26 - BettyBoop
BettyBoop
Di rumah keluarga Satria.
Pagi itu terasa berbeda di dapur milik Rahma Raihana. Wanita yang masih terlihat cantik diusia tuanya itu begitu bahagia karena kehadiran sang menantu barunya yang mempunyai hobby yang sama dalam urusan masak-memasak.
Ia tidak lagi sendiri, hatinya begitu terhibur karena sekarang ada putrinya yang lain yaitu Rachel Arga Rahadi. Istri dari putranya Satria. Rahma memang sudah jatuh hati dengan pesona putri Sarah sejak lama. Sifatnya sangat mirip dengan Sarah dengan segala kepolosannya mampu membuat siapa saja yang kenal akan senang dan nyaman didekatnya.
"Cheel kamu nggak perlu bangun pagi-pagi untuk membantu mama di dapur. Pengantin baru pasti lelah setiap malamkan..." Rachel tersenyum kikuk dengan candaan sang mama mertua Rahma.
"Nggak masalah ma aku udah biasa di rumah yang mengurusi sarapan."
"Iya nggak apa-apa di kamu. Lain lagi sama versinya Satria." goda Rahma sekali lagi. Rachel hanya mengangkat bibir memasang senyum malu-malunya.
Ini sudah seminggu status Rachel sebagai menantu keluarga Sarha dan ia sangat bersyukur mempunyai mertua sebaik Rahma.
Bayangan mertua yang jahat dan penuh intimidasi sangat jauh dari kenyataan yang Rachel dapati. Rahma memang menganggap Rachel anak ia sendiri, terlebih Rachel adalah wanita yang mampu meluluhkan hati kaku putranya.
Rahma memang sangat khawatir dengan sifat kaku dan datar sang putra terhadap lain jenisnya. Satria begitu tertutup akan jalinan asmara dan saat ia tahu Satria menaruh hati dengan Rachel putri Biyan tanpa berfikir panjang ia sangat mendukungnya.
"Satria semalam pulang malam lagi?" Rachel mengangguk.
"Jam berapa Satria pulang aku nggak tahu ma, aku udah tidur duluan." Rahma mengelus pundak Rachel dengan lembut dan tulus.
"Sabar yah..Satria bilang sama mama dia sengaja lembur karena minggu depan mau berlibur sama kamu. Honeymoon.." Rachel mengangguk bahagia.
"Iya ma Satria udah bilang sama aku."
"Jadi berhubung kamunya lagi halangan ini kesempatan dia untuk memperpanjang lemburnya. Yah meskipun tetap saja dia bandel sama kamu." Rahma merapikan rambut Rachel sambil tertawa karena ia melihat tanda-tanda merah di sekitar leher Rachel.
"Ini pasti ulah Satria..." jangan ditanya wajah Rachel yang seketika bak kepiting rebus menahan malu karena ibu mertua memergoki hasil kreasi putranya.
Satria dan Rachel memang belum bisa melakukan ritual malam pertama yang sesungguhnya tetapi setiap malamnya jangan ditanya aksi Satria yang seperti mengabsen semua bagian lekuk tubuh sang istri sebagai daerah kepemilikannya. Setiap pagi sehabis mandi Rachel selalu kesusahan mencari baju untuk menutupi tanda stempel yang diberikan Satria di seluruh tubuhnya.
"Hihihi jangan malu sayang, mama dulu juga seperti kamu saat keluar kamar pasti susah mencari baju yang bisa menutupi ini." Rachel tersipu malu.
Awas Satriaaaaaa.... Aku maluuuuu.....
"Kamu panggilkan suamimu. Apa hari sabtu ini dia mau ke kantor juga? Kalau tidak kalian ke rumah kamu, mama dengar Oma Tiara sakit?" perintah Rahma dengan lembut.
"Iya oma kecapekan aja, diabetesnya sedikit naik. Mungkin makanan manisnya tidak terkontrol. Biasanya Achel selalu membuat jus untuk oma..." jawab Rachel lesu karena ia merasa kangen rumahnya.
"Mungkin oma kangen sama kamu Chel. Kamu kan cucu pertama dia yang menikah lebih dulu..." Rachel mengangguk.
"Chel..mama senang kamu bisa mengambil hati Satria yang kaku. Kamu harus sabar yah kalau dia terlalu mengatur atau galak. Sebenarnya itu bentuk dia sayang sama kamu. Anak mama yang satu itu dari kecil memang seperti itu." Rahma memberi nasihat.
"Mama bahagia pendamping yang dipilih Satria adalah kamu. Dari awal saat dia mencuri ciuman pertama kamu mama berharap kamu jodoh masa depan Satria. Ternyata doa mama terjawab." Rachel mengernyitkan keningnya bingung.
Ciuman pertama? Apa Satria mengatakan ciuman pertama kami sama mama?
"Kamu pasti tidak tahu kan?" goda Rahma membuat Rachel semakin menggeleng.
"Sebenarnya...." Rahma berniat memberitahukan rahasia putranya dimasa kecil.
"Pagiiiii...." Satria sudah berada di antara mereka dengan wajah melirik kearah sang mama. Satria sudah terlihat segar mengenakan kemeja biru tanpa jas, sepertinya hari ini Satria tetap pergi ke kantor batin Rachel saat melihat penampilan suamianya.
Ia menaikkan alisnya memberi signal kepada sang mama untuk tidak memberitahukan perihal ciuman pertama sesungguhnya.
"Putra mama sudah bangun..." Rahma menghampiri Satria dan mengedipkan matanya.
"Mama mau lihat papa yang sedang membaca koran di teras belakang. Oh iya putra mama sangat pintar ternyata yah membuat peta berwarna merah untuk istrinya..." Rahma pergi dengan tawa menggoda sementara Satria tersenyum bangga menatap Rachel yang malu mendengar godaan sang mama mertua.
"Kamu sih nggak dengerin permintaanku. Jangan ditempat yang terlihat meninggalkan jejak." Rachel menghampiri Satria lalu mencubit pinggang suaminya dan memperlihatkan lehernya yang bertanda merah. Satria menarik pinggang istrinya lalu memeluk dan tanpa pemberitahuan melumat bibir mungil yang sudah menjadi candu bagi dirinya.
"Kenapa kamu lagi-lagi tidur di kamar Lilah pendek?" Satria tetap memeluk erat sang istri. Ia tidak menghiraukan gerutuan istrinya perihal tanda merah yang ia ciptakan ditubuh Rachel.
"Aku masih belum terbiasa di kamar kita kalau kamu nggak ada. Lagipula Lilah juga selalu tidur malam, aku kan jadi punya teman." Rachel meraba dada Satria ia sudah sedikit hafal bagaiamana cara meredakan emosi suaminya yang luluh dengan sentuhannya.
"Jadi kamu lebih memilih sicerewet Lilah daripada aku?" sudah beberapa malam ini Satria selalu lembur dan pulang diatas jam sepuluh malam. Satria memang meminta Rachel untuk tidur terlebih dahulu dan tidak menunggunya.
Setiap ia memasuki kamar hanya kamar kosong yang ia lihat. Rachel selalu tertidur di kamar Dalilah dan dipastikan ia yang menggendong istrinya untuk pindah ke kamar mereka.
"Maaf yah aku mengambil lembur diwaktu yang tidak tepat. Aku janji kedepannya pasti akan pulang tepat waktu dan seluruh waktuku hanya untuk kamu." Satria selalu menyukai menyentuh wajah istrinya. Meraba dan membelai halus wajah manisnya.
"Iya aku nggak masalah selama alasan kamu untuk pekerjaan. Bukan main-main melihat pemandangan aneh-aneh." lirik Rachel penuh selidik.
"Pemandangan kamu aja aku belum tuntas. Ngapain cari yang lain pendek." Satria mengecup bibir Rachel sekilas.
"Kamu masih merah yah pendek? Lama bener. Ini sudah lebih dari satu minggu penyiksaan yang kamu berikan untukku pendek." Satria meremas bokong Rachel.
"Iya sabar yah cinta aku janji malam pertama kita kamu akan tidak tersiksa lagi." dengan berani Rachel melumat bibir Satria. Merekapun saling berpagut mesra tanpa perduli tempat.
"Hallo people ini di dapur yah bukan di kamar kalian. Menyebalkan kenapa aku harus melihat adegan remasan dan ciuman mesra di sini. Aku mau sarapan people..." cibir Dalilah sambil berkacak pinggang. Tetapi pasangan pengantin baru itu tetap berpelukan mesra tanpa perduli.
"Cheel jadi yah hari ini ajari aku bikin kue?" Dalilah duduk dan mengambil roti panggang keju buatan Rachel.
"Iya jadi tapi Marsha mau ikut. Dia juga mau belajar seperti kamu. Kalian berdua lagi ada niat apa sih? Kenapa sekarang mau belajar memasak?" Rachel memang menaruh curiga dengan kedua wanita itu. Dalilah dan Marsha terus mendekati dirinya untuk membantu dalam urusan dapur dan masak memasak.
"Makanya kamu jadi perempuan dari kecil tuh nurut kalau mama ajak kamu membantu di dapur. Sekarang aja minta les kilat. Achelku nggak boleh kelelahan mengurusi kalian berdua." Dalilah hanya mencibir dengan ocehan ibu tiri jadi-jadian milik dia seorang.
"Hari ini kamu kerja yah? Nanti pulangnya jemput aku yah di kafe." Satria mengangguk dan tetap memeluk Rachel.
"Hari ini aku setengah hari aja mau ke kantor kakak kamu. Mau bareng jalannnya sama aku pendek?" Satria menyentuhkan hidungnya dengan hidung Rachel lalu menyecap dengan lembut bibir istrinya.
Dalilah hanya menatap jengkel sepasang pengantin baru mengumbar kemesraannya selalu di hadapannya. Dalilah sangat tahu betapa sang kakak sangat perhatian dan sayang dengan Rachel. Sudah beberapa malam ia selalu tersenyum bahagia menatap sang kakak dengan lembut menggendong Rachel yang tertidur di kamarnya saat menunggu Satria pulang.
"Haduh kalau mau mesra-mesraan di kamar lah. Bikin mupeng aja sih!!!" Rachel melepaskan dekapan hangat Satria. Ia dengan lihainya sudah menyiapkan sarapan roti panggang dan kopi hitam untuk Satria. Tak lupa vitamin dan bekal cemilan untuk Satria. Bagai anak sekolah Satria tidak merasa risih atau malu. Ia merasa diperhatikan dan menikmati perhatian Rachel yang memang sudah menjadi kewajiban seorang istri mengurus suaminya.
"Aku bareng Dalilah.." Rachel duduk di samping Dalilah.
"Lil jadi gimana keputusannya? Siapa yang menikah lebih dulu. Kamu atau Marsha?" Dalilah terlihat lesuh memikirkannya.
"Aku sih nggak masalah Marsha lebih dulu tapi Mark tetap keras kepala maunya kami dulu." Rachel tertawa menggelengkan kepala.
"Kamu hebat yah berhasil menaklukan Mark untuk berkomitmen. Aku senang Lil karena Mark memilih kamu. Markona itu anti berkomitmen." Dalilah mengangguk dan tersenyum.
"Iya aku juga merasa tidak terbebani berhubungan dengan dia, hubungan kita mengalir begitu saja. Tapiii aku khawatir dengan si Kimberly sebenarnya." Dalilah berkata sepelan mungkin dihadapan Satria. Ia tahu Kimberly sempat mengganggu Satria dan memamfaatkan emosi Satria dihadapan Rachel.
"Kenapa lagi sama si sinting Lil? Apa dia ganggu Mark juga?" sungut Rachel sebal. Satria berusaha tidak menghiraukan perbincangan kedua wanita dihadapannya itu. Ia lebih memilih menikmati sarapan buatan sang istri.
"Kemarin dia datang lagi ke bengkel walaupun Mark tidak menghiraukan tapi tetap saja sebagai lelaki kalau terus-terusan dijejali dengan pemandangan sexy pasti terperdaya." Rachel mengangguk setuju dan menatap Satria dengan tatapan jengkel. Ia mengingat adegan ciuman antara suaminya dengan Kimberly. Satria yang sadar dengan tatapan istrinya hanya membalas menaikkan sebelah alisnya.
"Pendek.. Harus berapa kali aku bilang aku tidak akan terlena dengan Kimberly lagi. Aku bersumpah walaupun dia tidak berbusana di hadapanku dapat kupastikan suami mu ini tidak akan terlena." Rachel mengerucutkan bibirnya.
"Bohong masa sedikit nafsu nggak ada. Kakak terlalu membela diri." Dalilah berdiri dan bersiap-siap kabur dari hadapan Satria. Ia sudah sangat hafal sebentar lagi ibu tirinya pasti akan kembali marah.
"Hahaha aku mandi dulu Chel.." Satria menggerutu akan kelakuan adiknya yang selalu mengetes emosinya.
"Dasar Lilah, beraninya kamu memanasi kakak iparmu tanpa alasan yang jelas." Satria lalu menatap Rachel yang masih cemberut. Ia menarik tangan Rachel untuk berdiri dan duduk dipangkuannya. Satria menarik dagu Rachel agar mata mereka bertemu.
"Pendek kamu jangan berfikir yang aneh-aneh. Si sinting itu akan tertawa bahagia kalau kita bertengkar karena tingkah kamu begini. Lebih baik kamu memikirkan malam pertama kita yang selalu tertunda." bisik Satria meredahkan emosi istrinya.
"Kamu kapan pulang nanti?" Rachel lebih memilih mengalihkan pembicaraan yang lain. Satria tersenyum penuh kemenangan. Ia memeluk pinggang istrinya.
"Nanti kalau aku sudah selesai meeting dengan kakak mu aku kabari yah. Aku akan menjemput kamu di kafe." Rachel mengangguk. Ia mengecup kening Satria lalu hidung dan berakhir di bibir Satria.
"Ayo aku antar kamu ke mobil." Satria mendesah kecewa karena Rachel berdiri dari pangkuannya.
"Ah lagi-lagi kamu menyiksa aku pendek." mereka berjalan saling merangkul.
"Menyiksa apanya? Jelas-jelas setiap malam kamu menggerayangiku. Setiap aku bangun pasti aku ada di atasmu." bisik Rachel pelan penuh penekanan membuat Satria terkikik geli akan tingkahnya.
"Dulu aku suka tidur diatas dada papaku dan sekarang aku mau kamu juga melakukannya."
"Tapi kan aku berat suamikuu.." Rachel hanya menggelengkan kepalanya heran.
"Kamu semakin montok sekarang." bisik Satria menggoda. Rachel hanya tersipu malu karena ia sendiri sedikit kaget dengan perubahan beberapa bagian dilekuk tubuhnya yang bertambah berisi.
***
Di kantor Leo
"Pagiiii semua" Leo dan Satria menatap bersamaan akan kehadiran Mark di ujung pintu ruang kerja Leo. Siang itu mereka sudah menyelesaikan beberapa pekerjaan dan sedang duduk santai membicarakan ide-ide terbaru.
"Ngapain dia ke sini?" tiada hari tanpa aksi cuek Satria untuk Mark. Mereka lebih nyaman dengan interaksi yang renggang seperti ini daripada bersikap sopan satu sama lain.
"Aduh kakak ipar sambutannya selalu aja jutek." Mark berdiri menghampiri mereka dan duduk di samping Satria. Sementara Leo duduk di kursi kebesaran miliknya.
"Gue yang mengajak Mark ke sini karena ada sesuatu yang mau kita beritahukan dengan lo." Leo berbicara serius.
"Ada masalah apa? Oh jangan bilang ini masalah pernikahan kalian? Gue udah bilang tidak mau ikut campur apalagi jika berhubungan dengan oma-oma yang sangat energik itu. Dan satu lagi gue baru tahu kalau ada yang kegerebek di kamar pengantin yah?" Satria melirik ke wajah Leo yang dibalas tawa oleh Mark.
"Nggak main cantik dia kakak ipar." Leo melempar pulpen ke arah Mark. Satria ikut tertawa dengan Mark.
"Tapi jujur Tuan Leonardo kenapa kalian bisa di kamar itu?" selidik Satria sangat penasaran.
"Iya Le.. Bukankah kalian masih bertengkar sore itu? Kenapa jadi tiba-tiba kalian mau menikah?" Satria kembali mengangguk setuju dengan penjelasan Mark.
Leo hanya tersenyum penuh teka-teki jika mengingat malam itu. "Hmm.. Belum cukup umur kalian." seketika Satria dan Mark hanya mendesah kecewa.
"Ahh nggak asik lo. Apa Marsha yang merayu lo duluan?" Leo hanya melebarkan bibir dan mengangkat bahunya. Sungguh ekspresi yang membuat Satria jengkel.
"Tapi gue sangsi kalau Marsha yang memulai. Pasti lo kan yang berhasil meredam emosi Marsha?" Satria tetap penasaran dan lagi-lagi Leo hanya menggeleng sangat menyebalkan membuat dua pria di depannya sedikit tersulut emosinya.
"Udah Sat mereka pasangan ruwet. Ditanya aja selalu ruwet begini. Marsha juga sama. Entah siapa yang memulai...." Satria mengangguk. Mark menepuk pundak Satria.
"Sat ada yang mau kita bicarakan. Ini tentang Kimberly." Satria menyipitkan matanya bingung menatap Mark dan Leo.
"Ada apa? Kimberly?"
"Sebelumnya tolong jangan salahkan Om Ibra kalau selama ini lo nggak diberitahu." Leo memulai pembicaraan.
"Oke jadi gini kakak ipar. Kimberly itu selalu berniat mengacaukan hubungan gue dengan Dalilah. Dia selalu datang ke bengkel dengan tujuan urusan mobil tetapi gue tahu ada maksud terselubung." Satria mendengarkan walaupun ia masih belum tahu arah pembicaraannya.
"Terusss....?"
"Serius lo nggak tahu hubungan lo sama Kimberly?" Satria berdecak kesal dengan pertanyaan Leo.
"Apa Achel bicara yang aneh-aneh sama lo? Leo gue bersumpah kebodohan gue waktu itu adalah yang terakhir kalinya. Nggak akan pernah gue buat istri gue nangis karena wanita penggoda itu." bela Satria sejujur mungkin. Mark menepuk kembali pundak Satria.
"Bukan itu Sat maksud kita. Lo pasti belum tahu kan ibu nya Kimberly tuh istri pertama Om Ibra?" Satria melebarkan matanya ke arah Mark dan menggeleng.
"Dan juga sepupu Tante Rahma." Leo menimpali membuat Satria semakin terkejut dengan kenyataan masalalu orangtuanya.
"Oke ini rahasia kita bertiga. Karena misi ini harus kita yang selesaikan. Kita udah terlanjur tanda tangan kontrak dengan Fast Food Setiawan Rahmat." Satria hanya mengangguk dan menunggu penjelasan Leo dan Mark lebih dalam.
"Yang jelas Kimberly mungkin suruhan ibunya untuk mengganggu Dalilah dan lo Satria. Jangan harap dia bisa berhasil menghancurkan hubungan gue dan Dalilah. Dia mungkin berhasil menghancurkan pasangan ruwet di depan kita tapi tidak dengan gue." Satria melirik Leo.
"Kimberly teman dekat gue waktu dulu." jelas Leo dengan tawa mengakui kebodohan ia dimasa lalu.
"Gue nggak faham sama omongan lo. Oke tolong jelaskan semuanya tentang Kimberly..." Mark dan Leo mengangguk dan menjelaskan semuanya kepada Satria.
Ada rasa tidak percaya saat ia mengetahui masa lalu kedua orangtuanya. Ternyata ia adalah hasil perjuangan cinta yang begitu berliku. Tidak heran kedua orangtuanya sangat menghargai kebersamaan dan jarang sekali bertengkar bahkan Satria tidak pernah melihat kerenggangan diantara kedua orangtuanya.
"Ini rahasia kita dan ini misi kita Sat.. Gue harap lo bisa jaga rahasia ini dari siapapun sampai waktu yang tepat." Satria mengangguk dengan intruksi yang Mark sampaikan.
"Lo jangan salahin kedua orangtua lo karena merahasiakan ini. Mereka punya alasan tersendiri. Kita sebagai anak harus menerima tapi bukan berarti kita akan diam saja. Selama gue hidup nggak akan gue biarkan Dalilah jadi alat balas dendam untuk kesalahan dimasa lalu." Mark menjelaskan dengan sangat bijak. Leo dan Satria seketika saling menatap dan terkikik geli. Mereka berdiri lalu Satria menepuk pundak Mark. "Lagaknya Markona.."
"Markona sok serius ahh.." Leo dan Satria berjalan meninggalkan Mark yang merasa tidak didengarkan dengan hati jengkel.
"Sialan lo berdua. Tunggu mau kemana?" Mark mengejar kedua pria yang sudah hilang di ruang kerja Leo.
"Gue mau jemput istri gue yang lagi diganggu sama tunangan lo berdua. Nggak jelas maunya apa minta diajarin kursus memasak. Tolong urus mereka yah jangan ganggu rencana honeymoon gue berdua." mereka berjalan bertiga dengan gayanya masing-masing.
Satria yang mengenakan kemeja tangan panjang yang sudah dilipat sampai siku lengan, Leo masih berpakaian formal karena pagi tadi bertemu dengan tamu dikantornya. Sedangkan Mark memang anti berpakaian resmi ia lebih memilih memakai kaos berkerah dan celana pendek army.
Mereka bersiap menunggu mobil mobil masing-masing menuju Cafe Amor warisan Rachel dari sang mama Sarah.
"Lo belum belah kelinci Sat?" bisik Mark bertanya pada Satria yang dijawab dengan gelengan kepala pasrah. Mark tertawa geli.
"Tapi udah diabsen dong semuanya? Kelinci kecil berubah jadi montok." Mark menaikturunkan alisnya.
"Semua sudah diperiksa dan diberikan stempel pengesahan." Satria terkikik geli dengan kalimat yang ia ucapkan. Sejenak mereka sangat akur bercengkrama santai.
"Oh good lo berdua lagi ngebahas adik gue sialan." Leo melirik dengan sangat kesal karena ini pembicaraan yang sangat tabu bagi dia. Mereka membicarakan Rachel adik kecilnya.
"Oh kakak ipar, gue jadi mesum karena punya calon adik ipar kaya Markona nih.." Satria memiting kepala Mark dengan lengannya.
"Ah bilang aja lo nggak kuat tiap malam berdekatan dengan Achel tapi nggak bisa ditembus. Perjuangan lo berat brader buat belah kelinci." Mark terus menggoda Satria.
"Sabar brader mungkin emang waktunya pas lo berdua honeymoon. Ngomong-ngomong hadiah honeymoon yang lo kasih oke juga Mark awas yah pas gue nikah nggak dikasih juga." Leo hanya geleng-geleng kepala dengan kelakukan dua pria dewasa di hadapannya yang masih bergumul saling bersikutan.
"Gue kasih lo kado honeymoon juga asal gue sama Dalilah nikah duluan." Leo menggeleng.
"Gue sih mau ajah tapi, rayu sendiri kembaran lo tercinta. Gue bingung sekarang Marsha agresif tingkat dewa." Satria dan Mark masih tetap penasaran dengan kejadian malam itu saat Marsha dan Leo tertangkap basah oleh Rahma di kamar pengantin Satria.
"Jujur deh malam itu siapa yang memulai Le? Apa kembaran gue yang bertindak?" Satria dan Mark mengangguk menunggu jawaban Leo.
"Ada aja..." Leo lebih memilih pergi meninggalkan dua pria yang masih tetap penasaran.
"Dasar pasangan ruwet.." Mark menggerutu kesal. Karena Marsha juga separuh jiwanya. Ia merasa berhak tahu kisah mereka.
"Biarin Mark mungkin mereka masih malu. Mendingan lo urusin Dalilah yah jangan ganggu Achel setiap malam." jelas Mark Satria.
"Iya manusia kaku.." cibir Mark. Satria menuju mobil miliknya begitu juga dengan Mark. Mereka menuju tempat satu tujuan. Cafe Amor.
***
Di Cafe Amor.
Dua wanita ini terlihat serius menghias cupcake yang sedari tadi selalu gagal mereka buat. Rachel memijit pelipisnya lelah karena mengajari Marsha dan Dalilah yang tidak mahir menghias cupcake.
"Haduhh udah belum sih? Aku ada janji sama Satria mau dijemput." Rachel mengeluh kesal karena Marsha dan Dalilah terus saja meminta bantuan kepada dirinya.
"Sabar apa Chel nggak sabar bener mau ketemu suami tercinta. Kamu sih ngajarin kita nya nggak niat jadinya susah." Marsha terlihat kelelahan menghias cupcake yang hasilnya sangat tidak memuaskan.
"Kalian masih amatir tapi minta diajarin dengan tingkat kesulitan yang susah." Rachel berkacak pinggang. Marsha sedikit memicingkan matanya melihat bercak merah yang terlihat jelas di sekitar leher Rachel.
"Wow Tuan Muda Satria Sarha sepertinya benar-benar tidak mau menunggu sampai kamu bebas yah." Marsha meraba leher Rachel ia lalu menarik Rachel duduk.
"Chel kamu takut nggak Chel saat hari pertama kamu tidur satu kasur sama Satria?" tanya Marsha penasaran.
"Yang pasti nggak seperti yang dibayangkan seseram itu." Rachel menyikut Dalilah yang faham akan sindiran Rachel.
"Terus kamu bisa tidur pulas nggak Chel? Pasti Satria menggerayangi kamu yah? Penasaran aku saat malam pertama pengantin baru." Rachel dan Dalilah dibuat heran karena sikap Marsha yang sekarang menjadi lebih lepas dan tidak malu bertanya hal yang sepertinya aneh jika Marsha yang bertanya.
"Aku lebih penasaran malam kamu dan Leo yang ketahuan sama mamaku Sha." Rachel mengangguk setuju dengan Dalilah.
"Iya Sha apa kamu dan abang di luar batas malam itu?" Marsha hanya menggeleng.
"Ah ga seru kamu." Dalilah mendesah kecewa.
"Pasangan ruwet emang hobi ngajak ruwet memikirkan kejadian malam itu." Mark tiba-tiba datang disusul Leo dan Satria.
"Mark..." Dalilah merapikan wajah dan rambutnya yang terlihat berantakan tapi Mark segera mendekat dan membantu merapikan helaian rambut Dalilah.
"Abaaaang...." Rachel secepat kilat memeluk erat Leo sang kakak.
"Kamu sombong yah nggak mau ke rumah? Oma sepertinya kangen sama kamu. Mama dan papa juga." Leo mencium kening Rachel dengan sayang dan memeluk erat adik kesayangannya.
"Kamu udah selesai belum ayo kita pulang pendek." Satria tetaplah kaku dan selalu tanpa basi-basi. Ia lalu duduk dikursi ruangan itu.
"Sabarlah adik ipar, gue masih kangen sama adik gue." Rachel begitu manja memeluk Leo. Marsha duduk di samping Satria dan menyikut lengan Satria.
"Iya nih nggak sabar bener. Masih kurang puas yah?" Satria berbisik pelan ke telinga Marsha.
"Iya aku kurang puas karena kamarku dicuri sama kamu dan Leo." Marsha meninju lengan Satria. Pria disampingnya ini selalu saja menggoda perihal hubungannya dengan Leo.
"Mau tahu aja kamu." ketus Marsha.
"Pasti mau tahu lah kalian kan pasangan ruwet." Satria terus menggoda Marsha.
"Ini kue apa Lil?" Mark menatap ngeri dengan penampakan cupcake dan hiasan cream sugar yang sangat tidak enak dipandang.
"Ittuu.. Buatan Marsha hihihi." bela Dalilah dengan cengiran lucu membuat Mark tak tahan memeluk tunangannya tersayang.
"Buatan kamu itu Lilah." Marsha menghampiri Dalilah. Leo pun mengikuti Marsha ingin melihat hasil hiasan cupcake mereka.
"Yang mana buatan kamu Lil?" Dalilah berfikir apa yang akan dia jawab kepada tunangannya jika ia sama sekali tidak bisa membuat kue bahkan sangat gagal dalam urusan dapur.
"Ini..." Dalilah menunduk malu terlebih Mark cekikikan yang membuat Dalilah kecewa. Tetapi dengan secepat kilat Mark mengambil cupcake yang ditunjuk Dalilah dan langsung memakannya. Mark bahkan mengambil satu cupcake lagi dan melahapnya secepat kilat.
"Ini seperti kamu manis. Tampilan tidak masalah yang penting rasanya sayang. Sempurna seperti kamu." Dalilah tersenyum bahagia. Mark memang selalu bisa membuat hatinya nyaman.
"Buatan kamu yang mana Sha?" giliran Leo yang bertanya. Marsha menunjuk hasil hiasannya yang tak kalah ancurnya dari buatan Dalilah. Leo tertawa. Ia lalu membuka jasnya merapikan bajunya agar lebih leluasa membuat hiasan cupcake, ia kemudian mengambil hiasan cream untuk menghias sisa cupcake yang belum dihias.
Walaupun ia pria tetapi karena sang mama dan adik perempuannya Rachel suka sekali berurusan dengan hias menghias kue, Leo cukup mahir dalam urusan yang satu ini. Walaupun tidak ahli tapi ia cukup tahu dasar-dasar menghias kue karena ia sering mengganggu kegiatan Rachel jika sedang membuat aneka kue.
"Ayo kita hias cupcake ini." Leo menarik Marsha agar berada dalam rengkuhannya menghias bersama. Mark menatap sinis aksi Leo yang terlihat norak dimatanya.
"Modus terselubung nih si Tuan Leonardo. Gue juga bisa ayo Lil kita hias bersama." Mark dan Dalilahpun duduk berdampingan bermain menghias kue bersama.
Sementara sang empunya dapur pribadi terlihat kesal karena dapur kesayangannya dipakai oleh dua pasang yang sama sekali tidak diperlukan di dapur miliknya.
"Haduh kalian pulang sana jangan berantakin dapurku!!! Mau tutup." ocehan Rachel tidak didengarkan oleh keempat manusia yang sedang menikmati kemesraan lebih tepatnya. Menghias cupcake hanya alasan mereka bermesraan. Mark justru menghias pipi Dalilah dengan cream cheese.
"Pendek kamu buatkan aku cupcake nggak?" Rachel menghampiri Satria dan duduk di pangkuannya.
"Buat dong spesial buat kamu." Rachel membuka kotak dan terlihat cupcake dengan hiasan karakter bettyboop yang sangat lucu. Terlebih Rachel juga mengenakan apron bettyboop hadiah dari Satria. Istrinya terlihat sangat lucu dan imut.
"Bettyboop?" Rachel mengangguk lalu berbisik ditelinga suaminya.
"Tapi makannya nanti aja di kamar yah." Satria melirik penasaran dengan kata-kata istrinya yang menggoda tetapi jelas terlihat malu-malu saat Rachel mengatakannya. Dengan cepat Satria berdiri dan menarik Rachel keluar. "Ayo kita pulang."
Rachel menahan tangan Satria. "Dan meninggalkan dapurku sama mereka?" Rachel cemberut menatap keempat manusia didepannya yang dengan tidak tahu malunya menghias cupcake dan bermesraan serasa dunia milik mereka.
"Kalau dapur kamu terkena bom aku akan menggantinya yang baru pendek. Ayo kita pulang." Satria menarik Rachel paksa.
"Abang aku pulang yah." Leo menghampiri Rachel dan memeluk sayang.
"Kamu main ke rumah yah sebelum honeymoon." Rachel mengangguk mereka saling berpelukan meluapkan kerinduan yang mendalam.
"Ayo sudah cukup acara jalinan kasihnya. Baru satu minggu saja tingkah kalian terlalu berlebihan. Ayo pendek." Satria menarik Rachel dan mengambil kotak kue buatan sang istri.
"Kami pergi dulu yah." Satria menarik tangan Rachel.
"Awas yah kalau sampai dapurku kacau balau karena ulah kalian. Abang rapiin yah..!!!" mereka hanya mengangguk. Terlebih Mark dan Dalilah yang terlihat tidak perduli.
"Satriaa kita makan dulu yah di luar. Aku lapar.." Satria menyukai Rachel yang selalu manja dengan dirinya.
"Mau di bawah atau di restoran lain?" Rachel menggeleng.
"Maunya ditraktir kamu." jawab Rachel manja.
"Tapi jangan lama-lama yah makannya aku tidak sabar mau mencicipi cupcake bettyboop." bisik Satria penuh penekanan. Ini pernyataan ambigu. Rachel hanya diam tidak bereaksi karena sejujurnya ia sangat gugup menghadapi malam ini.
Di kamarnya Satria dan Rachel.
"Huffftt...." helaan nafas gugup sangat jelas terdengar ditengah sunyinya kamar mandi didalam ruang tidur Satria dan Rachel. Setelah makan malam diluar mereka pulang ke rumah dan sejenak bercengkrama dengan keluara Satria. Rachel sudah mulai terlihat akrab dengan Ibra sang ayah mertua. Terlebih dengan Nadira dan Fatah yang langsung menyukai Rachel yang mampu mengambil hati mereka.
Satria mandi terlebih dahulu saat Rachel masih duduk di ruang keluarga. Hingga malam tiba Rachel langsung masuk ke dalam kamar mandi dan hanya meminta Satria duduk disofa kamar dan membuka kotak kue berisi cupcake buatan dirinya dengan hiasan karakter cartoon bettyboop yang sexy dan menggoda.
"Haduh mudah-mudahn saran dari Mba Zara bisa aku jalankan. Tenang Achel kamu sudah seminggu tidur satu ranjang dengan Satria bahkan beberapa malam ini kamu terbangun hanya mengenakan celana dalam saja. Jangan panik Achel kamu bisa. Ini untuk kebahagiaan suamimu." Rachel berbicara sendiri menatap tampilannya di kaca kamar mandi.Ia menyemprotkan parfume kesukaan suaminya dibelakang telinganya. Walaupun tubuhnya masih segar dengan aroma sabun sensual miliknya tetapi ia ingin Satria mengingat malam ini spesial bagi dirinya.
Rachel keluar dengan jantung berdegup kencang. Kostum yang ia pakai memang lain dari bayangan malam pertama setiap pengantin baru. Ia memang mempunyai selusin lebih lingerie pemancing nafsu. Tetapi ia memang sudah berjanji akan memberikan jamuan yang berbeda untul Satria khusus malam ini.
Satria terlihat sedang asik duduk memainkan ponsel miliknya. Rachel tahu Satria sedang bermain game menyelidiki kasus pembunuhan. Rachel menganggukan kepalanya dan menghela nafas agar ia tidak gugup dan kembali demam panggung seminggu yang lalu.
"Eheemm..." Rachel berdehem dan memancing agar Satria menatap dirinya. Satria menaikan kepalanya menghadap tampilan Rachel. Ia menaikkan alisnya merasa heran dengan kostum yang Rachel kenakan malam ini.
Istrinya tidak mengenakan lingerie seksi miliknya tetapi istrinya memilih mengenakan apron mini bettyboop berwarna merah dengan belahan dada yang mengundang. Apron biasa Rachel pakai sebagai penunjang dirinya bercengkrama di dapur saat memasak dan sekarang Rachel ingin menggoda suaminya dengan berkostum apron dimalam hari? Jelas niat Rachel sangat berhasil, Satria sudah masuk jebakan pendeknya tersayang.
Mata itu tak lepas menatap tajam Rachel. Walaupun apron yang ia kenakan berbahan tebal tapi aura seksi terlihat nyata dihadapan Satria. Terlebih belahan dada Rachel sangat menantang. Mini apron bettyboop begitu pas ditubuh Rachel. Paha putih yang menangtang untuk siap dibelai tersaji dengan indah. Rachel dengan santainya menjepit rambutnya memperlihatkan leher jenjang dengan beberapa tanda merah yang masih jelas tertempel di sana.
Rachel berjalan mendekati Satria yang menahan nafas berderu memperhatikan pergerakan istrinya. Dengan gerakan menggoda Rachel mengambil satu cupcake bettyboop, uniknya Rachel mengambil cupcake dengan posisi membelakangi Satria. Jelas Satria melihat pemandangan belakang tubuh istrinya yang tak kalah seksinya.
Apron itu hanya menutupi tubuh bagian depan. Satria dapat melihat jika Rachel tidak memakai bra dan hanya mengenakan g-string merah yang menantang. Hanya pita hitam yang berhasil mengecoh pandangan Satria saat menatap lekuk tubuh sang istri yang sudah seminggu ini membuat ia tersiksa.
G-string? Satria berfikir jika Rachel sudah berani memakai itu berarti ia sudah tidak memakai pembalut wanita. Itu artinya...???
Secepat kilat Satria menarik Rachel duduk dipangkuannya. Posisi Rachel sudah terkurung dipangkuan Satria.
"Apa yang kamu lakukan pendek?" tanya Satria dengan deru nafas tertahan.
"A..Aku..Aku mau jadi master chef kamu malam ini." jawab Rachel segugup mungkin. Ia sangat gemetaran dengan aksi nekat yang ia lakukan malam ini. Kamu memancing manusia kaku menjadi buas malam ini Rachel. Satria justru terpesona dengan gaya nekat istrinya yang masih terlihat gugup dan jelas sangat demam panggung.
"Apa yang akan kamu sajikan malam ini untuk aku bettyboop?" Rachel memberikan cupcake yang ia pegang dan berniat menyuapi suaminya.
Dan malam itupun Satria berhasil menikmati manis rasa sang istri seutuhnya, walaupun suara berisik sang istri akan setiap pergerakan yang dilakukan Satria, tetapi semua terbayar ketika akhirnya mereka mencapai puncak kebahagiaan. Satria berjanji cintanya hanya untuk istri tersayang dengan segala sifat uniknya.
Aku mencintaimu Rachel..
***
bagi yg pernah baca dulu pasti sadar ada perubahan?
iya adegan malam pertamanya emang aku cut, hohoho
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro