.

•Satria : dia harus masuk perangkap kita.

•Leo :  Kim nggak sendiri.

•Leo : dia dibantu Rezky.

•Mark : Rezky?

•Satria : Rezky dari dulu suka sama Lilah Mark.

•Satria : jaga adek gue.

•Mark : makanya pulang.

•Mark : ato gue bom cafe amor.

•Leo : biar gue yg urus kali ini.

•Leo : have fun aja lo disana.

•Satria : thx kakak ipar

•Mark : bajingan lo semua.

•Leo : jgn ngambek Mark.

•Satria : gue bawain oleh2 yah Mark.

•Satria : hahahah

•Mark : setan lo semua.

---------------------------

Di rumahnya Zahara.

"Malaaam Mbaaa..." Zahara membuka pintu rumahnya menyambut dua pasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.

"Alvinaaaaa..." Marsha langsung menggendong putri cantik Zahara yang sudah berumur kurang lebih lima tahun.

"Mas Dipta mana mba?" Leo dan Mark masuk bersama menyusul Marsha dan Dalilah yang sudah masuk lebih dulu.

"Lagi mandi. Baru aja pulang dari kantornya. Ayo duduk dulu." mereka duduk di ruang keluarga. Dalilah menatap ruangan itu dengan takjub jika dirumah Leo dan Rachel ia melihat aquarium laut membentang luas sepanjang enam meter. Kali ini ia melihat tiga aquarium laut hampir memenuhi disetiap sudut ruangan itu. Pembatas ruangan itu ternyata memakai aquariuam.

Ada dua aquarium panjang dan satu aquarium bulat melingkar indah disudut ruangan. Dalilah sangat penasaran dengan isi aquarium berbentuk lingkaran yang berada disudut ruangan. Sangat indah. Dalilah sedikit bingung karena hanya ada dua jenis ikan yang hidup di dalam aquarium itu. Yang satu ikan cantik berwarna indah antara pink, orange dan pastel. Sungguh ikan yang sangat cantik. Selain itu satu jenis ikan lagi yang ada disitu. Ikan berbentuk layang dengan pergerakan tenang dan berwarnan hitam bergaris putih dan kuning.

"Ini namanya ikan apa? Cantik banget warnanya? Terus kaya pakai lipstick merah yah?" Leo menghampiri Dalilah.

"Itu namanya ikan Anthias. Dia ikan cantik dengan khas pada bibirnya yang berwarna merah muda." Dalilah tersenyum dengan pergerakan ikan itu yang selalu berkoloni dengan sesama Anthias lainnya.

"Matanya kaya pakai eyeshadow yah. Ah cantik banget ikan ini. Terus ini ikan satunya namanya apa? Kenapa diam aja? Mukanya juga cemberut gitu." Leo tertawa melihat Dalilah yang penasaran. Marsha dan Mark hanya duduk disofa ruangan itu.

"Itu namanya Moorish.. Moorish Idol. Ikan yang paling susah dipelihara dan termasuk sudah langka dan dilestarikan populasinya." Leo tahu makna kedua ikan ini dihati kakak sepupuhnya.

"Kedua ikan ini lambang kisah cinta abadi bagi keluargaku. Ini kisah cinta Anthias dan Moorish Idol." Dalilah menatap Leo bingung karena wajah Leo berubah sedikit murung.

"Kisah cinta?"

"Kedua ikan ini lambang kisah cinta orang tua Mba Zara.."Marsha merangkul Dalilah dari samping.

"Papa Ivan dan Mama Mia. Semoga kita seperti cinta mereka sehidup semati." Leo menarik Marsha dalam rangkulannya menatap aquarium yang sangat penuh makna tersebut.

"Seperti Anthias dan Moorish Idol.." Marsha menimpali Leo dengan senyuman.

"Kalau ini ikan nemo yah? Lucu banget loncat dibantalan." Dalilah menelusuri aquarium yang satunya lagi.

"Ini ikan Clownfish terus itu bukan bantalan manis. Itu salah satu jenis terumbung karang. Anemone Corall invertebrata. Dia makhluk hidup tidak bertulang belakang. Dia itu teman tidurnya Clownsfish. Mereka sama-sama bersimbiosis mutualisme. Makanya serasi." Mark memeluk Dalilah dari belakang sambil menatap aquarium yang hanya berisi ikan nemo dan anemone berbagai jenis.

Dalilah tertawa melihat betapa lincah dan aktifnya ikan Clownfish dihadapannya.

"Nemo dan Anemone itu kisah cintanya Mba Zara." Mark berbisik ditelinga Dalilah.

"Sepertinya Mba Zara sangat menyukai dunia laut yah." Mark menganggukan kepalanya dipundak Dalilah.

"Mendiang kedua orangtuanya yang mencintai dunia laut.." Mark menghirup dicekungan leher Dalilah. Betapa harum memabukan feromon kekasihnya itu batin Mark.

"Aku jadi tertarik sama aquarium laut. Susah nggak sih peliharanya?" Dalilah menengadahkan lehernya agar Mark lebih leluasa di sana.

"Waduhh seru amat yah ini dua pasangan mesra mirip telethubis." Zahara datang sambil berkacak pinggang menatap kedua pasangan saling berpelukan sambil memandangi aquarium-aquarium milik Zahara dan suaminya.

"Kamu emangnya nggak mau juga dipeluk sama aku." suami Zahara datang dan memeluk dan mengecup mesra Zahara. Wajah Zahara merona melihat sang suami yang sudah terlihat segar. Ia tidak akan pernah bosan menatap suami yang sangat ia cintai.

"Mba aku dengar dulu mba punya kisah yah dalam sehari." Zahara menatap sang suami dengan senyuman.

"Iya kisah yang berakhir hanya untuk sehari." Dipta sang suami menjawab pertanyaan Dalilah

"Yang jelas 24 jam hari itu penuh perjuangan buat aku." Zahara mengecup pipi suaminya. Marsha, Dalilah, Leo dan Mark tersenyum melihat kemesraan tuan rumah dengan harapan kisah cinta mereka seperti kedua orang itu juga.

"Kalian udah jarang yang kumpul ke sini. Oh iya pengantin baru apa kabarnya?" mereka duduk berpasangan disofa yang sudah ada diruangan itu.

"Wah itu pengantin baru lupa daratan. Nggak ingat pulang. Satria bener-bener deh lupa sama kita yang di sini padahal Achel lagi sangat dibutuhkan." Mark tanpa sadar mengeluarkan keluhannya.

"Emang Rachel kenapa Mark?" Dalilah meminta jawaban atas pernyataan Mark yang penuh tanda tanya. Leo terkikik geli melihat Mark yang sepertinya bingung akan jawaban yang harus ia keluarkan.

"Cafe Amor mau direnovasi kan Lil.. Jelas harus ada persetujuan dari Achel." Leo membantu dengan jawaban masuk akalnya. Mark mendesah aman.

"Kenapa mereka betah di Lombok. Nggak mau pergi ke tempat lainnya?" Zahara bertanya kepada Dalilah. Dalilah menaikan bahunya.

"Aku nggak ngerti juga kenapa kakak begitu betah di villa. Kata mama kakak punya sejarah sama villa itu." Mark mencibir dalam hatinya.

Iya sejarah mencuri ciuman.

"Hmm.. Aku masih nggak sangka deh mereka akhirnya menikah. Masih ingat aku Achel selalu kabur kemari dari awal Satria sudah mengganggu hatinya. Ternyata berjodoh. Tinggal kalian ini yang akan segera menyusul." Ke empat manusia itu sama-sama terdiam. Karena sampai dengan detik ini masih belum ada titik damai diantara mereka untuk mengalah.

"Jadi belum ada keputusan siapa yang menikah duluan?" mereka menggeleng bersama. Zahara dan Dipta terkikik geli.

"Mau nikah aja berebut. Aku waktu menikah sama Zara aja nggak perduli waktu. Kami nggak bikin acara heboh. Yang penting acara ijab kabul lancar. Selanjutnya kita kaburr honeymoon." jelas Dipta sambil tertawa.

"Hmmm gimana kalau kita menyusul mereka..?" Zahara memberikan idenya.

"Boleh.. Kebetulan aku udah lama nggak liburan. Kantor juga sudah selesai sibuknya." Leo mengangguk dan menatap Marsha mengajak berlibur juga.

"Ayo kita ganggu pasangan pengantin itu.. Ide bagus sepertinya." Mark tersenyum penuh makna.

"Seru juga jadi pengganggu honeymoon. Udah gitu pengantin prianya galak kaya ibu tiri." Leo tertawa melirik Dalilah.

"Haduh nanti aku deh yang kena omelan kakak. Tahu sendiri dia kan kaku nya manusia." Dalilah terlihat ragu untuk ikut menyusul sang ibu tiri berhoneymoon.

"Kamu tenang aja. Ibu tiri kamu akan jinak sama aku." Mark meyakinkan Dalilah.

"Tapi iya yah kakak selalu nurut kalo kamu minta sesuatu. Aku masih inget waktu malam pertama mereka kamu minta tolong sama kakak bangunin aku. Walaupun aku diseret lagi tidur untuk ketemu kamu. Tapi itu sesuatu yang nggak mungkin kakak lakuin seandainya itu bukan kamu." Dalilah menyipitkan matanya. Ia memang sedikit curiga dengan hal yang ditutupi kedua pria yang sangat ia sayangi itu.

"Jangan panggil Markona kalo nggak bisa menaklukan kakak kamu yang super kaku itu.." jawab Mark dengan sangat bangganya.

"Oke jadi benar yah kita akan berlibur..?" Leo bertanya kepada semuanya.

"Berlibur dan mengganggu pengantin baru..." timpal Mark sambil tertawa riang.

"Oke ayo kita makan dulu, Mbak udah siapkan makanan untuk kalian semua..." Zahara berdiri disusul yang lain menuju ruang makan.

"Alvina dimana?" Dipta merangkul Zahara.

"Dikamar, tadi dia sudah mengantuk. Oh iya aku akan menitipkan Alvina sama Ti Sarah aja dia jangan ikut ke Lombok." bisik Zahara pelan.

"Iya Alvina bisa mengganggu honeymoon kita lagi..." jawab Dipta menggoda.

"Haduhh udah basi kali mas..." celetuk Marsha.

"Setiap hari harus honeymoon Sha. Biar makin cinta sama pasangannya." Dipta mengecup bibir Zahara sekilas dihadapan semuanya. Zahara mendorong suaminya karena malu.

"Kayanya banyak tukang sosor yang disekitar kita. " Dalilah mulai berani menggoda pemilik rumah itu.

"Makanya kita harus menyusul masternya. Kakak kamu..." kedipan mata Mark membuat Dalilah tertawa.

***

Di kantor Leo.

Siang kali ini berbeda dari siang-siang sebelumnya. Kali ini Leo siap menghadapi seorang wanita yang sebenarnya sangat tidak ingin ia jumpai tetapi ini demi kebaikan bersama dan Leo pasrah bersiap diri menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

"Silahkan masuk..." Leo mempersilahkan Kimberly duduk di sofa yang tersedia di ruangannya. Kimberly hendak mencium pipi Leo sebagai ucapan selamat datang tetapi dengan tegas Leo menolak dan langsung duduk di sofa seberangnya.

"Duduk Kim..!" Kimberly hanya mengangguk dan tersenyum getir.

"Segitu marahnya kamu sama aku Leonardo?" Leo menatap datar wanita cantik di sofa ruangannya.

"Aku hanya berhati-hati."

"Takut Marsha cemburu?" Leo menggeleng.

"Lebih tepatnya salah faham. Kalau Marsha cemburu justru aku bahagia. Tapi tidak dengan dirimu." Kimberly hanya tersenyum sedikit.

"Kudengar Rachel adikmu menikah dengan Satria?" Leo mengangguk.

"Apa mereka dijodohkan?" Leo menggeleng.

"Lalu mereka menikah atas dasar cinta?" Leo mengernyit bingung.

"Perduli apa dengan kamu? Kim aku tidak akan tinggal diam jika kamu mengganggu mereka." tegas Leo garang menatap Kimberly.

"Tapi Satria pernah menciumku paksa." sungut Kimberly.

"Pasti kamu yang merayunya. Sudahlah aku tahu itu hanya sebuah kesalahan. Sekarang kita bertemu karena urusan bisnis Nona Kim. Apa kamu lupa?" Kimberly menggeleng.

"Maaf mamaku baru saja melakukan pengobatan di Singapura. Sekarang aku yang bertanggung jawab atas perusahaan papa. Tapi aku tidak mengerti terlalu jauh masalah ini." jawab Kimberly jujur. Ada nada sedih dalam ucapan Kimberly. Leo tahu itu. Sejatinya Kimberly adalah sesosok wanita riang dan ceria, setidaknya dulu saat Leo dekat dengannya itulah yang ia rasakan.

"Mama kamu keadaannya gimana?" tanya Leo bersimpati.

"Lebih baik. Tapi masih harus dipantau dokter jantungnya." Kimberly tersenyum kikuk.

"Oke ayo Leonardo kita bahas masalah kerja sama Hotel kamu dengan Food Production Setiawan Rahmat." Leo pun menjelaskan bentuk kerjasama yang akan dilakukan. Perusahaan makanan mendiang ayah Kimberly memang membutuhkan kucuran dana berlimpah. Kimberly yang tidak tahu menahu dengan bodohnya mempercayai keputusan Leo. Satria menjadi pemberi modal terbesar tanpa sepengetahuan Kimberly.

"Terimakasih Leonardo. Jujur di dunia ini aku udah tidak percaya sama siapapun setelah papaku meninggal.. " jelas Kimberly pelan.

"Rezky? Kudengar dia menjadi orang kepercayaanmu?" Kimberly mendesah.

"Dia hanya mau hartaku. Harta yang sekarang harus kurelakan untuk membayar hutang-hutang papa dan mama." Leo menatap Kimberly sedikit kasihan.

Kim.. Kenapa aku tidak bisa marah sama kamu. Jelas dimata itu aku melihat kesendirian dan kesepian yang mendalam. Kamu mungkin bisa menutupinya dengan yang lain. Tapi aku tahu kamu berbohong.

Leo mendekati Kim dan duduk di samping Kim. Wanita yang pernah ada dalam kehidupan Leo saat dulu. Kimberly pernah hadir keseharian Leo.

"Percaya padaku kali ini.." Leo memegang tangan Kimberly. Memberikan kekuatan agar wanita dihadapannya ini kuat. Entah kenapa Leo merasa kasihan dengan Kimberly.

Ceklek...

Mark dan Dalilah datang tanpa pemberitahuan.

"Le jadi kan kita nyusul Satria ke Lombok?" Mark dan Dalilah tampak terkejut dengan posisi Leo yang memegang tangan Kimberly.  Terlebih kontak fisik antara mereka berdua terlihat jelas bermain mata. Dengan secepat kilat Leo berdiri.

"Wow..Apa mataku tidak salah lihat?" Mark menyindir menatap tepat dimata Leo.

"Ini nggak seperti yang lo lihat Mark..." Leo dengan tenang menanggapi kecurigaan Mark. Sementara Dalilah menatap sebal dengan kehadiran wanita sexy di depannya.

"Mark Dalilah hai apa kabar?" Kimberly berdiri dan mengecup pipi Mark tanpa izin. Dalilah secepat kilat mendorong tubuh Kimberly.

"Hobi banget sih lo jadi cewek nempel seenaknya aja." ketus Dalilah tepat di wajah Kimberly. Mark menarik pelan tubuh Dalilah.

"Oke Kim sebaiknya kamu pulang. Aku rasa kita sudah selesai untuk hari ini." Kimberly mengangguk dengan perintah Leo.

"Oke aku pulang dulu semua. Mark secepatnya aku mau memodiv kembali mobilku." Kimberly membelai dada Mark seduktif dan menantang tatapan Dalilah yang terlihat seperti kucing betina.

"Dasar cewek sinting.." Kimberly tertawa sambil berlalu menuju pintu keluar ruangan tersebut.

"Leonardo bisa lo jelaskan apa yang terjadi?" Mark sungguh tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Gue hanya kasihan sama dia Mark. Masalah perusahaan keluarganya sedang diambang batas kehancuran." Dalilah hanya mendengarkan dengan indera pendengaran yang dipasang setajam mungkin.

"Dan kita sudah membantu dia kan sesuai rencana?" Leo mengangguk.

"Oh come on Leo. Hubungan lo dan Marsha sudah jauh membaik. Jangan melakukan kesalahan lagi Le. Gue sayang sama kalian berdua." Leo tertawa dan menghampiri Mark. Menepuk pundak Mark.

"Yes I know. Oh Mark gue nggak akan berbuat bodoh lagi. Percaya sama gue tadi itu jangan diambil pusing." Dalilah yang berada diantara mereka lebih memilih diam. Karena ia tidak tahu secara pasti sejarah antara Leo dan Kimberly, yang ia tahu Kimberly adalah wanita pengganggu Mark dan sang kakak Satria.

"Gue harap apa yang lo ucapkan bisa dipertanggung jawabkan." Leo sekali lagi menepuk pundak Mark.

"Dalilah apa kamu tidak membawakan Mark bekal makanan?" Mark menyikut lengan Leo dengan aura kemarahan. "Hmmm.. Tadinya aku mau buat tapi Mark melarang karena hari ini kita mau makan di luar dan bersiap-siap ke Lombok." jawab Dalilah lesu.

"Wah sayang padahal Mark sangat menyukai masakan kamu." wajah Dalilah tersipu malu jelas raut kebahagiaan ada diwajah itu. Mark yang melihat itu perlahan luluh. Wajah manis Dalilah memang mampu membuat dirinya  mau memakan racun sekalipun.

"Ayo cepat kita siapkan keperluan ke Lombok. Mama dan papa sudah aku beritahu untuk tidak melaporkan dengan kakak. Terlebih dengan omaku. Bisa dipastikan dia akan menyusul bersama kita." Leo dan Mark berdiri mengikuti Dalilah ke arah luar ruangan kantor Leo.

"Sekali lagi lo ngebahas masalah masakan Dalilah gue pastikan Marsha akan tahu lo melakukan kontak fisik dengan Kim." bisik Mark penuh intimidasi. "Sialan lo markonaaa..." Mark hanya melewati Leo dan merangkul Dalilah.

***

Di villa milik keluarga Sarha, Lombok.

"Pendek kenapa kamu tidak membangunkanku?" Satria memeluk erat Rachel dari belakang. Kepala Satria bertumpu di atas kepala Rachel. Istrinya in mengenakan daster santai bermotif bunga-bunga. Sementara Satria hanya memakai kaos putih tanpa lengan. Mereka memang tidak pernah keluar villa hampir seminggu ini. Aktifitasnya hanya terfokus di dalam kamar itu.

"Kamu nyenyak banget sih tidur siangnya." Rachel sedang menikmati semilir angin disore hari di balkon kamar villa keluarga Sarha. Sudah lebih dari satu minggu mereka menetap di villa itu. Satria memang sengaja mengajak Rachel tinggal di villa tidak di hotel milik mereka. Villa ini punya sejarah awal ketertarikan Satria dengan Rachel.

"Sat... Kenapa tidak tidur di kamar kamu? Ini kan kamar tamu. Bagus sih menghadap laut juga tapi kamarmu posisinya lebih strategis lagi." Rachel menunggu jawaban suaminya sambil mendongakkan kepalanya. Suaminya rupanya sedang menjelajah dicerukan lehernya. Ia menempelkan bibirnya lembut dan mengendus-ngendus feromon istrinya terus tanpa bosan.

"Kamar ini punya sejarah buat aku pendek. Di kamar ini mungkin awal aku jatuh cinta sama seorang wanita." Rachel cemberut mencerna kata-kata suaminya.

"Alasan apa itu..?" Satria memeluk pinggang Rachel erat. Ia tidak pernah bosan menggerayangi setiap jengkal lekuk tubuh istrinya. Rachel menghadap Satria dan melirik kecewa.

"Alasan masuk akal lah. Udah jangan banyak tanya." Satria membalikan badan, Rachel membelakanginya kembali.

"Aku capek."

"Honeymoon yah seperti ini. Kalau kita belajar yah namanya study tour pendek.." Satria menggendong Rachel menghadap dirinya. Posisi yang selalu disukai Rachel. Ia mengalungkan kedua tangannya di leher Satria dan melingkarkan kedua kakinya dipinggang Satria.

"Terus siapa wanita yang bisa membuat kamu jatuh cinta di kamar ini?" selidik Rachel memanyunkan bibirnya. Satria suka wajah Rachel seperti ini. Andai Rachel tahu kalau di kamar ini dulunya Satria mencuri ciuman pertama dirinya saat sedang tertidur.

"Aku pernah mencuri ciuman pertama seorang wanita di kamar ini." bisik Satria membuat aura kecemburuan melebur menjadi satu dihati Rachel.

"Kamu jatuh cinta sama dia?" anggukan Satria membuat Rachel semakin cemberut.

"Kenapa kamu tidak menikahi dia saja daripada aku?" ketus Rachel tanpa sadar.

"Kamu bawel pendek. Ayo kita coba gaya yang lain!" Satria berjalan menuju tempat tidur mereka. Satria merebahkan Rachel di tempat tidur itu.

"Kamu masih mencintai wanita itu?" tanya Rachel ditengah aktifitas suaminya yang sedang membuka daster milik istrinya yang berkancing depan.

"Masih...."

"Terus kenapa kamu menikah denganku?".

"Mulai lagi kamu pendek." Satria menaikkan satu alisnya. Ia lalu mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya yang sedang memasang ekspresi cemberut. "Wanita itu kamu istriku. Ciuman pertamamu aku yang mencurinya di kamar ini." Rachel terkesiap kaget dengan penjelasan paling aktual yang baru ia dengar.

"Apa maksud kamu Satria?"

"Jawab dulu pertanyaanku!" Rachel tetaplah Rachel akan bertanya tanpa perduli waktu dan kondisi yang sedang terjadi. Satria sudah extra sabar menerima kebawelan istrinya jika sedang diranjang. Tidak jarang Satria akan memarahi Rachel karena mengganggu pelepasannya. Tetapi Rachel tidak pernah kapok mengulanginya.

"Aku akan menjawab setelah selesai sesi yang satu ini pendek. Jadi jangan bawel kali ini!!!"

"Janji yah?" tanya Rachel sekali lagi. Anggukan kepala menjadi jawaban yang terbaik bagi Satria.

***

Di hotel SAR.

"Kenapa kita nggak menginap  disini aja Satria? Aku mau menikmati fasilitas hotelnya." tanya Rachel riang, pagi tadi pasangan pengantin baru ini baru saja datang ke hotel milik keluarga mereka. Hotel yang dibangun atas kerja sama persahabatan antara Ibra, Rama dan Biyan. Hotel ini sekarang diturunkan kepengurusannya oleh Satria, Leo dan Marsha sebagai perwakilan ketiga keluarga.

"Iya mulai hari ini kita tinggal di sini. Aku juga mau mengecek hotel ini." mereka sedang berjalan menikmati taman bunga yang membentang luas di area hotel tersebut.

"Aku nggak sangka papa-papa kita berhasil membuat hotel ini menjadi seperti ini..." Rachel merangkul Satria. Mereka berjalan menelusuri taman dengan beraneka warna bunga yang tersaji. "Tapi boleh yah hari ini aku mau menikmati fasilitas hotel ini. Aku mau spa dan yang lain. Badanku pegal-pegal semua." pinta Rachel dengan manja.

"Mau menikmati fasilitas dari aku pendek?" Satria menaikkan alisnya dan mengecup kening Rachel sambil tertawa pelan. "Dasar tidak pernah puas." Satria langsung melumat lembut penuh gairah bibir istrinya. "Karena kamu abadi buat aku pendek..." Satria kembali melumat bibir mungil Rachel. Kondisi taman memang terlihat sepi..

"Permisiiiii...." adegan mesra mereka terganggu karena interupsi seorang wanita di dekat mereka. Satria dan Rachel menatap kaget dengan penampakan wanita cantik itu di dekat mereka.

"Hai Satriaa, Racheel...." wanita itu tersenyum manis membalas tatapan bingung pengantin baru di hadapannya. Terlebih deru nafas kedua manusia itu masih belum teratur.

"Mau apa kamu Kimberly ke sini? Dasar sinting..." ketus Rachel tanpa takut.

"Aku perwakilan perusahaanku yang sedang berkunjung ke hotel ini. Yah kan Satria?" Satria menaikkan alisnya bingung. NO NO NO... Leo dan Mark bagaimana ceritanya sih? Kenapa Kimberly ada disini. Dia bisa menjadi pengganggu honeymoon kalau gini ceritanya.

"Ah bilang aja kamu mau menjadi pengganggu honeymoon aku berdua." sindir Rachel tajam menatap penampilan Kimberly yang sangat seksi dengan mini dress tanpa tali.

"Hmm bisa jadi..." jawab Kimberly santai menggoda Rachel.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro