22 - Pencuri Kamar Pengantin
Di gedung acara pernikahan.
Bahagia.
Entah harus dijabarkan dengan kata-kata seperti apa perasaan Satria saat ini. Akhirnya ia memiliki seorang istri. Rachel Arga Rahadi. Istri yang akan menemani dia dalam suka dan duka. Istri yang ia pilih karena hatinya yang telah yakin akan pilihannya sendiri. Istri yang ia pilih berdasarkan cinta. Istri yang ia pilih atas nama hati. Bukan karena perjodohan ruwet dari sang oma. Bukan karena pilihan seseorang.
Ia memilih sendiri. Ia memilih karena prinsipnya terbuka untuk seorang yang ia yakini menjadi teman hidupnya kelak sampai selamanya. Sekali lagi dialah Rachel Arga Rahadi. Wanita yang mampu meluluhlantahkan hati Satria.
Wanita yang mampu masuk tanpa permisi ke hati beku Satria. Wanita yang mampu singgah di tempat terpencil di hati Satria tanpa bisa terdekteksi. Wanita yang mampu mengacak hati Satria agar bisa bekerja sama merapikan hati masing-masing menjadi satu kesatuan yang utuh. Utuh atas nama cinta.
Tiga jam yang lalu Rachel telah resmi berstatus menjadi Nyonya Satria Sarha. Acara yang berlangsung tertutup hanya untuk kerabat terdekat terlihat sakral dan suasana hikmat sangat terasa. Satria memberikan mas kawin seperangkat alat shalat dan uang sebanyak 27.000.022 Rupiah. Artinya perbedaan usia mereka. Satria berusia 27 tahun sedangkan Rachel berusia 22 tahun. Terpaut lima tahun bukan menjadi halangan. Toh Sarah dan Biyan orang tua Rachel terpaut dua kali lipat lebih tua dari jarak mereka.
Acara sakral pernikahan berlangsung di gedung tempat mereka akan melangsungkan resepsi nanti malam. Proses ijab kabul sukses terselenggara. Tak lupa keluarga Satria membawakan seserahan untuk Rachel sebagai ungkapan pengenalan dia menjadi anggota baru keluarga Sarha.
Sekarang seluruh keluarga telah bersiap-siap diri melanjutkan acara resepsi yang digelar hall gedung tersebut. Lebih dari 3000 undangan disebar untuk kebahagiaan kedua mempelai. Kedua keluarga memang dikenal mempunyai relasi dan teman yang banyak.
Tidak heran kedua mempelai menyerahkan semua kepada keluarga besar. Satria dan Rachel ingin membagi kebahagiaan kepada keluarganya juga.
"Satriaaa..." tegur Rachel malu-malu, saat ini mereka hanya berdua di kamar pengantin. Semenjak dipertemukan setelah Satria menyelesaikan ijab kabul, Satria sangat terpesona dengan penampilan Rachel yang sangat berbeda.
Ia mengenakan kebaya berwarna putih dipadu kain songket warna hijau muda. Terlihat jelas tubuh Rachel sangat berisi ditambah keindahan desain kebaya yang semakin memperjelas lekuk tubuh Rach menjadi proposional.
Setelah ijab kabul Rachel menghampiri Satria. Dengan lembut Satria mengecup kening Rachel setelah sang istri mencium tangannya. Acara selanjutnya sembah sungkem kepada keluarga dan orangtua. Ada tangis bahagia di sana khususnya Sarah dan Biyan yang terharu putri kesayangannya sudah berstatus istri orang.
"Satria tolongin aku." Rachel merajuk meminta bantuan Satria yang hanya terdiam menatap lekat penampilan sang istri. Benar yang dikatakan semua orang jika sipendek berubah montok. Dia istriku. Sipendek montok ini istriku.
"Satriaaa..." teriak Rachel tidak sabar melihat suaminya hanya diam mematung menatap dirinya. Mereka memang sekarang berada di kamar pengantin yang disediakan gedung. Sebentar lagi mereka akan segera bersiap-siap merapikan diri untuk acara resepsi.
"Iya istriku galak amat sama suaminya." goda Satria mendekati Rachel yang masih memakai kebaya. Satria sudah tidak mengenakan baju nikahnya. Ia sudah melepas atribut itu, hanya tersisa kemeja putih yang terlihat keluar dari celananya. Batin Rachel berteriak suaminya sangat tampan.
"Lagian dari tadi cuma bengong aja liatin aku. Bukannya disamperin.." Rachel semakin berdebar karena ini pertama kalinya mereka bertemu kembali dengan status terbaru. Suami istri. Satria sekarang berada di depan Rachel dengan senyum merekah. Rachel menundukan kepala.
"Kenapa nunduk? Tadi aja teriak suruh deketin." Satria menarik tubuh Rachel dalam pelukannya.
"Kamu ngapain aja pendek?Kenapa sekarang berubah jadi montok bin bahenol gini." Satria dapat melihat bentuk kedua payudara istrinya yang sangat sintal. Dan bokong itu? Batin Satria berkata mesum dengan perubahan Rachel yang sangat berisi.
"Oma-oma kita kan niat banget nikahin kita. Jadinya aku dirawat ala mereka." Rachel mendongak menatap wajah suaminya yang sedang tersenyum tidak jelas. Entah apa yang dipikirkan Satria.
"Nggak sia-sia dong nenek-nenek rempong itu jadi panitia super rusuh buat pernikahan kita." Rachel terkikik geli. Satria terus memandangi Rachel tanpa kedip.
"Abis ini kamu mau ngapain?" tanya Satria lembut.
"Mau siap-siap kan ada yang mau dandanin aku buat entar malam." Satria meraba punggung Rachel perlahan turun ke bongkahan bokong sexy Rachel, dengan sengaja ia menelusup ke dalam panjangnya kebaya istrinya.
Sambil terus menatap wajah Rachel Satria meremas bokong yang sedari tadi menjadi fokus dirinya. Rachel melenguh malu. "Apa sebaiknya kita pergi aja dari sini biar Mark dan Dalilah yang mengambil alih?" Satria tersenyum licik.
"Apa? Enak aja lo nimpahin masalah ke gue terus. Gue kapok berurusan sama panitia rusuh bin rempong." Mark tiba-tiba datang dan menyambar omongan niat licik pengantin pria. Mark datang dengan Leo, Dalilah dan Marsha.
"Ngapain pada ke sini ganggu aja kedua mempelai lagi pendekatan?" tanya Satria jengkel.
"Dasar, ini perintah panitia rusuh. Kedua pengantin harus dipisahkan berdandan. Dikhawatirkan terjadi hal di luar rencana." jelas Mark sok tahu.
"Iya untung aja kita ke sini kalau nggak kedua mempelai kabur." Marsha menyikut Rachel yang masih berada dalam pelukan Satria.
"Haduh kakak jadi perangkonya nanti aja. Masih sore. Resepsi aja belum berlangsung." Dalilah menarik lengan Satria. Namun tetap tidak terlepas pelukan di pinggang Rachel.
"Iya lagian Achel lagi perboden hahaha ayo brader lo di kamar sebelah sama gue dan Mark." Leo menarik Satria dari lingkaran pinggang Rachel.
"Ganggu ajah." Leo dan Mark menarik Satria keluar ruangan.
"Udah ayo masih banyak waktu brader.." Leo merangkul adik iparnya.
"Tunggu.." Satria kembali menghampiri Rachel tanpa malu ia menangkup kedua pipi Rachel. Satria melumat lembut bibir mungil Rachel di hadapan semua orang.
"Daritadi aku belum menyapa bibir kamu." Rachel merona malu.
"Ooo mataku sudah tidak suci lagi.." Mark mendramatisir keadaan.
"Haduh Tuan Satria ini bisa romantis juga yah." Marsha menggoda Satria.
"Namanya juga the king of sosor, ayo deh kakak brader kita dari pada nanti ada yang bangun." Satria hanya memasang cengiran imut.
"Udah sana deh kak.." Dalilah mendorong Satria.
"Kalau dipikir-pikir lucu juga yah diantara kita berenam yang menikah duluan yang tertua dan termuda." pernyataan Leo membuat Marsha melirik malu. Ia jadi teringat aksi ia yang sangat frontal menculik Leo untuk pergi kencan.
Semenjak seminggu yang lalu Marsha semakin berfikir jika dia yakin sudah mencintai Leo sepenuh hati. Ia berjanji akan terus berjuang jika Leo sudah mulai pesimis akan hubungan mereka.
"Makanya dikit lagi yang paling pacaran terlama deh yang menyusul." Satria menyenggol lengan Marsha.
"Udah ayo Mantu kita keluar." Leo menarik tubuh Satria yang sedang cekikikan menggoda pasangan malu-malu tersebut.
"Dasar oma-oma aneh bener pemikirannya. Tau aja gue mau bawa kabur Rachel.." Satria bergumam kecewa.
"Gue sih mau kawin lari kalau panitia rusuh jadi team sukses kawinan gue." Mark berjalan di belakang Leo dan Satria. Merekapun menghilang dari balik pintu.
"Racheeel...." Dalilah dan Marsha memeluk erat tubuh Rachel.
"Haduh aku tegang nih acara nanti lancar nggak yah?" Rachel menepuk dadanya cemas.
"Yang udah pasti nggak lancar sih malam pertama kamu Chel. " Dalilah menggoda kakak iparnya.
"Satria gimana Lil? Pasti kecewa yah karena aku berhalangan." ada nada sedih dalam diri Rachel. Marsha menarik Rachel untuk duduk di ranjang bersama dia.
"Jangan mikirin yang aneh-aneh Chel.. Menikah itu bukan hanya untuk malam pertama. Satria pasti memaklumi. Sekarang pasang wajah bahagia karena ini hari kamu sayang." Rachel mengangguk.
"Iya Chel kamu cantik sekali. Kakak terlihat bahagia. Aku seneng akhirnya kakak yang punya sifat kaku dan dingin bisa luluh sama kamu Chel. Aku sayang kamu." Dalilah memeluk Rachel erat.
"Para orang tua dimana?"
"Haduh di kamar masing-masing. Mereka semua sedang bersiap-siap juga. Aku senang kesehatan opa semakin membaik karena pernikahan kakak." Dalilah merebahkan dirinya di ranjang.
"Iya mudah-mudahan pernikahan aku bisa terus langgeng sampai maut memisahkan." Marsha mengangguk.
"Tapi Chel hmm mendingan kamu jaga jarak dulu deh sama kakak sampai acara selesai." Rachel terlihat bingung dengan ide adik iparnya.
"Kenapa?" tanya Rachel heran.
"Haduh kamu nggak sadar kakak bergairah banget ketemu kamu. Bayangin aja Chel tiap hari kakak juga dicekoki jamu dan ramuan-ramuan sama oma. Biar perkasa." jelas Dalilah yang masih dalam posisi tiduran.
"Terus apa hubungannya?" kali ini Marsha yang penasaran.
"Tadi aja kakak nggak bisa lepas, nempel terus. Chel nanti lama-lama kakak bisa bangun loh. Oh nggak kebayang deh lagi salam-salaman tiba-tiba kakak malah malu-maluin.." jelas Dalilah setengah menggoda.
"Ah kamu ni asal." sanggah Rachel setengah percaya. Bener nggak yah? Tadi aja Satria berani megang dan remas bokong aku. Dalilah sialan aku kan jadi kepikiran.
"Racheeel." Zahara datang dengan makeup artist yang akan mendandani Rachel untuk acara resepsi.
"Ayo kamu bersihkan dulu tubuh kamu. Kan mau dibuat seperti Princess malam ini." Zahara membantu Rachel membuka sanggulan dan baju kebaya. Dalilah pun ikut membantu.
"Sha tadi kamu dipanggil Ti Sarah tuh.." Marsha mengangguk.
"Iya mbak aku keluar dulu." Marsha keluar dari kamar itu dengan wajah berseri. Ia mulai memikirkan kapan harinya akan terjadi.
Hari dimana ia menikah dengan orang yang ia cintai. Saat berjalan di lorong kamar samar-samar ia mendengar pembicaraan seseorang yang sepertinya ia kenal. Marsha berhenti dan mendengarkan secara sembunyi.
"Leo ini tanggung tunggu sampai Marsha nyatain cinta sama lo baru deh keputusan ada ditangan lo."
"Iya tapi sampai kapan? Gue udah males Mark pura-pura akting kencan sama cewe lain supaya bikin dia cemburu."
"Rencana tetap rencana, selanjutnya terserah lo Tuan Rahadi. Lo harus punya sikap dan ketegesan sama kembaran gue. Dia juga harus berjuang dapetin lo."
Marsha membeku dalam posisinya. Ternyata ia sedang dipermainkan batin nya sedih dan kecewa. Disaat hatinya mau menerima Leo kembali tetapi entah kenapa perasaan kecewa menyelimutinya saat ini.
Iya menahan tangis yang tidak boleh ia keluarkan disaat seperti ini. Perlahan derap langkah seseorang mendekat. Betapa terkejutnya Leo dan Mark saat berpapasan dengan Marsha di persimpangan lorong.
"Marshaaa..." Leo terkejut menatap gadisnya setengah menahan tangis. Dugaanya mungkin benar Marsha mendengar pembicaraannya dengan Mark.
"Sha ini nggak seperti yang kamu pikirkan." Leo memegang tangan Marsha tetapi dengan cepat segera ditepis oleh Marsha yang sudah berlinang air mata.
"Kamu jahat Lee. Selamat kamu berhasil bikin aku jatuh cinta lagi sama kamu. Tetapi kamu juga berhasil bikin aku sedih dan kecewa bersamaan. Aku nggak mau lagi masuk dalam permainan bodoh ini. Dan kamu Mark aku ini kembaran kamu tapi kamu anggap aku barang yang perasaannya bisa dijadikan permainan. Aku kecewa sama kalian." Marsha meninggalkan Leo yang terdiam kaku menerima ucapan Marsha. Mark hanya diam.
"Tahan Lee. Gue mohon malam ini lo tahan. Deketin Marsha disaat kaya ini akan memperkeruh suasana hatinya. Ikutin ajah" Leo menggeleng dengan nasihat Mark.
"Gue capek Mark. Terserah Marsha mau apa." Leo pergi dengan raut kecewa yang mendalam. Mark hanya menggelengkan kepala.
"Pasangan bodoh akan selalu bodoh tingkahnya. Pasangan paling ruwet sepanjang zaman."
***
Malamnya saat acara resepsi.
Tidak ada senyum yang paling bahagia kecuali senyum yang terlihat di wajah kedua mempelai. Satria dan Rachel sedang menunggu di depan pintu masuk untuk berjalan menuju panggung tempat keduanya akan disandingkan sebagai raja dan ratu malam itu.
Satria mengenakan setelan jas warna putih sangat serasi dengan sang pengantin wanita. Rachel mengenakan gaun internasional broken white dengan model belahan dada sabrina. Taburan mutiara dan swarozky di sekitar gaun nya semakin membuat dirinya paling bersinar diantara semua wanita yang berada di gedung itu. Ini hari spesial dirinya. Jelas ia paling spesial.
Sementara seluruh keluarga mengenakan baju seragam bertemakan hijau. Karena memang sang pengantin sangat menyukai warna lambang kemakmuran tersebut.
Kedua orang tua sudah menunggu di atas panggung. Biyan, Sarah, Ibra dan Rahma berdiri manis dengan raut kebahagiaan yang berlimpah menanti kedatangan kedua pengantin.
Kedua pengantin berdiri di depan pintu masuk untuk segera berjalan. Ada rasa takut dalam diri Rachel jika bersentuhan dengan Satria. Ia teringat ocehan Dalilah.
Akhirnya sebisa mungkin ia menolak menggandeng tangan Satria. Tetapi Satria tetap memaksa menempel dengan dirinya. Setiap tangan Satria menyentuh dirinya Rachel spontan menatap celana Satria. Ia takut membangunkan sesuatu. Sialan Dalilah aku jadi paranoid.
Akhirnya mereka berjalan memasuki hall. Di belakangnya ada tiga pasang pendamping berseragam kebaya dengan sang pria memakai setelan jas berwarna hijau.
Dalilah dan Leo berada tepat di belakang Satria dan Rachel. Marsha dan Mark di barisan kedua. Sedangkan di belakang Zahara dan sang suami dan jangan lupakan sikecil Alvina yang berada di tengah gandengan orang tuanya menutup iringan pengantin.
Alunan intrument indah Dave Kozz mengalun indah. You are Me , Im are You.
Iringan pengantin berjalan sangat lambat seolah ingin memanjakan tamu yang hadir untuk dapat puas menatap kedua pengantin.
Para panitia inti yang tidak lain dan tidak bukan adalah oma-oma mereka menatap terharu iringan pengantin tersebut. Belum lagi dengan tingkah lucu Alvina yang berjalan ke sana kemari kadang ia berdiri di samping sang mama, sesaat kemudian ia memutar tubuhnya ke arah Mark lalu berlalu ke depan ke arah Leo dan berakhir di samping Satria. Pemandangan yang sangat indah dan membuat semua mata tertawa.
"Haduh Mbak Zara Alvina ini tahu aja yah dari tadi dekatnya sama cowol, mirip mamanya yah mas?" Mark menoleh ke belakang dan menggoda Zahara dan sang suami.
"Iya mirip mamanya. Nempel mulu dia sama aku." goda suami Zahara yang mendapat balasan cubitan dari Zahara. Marsha yang berada di samping Mark hanya diam, sejujurnya hatinya masih kecewa tetapi ia harus tersenyum. Demi Rachel ia mau tetap berada ditempat ini. Walaupun hatinya dirudung kecewa.
"Lee.." Mark menunggu Leo berbalik badan. Saat Leo berbalik badan Mark menariknya untuk berpindah tempat. Leo pasrah dengan tingkah Mark. Sekarang Mark berada di samping Dalilah.
"Hai my sugar.." Mark menebar pesona menatap Dalilah yang sangat cantik malam ini.
"Kamu nih kayak lagi upacara bendera. Pindah tempat seenaknya." cibir Dalilah.
"Kita kan pasangan berbahagia, biarkan yang di belakaang kita pada cemberut kaya kertas lecek." Mark menatap Leo dan Marsha yang sama-sama diam tanpa ekspresi. Zahara dan sang suami hanya bisa tertawa karena Mark yang paling tidak bisa diam di iringan pengantin tersebut.
"Mark pecicilan." goda Zahara.
"Hoi pengantin lo jalan kaya uler keket, lama amat jarak nggak sampai 200 meter tapi memakan waktu hampir 10 menit." Mark berbisik ke telinga Satria. Dalilah menarik Mark agar jangan mengganggu Satria.
"Mark diliatin tuh sama panitia." suami Zahara memberitahu jika ketiga oma menatap mereka.
"Hahahah gue lupa ada yang pantau. Satria percepat jalannya." goda Mark sekali lagi.
"Kalau tahu jalan disuruh selelet ini gue juga ogah. Ga sampai-sampai, bingung gue. Apa Rachel gue gendong yah ke atas sana?" jawab Satria jujur, terlebih dengan keluhannya praktis para pengiring tertawa.
"Haduh Satria fokus dong jalannya." Rachel lagi-lagi menatap ke arah celana Satria karena Satria menyenggol lengan dirinya.
"Dasar sinting semua." akhirnya Marsha bersuara dan sedikit tersenyum.
"Ehh kembaran aku tersenyum. Leo bisa luluh lagi deh." goda Mark membuat Marsha kembali lagi cemberut dan Mark mendapat hadiah pukulan ringan dari Leo sambil sama-sama tertawa. "Markona sialan!" ejek Leo.
"Ampun ini iringan mirip karnaval anak-anak. Nggak ada yang bener." Dalilah geleng-geleng kepala.
Dikejauhan ketiga panitia inti menatap garang kelakuan cucu-cucu mereka. "Dasar anak-anak bandel. Disuruh jalan pelan aja pada nggak ada yang beraturan. Masa semuanya kaya Alvina sih." Tiara terlihat sebal diikuti Hani dan Nadira yang sama-sama mengangguk menatap iringan pengantin tidak serius.
"Udahlah kan semi formal. Sekali-kali santai nggak masalah." Rahadi menimpali keluhan istrinya. Mereka duduk di meja portable bersama pasangan masing-masing. Ada Fatah Sarha disamping Nadira dan Pratama disamping Hani. Hanya Rama dan Livi yang juga ikut duduk di meja sebelahnya terkikik geli menatap anak-anak mereka bertingkah konyol diiringan pengantin.
"Ini iringan tersantai yang pernah aku lihat selama datang di acara pernikahan. Mereka kaya lagi ngobrol di mall sambil jalan." Livi geleng-geleng kepala.
Acara berlansung sukses. Satria dan Rachel bahkan seperti terkena keram wajah karena tak henti-hentinya memberikan senyuman kepada seluruh tamu yang memberikan selamat.
Saat ini mereka sudah duduk di tempat vvip khusus keluarga untuk menikmati jamuan makan malam. Acara sukses terlaksana. "Chel mbak balik dulu yah. Selamat sekali lagi. Mudah-mudahan kalian menjadi pasangan yang berbahagia selalu. Selamat yah Satria. Adiknya mbak dijaga. Dimanja terus yah." Rachel memeluk Zahara. Kakak perempuan yang sangat dihormati Rachel.
"Iya mbak aku pasti akan jaga istri bahenol ku ini." Rachel mencubit pinggang Satria.
"Kita pulang dulu yah. Wah udah nggak ada tamu nginap lagi deh di rumah." goda suami Zahara kepada Rachel.
"Hahaha mas juga seneng aja aku nggak ganggu Mba Zahara lagi." Rachel mengedipkan matanya.
"Paling Leo yang gantian nginap. Secara rumah mas kan tempat bergalau ria." Mark menimpali. Leo hanya diam tak perduli. Ia menatap lekat Marsha yang terus membuang muka kepadanya.
"Oh iya nanti pengantin langsung pulang aja yah. Kamar di atas nggak usah dipakai. Oma udah siapkan kamar buat kalian di rumah." Nadira menyela pembicaraan mereka.
Hani dan Tiara menatap lekat wajah Mark. Ia takut gaya pacaran Mark sedikit nakal.
"Mark, antarkan Oma ke rumah yah sama opa?" Tiara mendekat. Mark tampak bingung.
"Leo aja oma aku ada urusan." bantah Mark mencari-cari Leo yang hilang tiba-tiba.
Sialan si Leo hilang tiba-tiba. Oh kena lagi deh gagal acara gue ama Dalilah. Rempong.
"Haduh oma aku ada urusan.." bujuk Mark kepada Tiara.
"Mark antarkan cepat. Jangan membantah." Rama berdiri dan berkata tegas dengan sang putra.
"Iya daddy. Dalilah kayaknya batal deh." jelas Mark lesu. Dalilah tersenyum manis.
"Iya masih banyak waktu." Mark segera pergi dari tempat itu dengan wajah lemas tak bertenaga.
"Aku ambil mobil dulu. Achel selamat yah. Brader selamat malam pertama." Mark memeluk Rachel sayang dan tak lupa Satria.
"Malam pertama apaan.." sindir Satria. Rachel merasa sedih.
"Hei jangan sedih. Kita masih bisa main-main yang lain." bisik Satria menggoda Rachel.
"Oma pulang dulu yah. Jadi malam ini nggak ada yang menginap di atas yah." Tiara sekali lagi memberikan ultimatum umum kepada siapa saja yang mendengarnya.
Setelah selesai semua kedua pengantin bersiap pulang ke rumah keluarga Sarha. Biyan dan Sarah memeluk erat putri tercintanya.
"Sekarang kamu juga bagian dari keluarga Sarha. Kamu jaga nama baik suami kamu yah putri kecilnya papa. My new sweety rabbit." Biyan memeluk erat Rachel.
"Tenang aja Yan Rachel juga anak perempuan kami." Ibra merangkul Rachel dengan sayang.
"Mama pergi dulu yah Chel. Mbak Rahma titip Rachel yah.." Sarah memeluk Rachel sedikit sedih.
"Iya Sar, Rachel anak aku juga dari dulu." gantian Rahma memeluk Rachel.
"Kami permisi dulu." Biyan dan Sarah memasuki mobil mereka. Tinggal Satria, Rachel, Ibra dan Rahma yang masih berada di sana. Seluruh keluarga yang lain sudah pulang.
Mereka menunggu kembali di lobi. Rachel dan Satria masih mengenakan baju pengantin.
"Kami duluan ma pa." Satria menggandeng Rachel ke mobil yang sudah mendekat menuju lobi. "Hati-hati jangan jalan kemana-mana. Pulang istirahat." pesan Ibra.
"Siapa juga yang mau keluyuran pakai baju begini." Satria menarik Rachel untuk segera masuk ke mobil bersama dirinya.
"Aku ke atas dulu tas aku tertinggal di kamar pengantin tadi mungkin masih ada makeup artist yang merapikan alat-alatnya." Rahma berlari menuju lift.
"Jangan lama-lama Amma." Ibra duduk dilobi.
Rahma berjalan menuju kamar pengantin. Saat ia ingin menekan bel kamar tiba-tiba kamar itu terbuka dengan sendirinya. Seorang pria yang sangat ia kenal tersenyum kikuk menatap kehadiran Rahma.
Terlihat jelas sang pria habis memakai baju kembali. Dengan tampilan rambut dan bibirnya yang merah karena sapuan bibir lawan jenisnya tampak membuat Rahma yakin kalau sang pria baru saja bermesraan atau mungkin lebih dari bermesraan.
"Tan.. Tanteee.." Rahma tersenyum menatap pria muda itu.
"Ayo Lee kita pergi dari sini sebelum semuanya tahu..Tantee?" Rahma tersenyum dan menggelengkan kepala menatap Marsha yang sedikit berantakan. Bukan sedikit tetapi sangat berantakan.
"Jadi kalian pencuri kamar pengantin?" Rahma mengusap keningnya frustasi.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro