Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23 - My Husband, My Hero

Masih dimalam yang sama, di rumah Satria.

Kedua pengantin sudah berada di rumah kediaman mempelai pria. Satria sudah sampai mengajak sang istri tinggal di rumah milik orang tuanya. Lelah mendera keduanya. Seharian ini mereka memang belum beristirahat dengan tenang.

"Racheeeel.." terlihat Dalilah yang sudah berganti pakaian santai menyambut penghuni baru rumah mereka.

"Lilaaahh..." Rachel memeluk erat adik iparnya.

"Papa mama belum sampai?" Satria terlihat bahagia berdiri di samping istri tersayangnya.

"Aku juga menunggu. Tadi aku pulang bareng oma. Karena opa sepertinya kelelahan kak." jawab Dalilah sambil merangkul Rachel yang sedang dilanda kegugupan akan menetap di rumah mertua.

"Ya sudah kamu tolong bantu Achel membersihkan diri di kamar. Aku mau melihat opa dulu. Kamu sama Lilah nggak apa-apa kan?" Satria berkata lembut dengan Rachel. Rachel mengangguk dan menerima tarikan Dalilah masuk ke dalam rumah mereka.

"Ayo kakak ipar aku antar kamu ke kamar Kakak. Oh salah kamar kalian hehehe.." Rachel merona merah.

Ia masih demam panggung karena hari ini statusnya telah berubah. Ia tidak lagi sendiri, sekarang ia telah menemukan belahan jiwanya. Setidaknya itu yang dia harapkan.

"Lil aku deg-degan nih.." Rachel menepuk dadanya.

"Aku ke kamar kamu aja dulu yah? Mandi di kamar kamu yah!" pinta Rachel setengah memohon. Dalilah tidak bisa menahan tawanya.

"Kamu tegang banget Chel.. Ya udah sambil nunggu kakak kita ke kamar aku aja yah. Nih kopernya bawa masuk ke kamar aku aja dulu." Dalilah tak bisa menahan tawa menatap Rachel yang terlihat tegang dan gelisah.

Dalilah menunggu Rachel membersihkan diri di kamar mandinya. Rachel tampak segar setelah selesai mandi. Seketika rasa lelah hilang karena siraman air membuat tubuhnya bugar kembali. Ia lalu mengeringkan rambut dan segera memakai parfume pilihan Satria.

Ia tampak fresh mengenakan baju tidur two pieces dengan tali spaghetti berwarna hijau muda berbahan satin berkilau. Khusus di bagian dadanya ditempelkan brukat sehingga terlihat jelas belahan dada Rachel yang menyembul menantang. Dengan wajah panik ia mendekati Dalilah.

"Lil pinjam sweater dong aku kedinginan.." pinta Rachel gelisah.

"Lah masa pakai sweater Chel? Sayang dong baju ini cantik banget malah di tutupin. Chel aset kamu oke juga sekarang." Rachel merona malu karena mata Dalilah menunjuk kedua payudaranya.

Baju-baju tidur yang ia bawa semua pilihan para oma nya hanya ini pemberian sang mama yang dirasa paling sopan.

"Kenapa nggak pakai lingerie? Aku dengar dari oma kamu udah punya stok lingerie dua kodi. Bener tuh?" goda Dalilah yang diangguki polos oleh Rachel.

"Haduh para oma itu niat banget ngurusin pernikahan aku Lil. Aku sampai bingung mau pakai baju-baju itu yang mana dulu." Dalilah memberikan sweater miliknya untuk dipakai Rachel.

"Nanti kakak marah loh kamu pakai sweater dimalam pertama. Oh aku lupa kamu lagi halangan. Berdoa aja kakak nggak bikin kehebohan." Dalilah mengedipkan matanya. Rachel menarik duduk Dalilah di ranjang.

"Maksud kamu apa?" tanya Rachel gugup.

"Kakak itu pria dewasa yang bisa dibilang haus akan belaian.." Rachel semakin menatap lekat Dalilah meminta penjelasan lebih masuk akal.

"Kamu tau kakak setiap hari dikasih jamu dan suplemen lainnya sama oma. Jelas efeknya berpengaruh bagi stamina dia sebagai pria dewasa menjadi perkasa." Rachel serius mendengarkan.

"Nah sangat disayangkan kamu kan lagi halangan. Pasti cobaan berat looh buat seorang suami." Rachel menganggukan kepala dan merasa sangat kecewa.

"Terus gimana Lil ini kan bukan kemauan aku." tanya Rachel polos. Dalilah semakin berniat mengerjai kakak iparnya yang sangat lugu.

Memang dari segi usia Dalilah lebih tua dua tahun dibanding Rachel, dan jangan lupakan sifat Dalilah yang selalu iseng dengan sang kakak. Kali ini dia juga ingin mengerjai kakak iparnya tersayang.

"Hmmm aku kenal kakakku. Dia pasti akan agresif sama miliknya. Kamu pernah nonton malam pertamanya Bella dan Edward?" Rachel mengangguk ngeri.

Siapa yang tidak tahu aksi Robert Pattinson di Twiligth : Breaking Dawn. Jelas ia sangat ingat kebrutalan Vampir ganteng tersebut dengan sang istri dimalam pertamanya. Bayangan hancurnya ranjang dan luka sana-sini Kristen Stewart mulai berputar di kepala Rachel.

"Kamu jangan bikin aku takut Lilaahh. Masa sih Satria akan kasar dan maksa aku." dalam hati Dalilah tertawa karena kakak iparnya sudah berhasil ia kerjai.

"Yah sudah kalau kamu nggak percaya. Kamu kan tahu sendiri galaknya kakak seperti apa dan tadi aja kamu udah hampir mau dibawa kabur. Pria dewasa punya kebutuhan yang nggak bisa ditunda." Dalilah menyipitkan matanya. Rachel semakin gelisah.

Dalilah dan Rachel menatap pintu kamar terbuka. Terlihat Satria sudah membersihkan dirinya. Rambut basahnya menjelaskan jika ia sudah mandi. Satria memakai celana pendek santai dan kaos berwarna abu-abu untuk tidur. Sambil tersenyum manis ia memasuki kamar sang adik.

"Lil kamu dicariin oma, opa minta tolong disuntikan insulin. Oh iya sepertinya mama dan papa menginap di luar. Papa menghubungi aku tadi kalau mereka berdua tidak jadi pulang." Satria mengerutkan dahinya menatap Rachel yang menggunakan sweater. Rachel segera menundukan kepalanya takut karena tatapan Satria.

"Ya sudah aku kebawah dulu. Chel aku tinggal yah." Dalilah menahan tawa karena menatap wajah super tegang Rachel. Ia pun segera keluar kamar.

"Vampirnya udah datang." celotehan Dalilah masih terdengar oleh Rachel yang membuat dirinya semakin tegang. Satria mendekati istrinya yang terduduk menundukan kepala di tepi ranjang.

"Hei pendek kenapa kamu mandi di sini? Kenapa nggak ke kamar kita?" tanya Satria yang juga duduk di samping Rachel.

"Nggak apa-apa tadi Dalilah yang bantuin aku lepasin aksesoris ini. Satriaaa, aku boleh minta tolong nggak?" tanya Rachel gugup.

"Pendekku tersayang mau minta tolong apa? Ini udah tengah malam loh." jawab Satria pelan setengah berbisik.

"Aku tidur sama Lilah aja yah di sini boleh nggak?" cicit Rachel sepelan mungkin. "APA..." tanpa sadar Satria berteriak kaget. Permintaan macam apa itu batin Satria berusaha menahan diri.

"Hmmmm..." Rachel semakin gugup dan menyatukan jari tangannya bermaksud menenangkan dirinya. Satria faham mungkin Rachel grogi atau takut dengan dirinya. Sipendek kenapa jadi grogi gini. Jangan-jangan ia dikerjai Lilah. Dasar mak lampir si Lilah awas saja jika benar.. Kasihan sipendek sampai tangannya pucat.

"Aku.. aku takut kamu menghancurkan ranjang.." cicit Rachel pelan. Rachel segera berdiri menghadap Satria yang sedikit kaget dengan alasan Rachel yang menggelikan.

"Kenapa kamu bisa berfikiran seperti itu?" Satria menarik tangan Rachel mendekat menghadapnya. Dapat ia rasakan dinginnya tangan Rachel.

"Dalilah bilang kamu punya kebutuhan yang nggak bisa ditunda. Aku sadar udah bikin kamu kecewa malam ini." Rachel berani menatap wajah Satria dengan raut wajah takut dan sedih yang sangat terlihat. Satria menggelengkan kepala.

"Dalilah itu lagi ngerjain kamu." Satria tiba-tiba berdiri dan mengangkat tubuh Rachel, menggendongnya dari depan membuat Rachel terkejut tapi ia tidak bisa menolak.

"Lingkarkan kaki kamu di pinggang aku." perintah Satria yang buru-buru dipatuhi Rachel.

"Aku takut Satria." cicit Rachel. Satria tertawa melihat istrinya ternyata sangat lugu dalam hal ini.

"Ada aku pendek kenapa harus takut..." Satria berjalan ke luar menuju kamar milik mereka berdua. Rachel menunduk gugup. Sangat gugup. Satria terkikik geli.

"Lihat wajah aku pendek." Rachel memberanikan diri menatap wajah Satria yang tersenyum tulus dengannya. Akhirnya Rachel berani melingkarkan kedua tangannya di leher Satria.

"Apa mataku membuat kamu takut?" Rachel menggeleng. Ia memang selalu suka mata sendu Satria yang mampu membuat ia nyaman dekat dengan Satria walaupun dalam keadaan marah sekalipun.

"Buka pintunya lalu kunci!" Rachel membuka pintu kamar dan menguncinya. Wajah Satria tidak lepas menatap wajah Rachel yang sangat gugup.

"Lihat kamar kita! Kamu suka?" Rachel menoleh ke arah ranjang dan seluruh ruangan bernuansa hijau dengan wajah berseri. Indah sangat indah batin Rachel berteriak.

"Iya kamu pintar milihnya." cicit Rachel terpesona. Satria mengecup lembut bibir Rachel.

"Kamu sekarang berisi pendek. Aku suka itu." bisik Satria di telinga Rachel membuat sekujur tubuhnya merinding. "Kamar ini mamaku yang desain loh. Aku hanya bilang kamu suka warna hijau." Satria masih membopong Rachel, sekarang ia berjalan menuju ranjang, dengan lembut ia merebahkan Rachel yang masih mengenakan sweater Dalilah ke ranjang indah tersebut. Dengan sabar Satria menyelimuti Rachel hingga pinggang dan mengusap lembut kening Rachel lalu mengecup sayang.

"Sekarang tidurlah kamu pasti kelelahan hari ini. Jangan berfikiran yang aneh-aneh, Dalilah itu senang mengerjaimu. Tidurlah." Rachel mengangguk. Satria pun berdiri, Rachel menahan tangannya.

"Kamu mau kemana?" tanya Rachel manja.

"Aku tidur di sofa aja. Sepertinya kamu masih takut atau risih sama aku yah? Aku nggak tega lihat wajah ketakutan kamu itu." mendengar penjelasan Satria, Rachel langsung setengah berdiri di ranjang sambil memegang tangan Satria untuk mendekat dan menghadap dirinya.

"NO NO NO Satria maafin aku. Kamu jangan tinggalin aku. Maaf tadi aku masih gugup. Selama ini aku biasa tidur sendiri. Please Satria jangan salah sangka yah. Sekarang kamu tidur di sini yah. Jangan di sofa. Yah yah yah?!?" Rachel berbicara sambil menggelengkan kepala dengan panik.

"Yakin mau seranjang sama aku?" Satria memang sengaja membuat Rachel nyaman terlebih dahulu.

"Iya yakin karena kamu sekarang suamiku." jawab Rachel sedikit manja. Sipendek mulai kembali.

"Oke kalau begitu ini dilepas." dengan berani Satria menarik sweater yang terlihat menyebalkan dimata Satria. Sweater itu ditarik naik ke atas kepalanya. Tangan Rachel otomatis terangkat ke atas dan dengan santainya Satria melempar bahan sialan itu ke lantai.

"Nah begini lebih cocok istriku.." wajah Rachel merona merah karena Satria menatap lekat dirinya tanpa kedip.

Jelas tanpa kedip karena di di depannya terpampang kulit putih bersih Rachel. Pundak putih itu terlihat memanggil Satria untuk segera disentuh, belum lagi aset Rachel yang ukurannya bertambah karena ulah para omanya.

"Kamu sangat indah.." Satria mengelus pipi lembut Rachel.

"Ayo istirahat.." Rachel berbaring terlebih dahulu sementara Satria mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur. Suasana berubah remang terkesan romantis dan intim.

"Kamu mau minum?" Rachel mengangguk. Satria memberikan segelas air yang disediakan di nakas di samping ranjang. Setelah Rachel minum Satria menghabiskan sisa minuman Rachel tanpa sisa.

Saat Satria sudah terbaring di samping Rachel dengan secepat kilat ia menarik tubuh Rachel berada dia tasnya. Rachel sangat terkejut tapi lagi-lagi ia melihat senyum manis Satria yang menenangkan gelisah dalam dirinya.

Satria merengkuh pinggang Rachel dan membelai pelan. Ia tertawa karena merasakan debaran jantung Rachel yang berdetak kencang di dadanya.

"Saat aku kecil aku paling suka berada di dada papaku. Membuat aku merasa tenang dan nyaman." bisik Satria.

"Kamu kenapa tegang banget pendek? Hei aku nggak akan makan kamu. Paling icip-icip dikit hihihihi.." Rachel menjadi salah tingkah sendiri.

"Aku juga bingung jadi demam panggung gini. Padahal aku kalau ketemu kamu biasanya langsung peluk kamu nggak grogi." jelas Rachel jujur.

"Ini juga yang pertama bagiku. Kita sama-sama awam tentang berumah tangga. Gimana kalau kita bikin perjanjian?" Rachel melipat kedua tangannya dan menjadikan bantalan untuk kepalanya. Wajahnya tepat diwajah Satria.

Keduanya dapat merasakan hembusan nafas beraroma mint yang menyeruak di sekitar mereka.

"Perjanjian apa? Kamu mau bikin perjanjian kontrak nikah beberapa bulan aja gitu terus kita cerai. Mirip banget  cerita-cerita yang aku baca.." Rachel mulai nyaman dengan keadaan.

"Kamu nih mikirnya kejauhan dari tadi. Ini perjanjian sehidup semati pendek. " dengan sengaja Satria meremas bokong Rachel yang menurut dia menganggur meminta disentuh.

"Sehidup semati?" Satria mengangguk kali ini tangannya sudah berpindah menyelipkan rambut Rachel yang masih sedikit basah.

"Iya pendek. Pertama, janji sama aku jangan pernah berbohong sekecil apapun itu masalahnya sama aku. Begitu juga dengan aku. Kamu tahu kan aku anti orang yang tidak jujur." Rachel mengangguk. Ia sangat tahu suaminya ini anti kebohongan.

"Kedua, semua masalah yang menimpa rumah tangga kita usahakan kita berdua yang menyelesaikannya. Aku nggak mau ada pihak ketiga, empat, bahkan delapan ikut campur." jelas Satria tegas.

"Kalau aku salah kamu bisa kasih tahu aku langsung." Rachel tersenyum ternyata suaminya orang yang mempunyai prinsip.

"Ketiga, aku nggak maksa kamu untuk jadi ibu rumah tangga full setiap detiknya. Kamu bebas urus kafe kamu tapi jangan dijadikan prioritas utama. Karena prioritas utama kamu adalah aku." Rachel menyentuh dada Satria.

"aKfe kamu jadikan selingan aja yah. Toh kebutuhan kamu sekarang tanggung jawab aku. Aku yang akan penuhi nafkah kamu dan aku minta dengan sangat kamu wajib membalasnya dengan kasih sayang kamu sebagai istri yang mencintai suaminya tanpa batas." Rachel mengangguk setuju.

"Sebenarnya aku sangat benci jika kamu selalu dekat dengan oven. Aku sedih lihat tangan kamu yang terluka. Aku takut oven itu meledak dan membakar kamu hidup-hidup." dengan berani Rachel bergerak mendekati bibir Satria. Dengan pelan ia menyapu bibir suaminya. Ia mulai tahu cara meredahkan emosi Satria.

"Kamu terlalu paranoid, tapi aku janji akan berhati-hati selalu." Rachel turun lagi ke dada Satria.

"Aku juga mau jika kita ada masalah sebisa mungkin sebelum kita tidur masalah itu selesai. Mudah-mudahan kamu tidak bosan dengan sikap aku yang terkadang galak dan temperament." Satria memeluk erat tubuh Rachel.

"Justru aku suka kamu karena kamu galak Satriaa.." Rachel mulai menggesekan tubuhnya membuat Satria sedikit terpancing. Oh ia pria normal yang bisa terpancing hanya dengan gesekan.

"Terakhir, keturunan. Aku mau punya anak yang banyak sama kamu. Selusin dirasa cukup. " Satria membalikan tubuh Rachel berada di bawah tindihannya.

"Satriaaa...aku kan sedang." Rachel belum selesai berbicara tapi Satria sudah merebahkan kepalanya dicekungan leher Rachel. Membuat Rachel sedikit risih karena hembusan nafas Satria begitu menggoda.

"Iya aku tahu.. Ini cobaan terberat dalam hidup aku." Rachel teringat wejangan yang diberikan para senior yang ia kenal. Saat Rachel sedang di dandani untuk akad nikah.

----------------

"Chel oma harap kamu bisa nurut sama kemauan Mantu jika nanti malam dia minta dipuaskan." Hani menatap Rachel dari balik kaca.

"Iya kalau dia bosan main atas kamu bisa puaskan dia dengan mulut kamu." Tiara berbicara terus terang tanpa malu. Penata rias yang berada di samping mereka hanya terkekeh geli.

"Haduh omaa apaan sihh.." Rachel risih mendengar ocehan Tiara.

"Mama, kasihan Rachel jadi tegang. Nih minum dulu. Perut kamu masih sakit? Mama sudah siapkan baju buat nanti malam loohh" Sarah membawa air hangat untuk Rachel sambil mengedipkan matanya.

"Iya jangan tegang yah, nanti malam jalanin aja walaupun Satria nggak bisa bobol gawang hahahah.." kali ini giliran Livi yang menggoda Rachel.

"Kamu bener Livi untuk malam ini Mantu main catur ajar mikirin kapan gawangnya kebobolan. Hahahah" Tiara menimpali.

"Udah jangan dibikin pusing. Biar belum bisa dibobol tapi kan dapet umpan-umpan cemerlang dari Satria. Mbak yakin nanti juga ketagihan sama umpan-umpan itu hihihihi..."

"Haduh mbak Zara jangan ikut-ikutan yang lain deh semua pada ngeres pikirannya.." Rachel terlihat kesal dengan para kaum ibu-ibu yang mengitari dirinya.

"Tahu nih nggak tahu apa kalau kita masih suci dengan hal yang beginian." Marsha yang sudah rapi berdandan disampingnya pun hanya bisa menutup telinga mendengar ocehan mesum para wanita yang sudah menikah.

------------

Rachel tertawa sendiri mengingat ocehan ngeres para wanita berstatus istri itu tadi pagi saat sedang berdandan.

"Satttt..." Rachel mengelus Rambut Satria yang sedang memejamkan matanya. "Hhmmm..." Satria menghirup feromon Rachel yang membuat ia bergairah.

"Kamu maafkan aku yah karena nggak bisa kasih yang terbaik malam ini. Jika kamu mau aku mau buka baju untuk kamu?" cicit Rachel menahan malu. Satria terlonjak kaget menatap wajah merah sang istri.

"Dipegang boleh nggak?" tanya Satria menggoda sambil memegang dan meremas pelan satu payudara Rachel yang sangat menggoda Satria dari awal.

"Boleh tapi jangan keras-keras, aku masih kebas karena pengaruh mens." jawab Rachel malu-malu. Satria mengecup satu payudara Rachel yang menyembul keluar.

Tubuh Rachel menegang kaku karena sentuhan yang baru pertama kali ia rasakan. Ia belum perna disentuh intim seperti ini oleh siapapun selama ia hidup selama 22 tahun. Ini pengalaman pertama dalam hidupnya.

"Jangan tegang pendek." Satria mengecupi dada Rachel sampai leher dan berakhir di bibir cantik Rachel. Ia melumat penuh hasrat dan Rachel membalas dengan membuka mulutnya agar Satria bisa membagi keintiman dikedua lidah mereka.

Tangan Satria mengelus perut rata Rachel menarik keatas baju tidur Rachel dan dengan sukarela Rachel sedikit menaikan kepalanya lalu mengangkat kedua tangannya keatas agar Satria lebih mudah membuka baju tidur Rachel.

"Kamu nggak butuh ini." Satria melempar asal baju atasan milik Rachel.

Rachel seketika langsung tersadar jika ia tidak memakai bra, dengan panik ia menarik tubuh Satria untuk dijadikan penutup dada dirinya. Satria terkekeh geli.

"Satria nanti kamu kebablasan. Aku nggak mau kamu jadi tersiksa." Rachel berdalih menahan malu.

"Iya aku tahu ko, aku cuma mau berkenalan sama tubuh istriku tersayang. Kamu nggak perlu malu lagi." Satria merebahkan dirinya disamping Rachel ia menopang kepalanya dengan tangan kirinya sambil menatap Rachel yang sedang menggigit bibirnya dan merapatkan dirinya ke dada Satria.

"Kalau kamu menempel begini justru aku yang tersiksa pendek." Rachel terkikik geli.

"Aku nggak menyangka hubungan aku sama kamu bisa sampai ditahap ini. Suami istri." Satria mendengarkan Rachel sambil mengelus pelan pinggang telanjang Rachel. Malam ini benar-benar ujian berat bagi Satria.

"Kamu janji yah akan selalu sayang dan cinta sama aku." Satria mengangguk.

"Achel kamu seharian ini aneh banget, terlebih saat resepsi. Kamu kira aku tidak tahu kamu terus melihat ke arah celana." goda Satria terkikik geli. Rachel menutup wajahnya malu.

"Dalilah sialan dia selalu menakuti aku tentang kamu. Arrggh sebal..udah aku mau tidur aja kalau kamu nggak mau." ketus Rachel menarik selimut dan memunggungi Satria. Sejujurnya ia menahan malu.

"Maafin aku pendek." Satria membuka bajunya lalu membalikan tubuh Rachel dan memeluknya erat.

"Ayo kita tidur. Sudah kamu jangan terlalu berfikiran mesum pendek." goda Satria, Rachel menelusupkan wajahnya ke dada Satria.

"Ini semua gara-gara oma dan semuanya. Dari kemarin aku dicuci otak mengenai malam pertama dan semua membuatku tertekan. Mungkin karena itu datang bulanku lebih cepat, maafkan aku." Rachel bergumam sedih.

"Aku menikah bukan hanya untuk nafsu saja pendek. Aku ingin mencapai masa depanku dengan kamu lalu menjalani sisa hidupku juga dengan kamu. Sekarang tidur dan jangan merasa bersalah." Satria memeluk erat Rachel.

"Dasar genit kamu pendek." Rachel tertawa. Ia memeluk erat tubuh Satria. Menghirup aroma menenangkan dirinya. Dia tidak menyangka malam pertama yang ia kira begitu menegangkan ternyata mengalir begitu saja. Tanpa tekanan yang berarti.

Rachel terkikik geli di dada Satria.  "Lagi mikirin apa pendek?" Satria berusaha sekuat tenaga meredam gairahnya. Rachel mendongak dan tersenyum manis.

"Aku mencintaimu suamiku, my hero." tanpa pemberitahuan Satria langsung melumat habis bibir Rachel. Pergumulan panas antara bibir mereka begitu sarat akan gairah.

Drt.. Drt.. Drt..

Drt.. Drt.. Drt..

Rachel melepaskan pertautan bibir mereka. "Angkat dulu." Dengan deru nafas tersengal dan wajah kesal Satria mengambil ponselnya, ia tetap memeluk Rachel di sisinya.

Drt.. Drt.. Drt.. Mark

"Nggak ada waktu apa lo ganggu gue Mark.." ketus Satria super jengkel tanpa perlu basa basi. "Tenang brader, berhasil belah kelinci belum?" Mark terdengar menyebalkan.

"Mau apa lo ganggu gue?" ketus Satria.

"Gue nggak bisa hubungin Dalilah, panggilin dong gue udah di depan pagar rumah lo. Kita janji mau lihat sunrise." Satria menahan nafasnya. Demi apapun Mark sangat menyebalkan, hati Satria ingin berteriak. Beruntung Rachel mengusap dadanya.

"Ayolah atau foto itu gue kirim ke istri lo yah? Atau ke Mama Sarah dan Papa Biyan, atau para omaa.." cerocos Mark dengan gaya yang sangat menyebalkan.

"Iya iya tunggu..." Satria menutup telephonenya frustasi. Ia berdiri dan memakai bajunya.

"Tunggu di sini aku mau bangunin Dalilah mereka mau lihat sunrise, dasar pasangan norak." Rachel tertawa menatap kepergian Satria keluar kamar sambil menggerutu.

Tak lama Satria pun masuk kembali dengan wajah masih menggerutu ia berbaring dan langsung memeluk Rachel erat. "Pasangan yang sangat norak. Mau lihat sunrise harus ke pantai dulu, di balkon kamar juga bisa dilihat. Mengganggu. Ayo tidur pendekku sayang." Rachel mengangguk dan menerima usapan lembut dipunggung oleh sang suami. Mereka berusaha memejamkan matanya.

Drt... Drt... Drt...

Drt... Drt... Drt...

Drt... Drt... Drt...

Drt... Drt... Drt...

"Haduhh Markona maunya apa sih?" Satria mengambil ponselnya begitu juga dengan Rachel karena ponselnya juga berbunyi. Satria menatap nama di ponselnya Marsha. Sedangkan Rachel melihat nama diponselnya Abang Leo.

"Marsha..?"

"Abang Leo..?" Mereka saling menatap dan sama-sama mengerutkan dahinya. Ada keperluan apa jam segini mereka berdua menghubungi pasangan pengantin baru?

"Udah nggak usah diangkat mereka juga pasti memaklumi." Satria mengambil ponsel Rachel dan menonaktifkan begitu juga dengan ponselnya.

"Ayo kita tidur istriku. Wanita pendek tercantik yang sangat aku cintai.." goda Satria sambil mengecup kening Rachel tulus.

"Aku juga sangat mencintaimu my husband, my hero." Rachel justru lebih berani. Ia melumat bibir Satria sediki nafsu.

"Pendek jangan iseng!!! Kamu bisa membangunkan satria junior." Satria memeluk Rachel erat layaknya guling.

"Ahh aku gak bisa nafas." Satria tertawa, ini akan menyenangkan setiap malam aku punya guling hidup batin Satria mengucap syukur.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro