17 - Calon Istriku
Di sebuah klub malam.
Marsha, Dalilah, Rachel. Ketiga wanita cantik ini sedang menikmati kebebasannya yang jarang mereka dapatkan. Kebebasan tanpa adanya permasalahan hati. Malam yang memang diperlukan oleh mereka bertiga. Karena tidak ada pria dan segala keruwetannya
"Duhh ulah kembaran kamu nih leher aku jadi harus ditutupin." Dalilah tampak risih mengenakan syal yang dipakainya agar bercak merah tanda kepemilikan Mark tertutupi.
"Hahaha gimana nanti kalau udah nikah yah bisa-bisa sampai muka kamu pakai masker, secara Markona kan tukang sosor." goda Rachel membuat Dalilah cemberut kesal.
"Kalian nih katanya lagi mau free ngomongin mereka ini belum satu jam udah ngomongin." Marsha mencibir mereka berdua.
"Iya sekarang ayo kita liat pemandangan yang lucu-lucu." Rachel merangkul kedua wanita disamping kanan-kirinya.
Saat ini mereka sedang duduk di bagian vip club tersebut. Mereka sengaja memesan tempat itu agar lebih privasi dan tidak terlalu pusing mendengarkan musik yang mengganggu pendengaran mereka. Agar lebih tenang.
"Itu yang pakai jas cokelat sepertinya liatin kamu deh Sha?" mata Rachel menunjuk pria berjas cokelat tersebut. Marsha tampak grogi sedangkan Dalilah cuek menatap sang pria tanpa malu.
"Ah kaya sales marketing." cela Dalilah asal. "Yang itu aja Sha pakai kaos bola inggris." Dalilah menunjuk antusias.
"Itu sudah dipastikan hobinya pasti futsal mulu, udah pasti diotak mereka teman lebih utama, temanku banyak yang menjadi korban lelaki kaya gitu. Menyebalkan." cibir Rachel.
"Gimana kalau yang pakai kacamata di deket bar tuh?"
"Aduh Lil cowok model begitu jelas mata keranjang. Sekali liat cewek pasti melotot, dari ujung kaki sampai kepala diabsen sama dia. Nah tuh kan bener liat tuh dia liatin cewek di sampingnya. Mesum." Dalilah dan Marsha mengangguk setuju dan bergidik ngeri.
"Kalau yang lagi duduk di bar?"
"Apalagi itu. Haduh Lilah cowok kaya gitu jelas penjahat kelamin. Itu palingan entar kita dikasih minuman gratis sama dia. Terus minumannya dikasih obat bius deh." jelas Rachel sok tahu.
"Kebanyakan nonton sinetron nih sipendek, dari tadi nyela mulu.." cibir Dalilah. Marsha tertawa dengan ocehan dua wanita dihadapan mereka."Hahaha kalian nih aneh berdua.."
"Sipendek yang aneh Sha, hahaha sok tahu nilai cowok.." protes Dalilah.
"Kamu juga nggak bener nenek milih cowok dari tadi." sungut Rachel ke Dalilah.
"Hmmm mulaiii lagiii. Ladiess yang salah kita kali, nyari cowok rapi di klub malam.." Marsha bersedekap. Seketika Rachel dan Dalilah kembali tertawa. "Benar juga Sha, kamu emang angel.." Dalilah mencubit pipi Marsha gemas.
"Tuh yang lagi joget oke juga." Rachel menunjuk. "Mirip G-Dragon hahaha..."
"Siapa G-Dragon Chel..?" Marsha tampak bingung. "Haduh taunya Saipul Jamil aja kamu Sha." Marsha menyikut lengan Rachel. "Sialan kamu.."
"Itu sih Chel korban korban K-pop akut, bisa-bisa ke salon seringan dia dibanding kita.." kali ini Rachel mengangguk dengan pernyataan Dalilah.
"Kalo itu tuh yang pakai jas hitam?" tunjuk Marsha malu-malu. Sekilas Rachel dan Dalilah menatap pria tersebut lalu kembali menatap Marsha dan tertawa geli. "Kenapa pada ketawa..?" tanya Marsha heran.
"Mirip Leo itu..." goda Dalilah. "Iya Sha itu mirip abang tapi masih gantengan abang pastinya." Marsha tampak malu karena memang dia mengakui perawakan pria tersebut mirip pria yang selalu mengganggu isi kepalanya tanpa bisa pergi.
"Ah tau ah dari tadi perasaan nggak ada yang benar." Marsha merajuk menahan malu.
"Oke aku mau ke kamar mandi dulu yah.. Oh iya Chel sekarang liat cowok itu yang pakai kemeja tosca boleh tuh dikenalin ke Marsha?" tunjuk Dalilah dan ia berlalu pergi menuju toilet. Marsha dan Rachel mencari pria yang ditunjuk Dalilah.
"Hmmm dari gaya dan bahasa tubuhnya sepertinya pria baik-baik.." sekarang Marsha sudah berani menilai.
"Itu mah jeruk makan jeruk." jelas Rachel yakin. Marsha mengerutkan wajahnya. "Ah serius kamu Chel?" tanya dia penasaran.
"Iya Sha masa gaya ngondek kaya gitu kamu nggak bisa liat?" Rachel tertawa, sejenak ia memikirkan awal pertama kali ia bertemu Satria karena mengira Satria penyuka sesama jenis.
"Aku jadi ingat awal pertama kali bertemu Satria.." Marsha menatap geli wajah Rachel yang merona merah. "Emang ketemunya gimana? Bukannya udah kenal dari kecil kita sama Satria dan Dalilah."
Rachel menggeleng. "Aku kan baru ketemu mereka lagi pas sekarang udah dewasa, waktu kecil mana aku ingat." Marsha mengangguk. "Terus kenapa kamu ketawa Chel? Cerita dong!"
"Waktu itu aku kira Satria gay." Rachel tertawa lepas.
"Ko bisa?" Marsha penasaran.
"Gimana nggak ngira dia gay, dengan yakin dia pakai jas warna baby pink." Marsha menahan tawa menatap penampakan di belakang Rachel yang tidak lain tidak bukan adalah pria yang sedang ditertawakan Rachel.
Satria memberikan isyarat kepada Marsha untuk tidak memberitahukan kedatangannya di hadapan Rachel. Ia tersenyum dan memberikan kode untuk melanjutkan pertanyaan.
"Kamu tahu gara-gara itu aku menang taruhan sepatu sama Dian. Karena aku berhasil menggagalkan Satria lagi pendekatan sama wanita, terus aku pakai acara menampar Satria di depan umum" Marsha semakin penasaran. "Hah?"
"Iyaa ah aku jadi malu sendiri kalau ingat itu..." jawab Rachel menunduk malu. Marsha tersenyum geli mendengarnya.
"Gimana nggak malu Sha, orang dia bilang di depan semua orang aku ngehamilin dia." Satria langsung duduk di samping Rachel. "Kamu ngapain di sini?" Rachel terkejut dengan kemunculan Satria di sampingnya.
"Aku lagi mau cari pemandangan indah." senyum Satria begitu menggoda. Rachel tampak membuang muka. "Eheemm masih ada aku di sini..." goda Marsha.
"Kita juga lagi cari pemandangan.." Rachel berusaha santai dengan kehadiran Satria.
"Tunggu, lanjutin lagi dong cerita kamu nampar Satria aku penasaran?" saut Marsha.
"Hmm seperti yang tadi Achel bilang aku dijadikan bahan taruhan sepatu sama dia. Tapi aku bersyukur ditampar dia.." Satria menyentuh tangan Rachel pelan tapi Rachel menepis.
"Karena aku jadi punya sejarah menarik sama Achel Sha..." Satria tetap tersenyum manis menatap Rachel yang kikuk dengan tatapan Satria. Jangan menatap ke arahnya Chel!
"Sejarah apa?" tanya Marsha.
"Sejarah aku yang mencuri ciuman pertama dia." Satria merangkul pinggang Rachel tanpa malu. Rachel merona malu dan memberontak rangkulan Satria.
"Hah masa? Oh jangan-jangan ini ada hubungannya sama sikap kamu yang tiba-tiba aneh waktu itu yah? Kaya terjangkit virus cinta.." Rachel tampak kesal dengan godaan tepat pada sasaran yang dilakukan Marsha.
"Apaan sih kamu Sha.." lirik Rachel sebal. "Kamu kena virus apa Chel?" goda Satria.
"Sana minggir jangan deket-deket!!! Katanya mau cari pemandangan sana pergi!!!!" ketus Rachel.
"Pemandangan indahnya kan kamu ngapain cari yang lain." Marsha tak bisa menahan tawa mendengar Satria dengan lembutnya berkata manis dengan Rachel. "Hahaha aduh Tuan Satria kenapa jadi begini..Wah Achel kamu hebaat..." goda Marsha membuat Rachel semakin kikuk.
"Ayo Sha pulang aku ngantuk.." Rachel menarik tangan Marsha.
"Tunggu Dalilah dulu.." Marsha menahan tangan Rachel.
"Ah kan ada kakaknya suruh aja pulang bareng dia..." Satria menahan tangan Rachel.
"Nggak mau pulang bareng aku?" Rachel menggeleng, Satria mengelus rambut Rachel. "Ya sudah tapi kamu harus menerima kado dari aku yah. Sha kamu parkir mobil di mana aku mau titip kado?"
"Ayo bareng keparkiran..." Rachel berjalan cepat di depan tanpa perduli Marsha dan Satria.
"Sabar Satria.. Nanti dia luluh kalau kamunya pintar merayu." Satria tersenyum karena Marsha yang mendukung dia.
"Makanya jadi pria jangan kebanyakan mikir.." goda Marsha.
"Kamu juga jangan kebanyakan mikir, nanti Leo benar-benar nyerah loh. Tadi aja aku dengar Leo mulai membuka diri ke wanita lain deh. Sepertinya dia mulai ikhlas kalau kamu menyerah..." Marsha tampak diam dan bingung dengan bisikan Satria.
"Mungkin kalau kamu mau berjuang, cinta kalian akan lebih kuat lagi, kalau cuma Leo terus yang berjuang ya mundur terus hubungan kalian..." Satria tersenyum geli meninggalkan Marsha yang mematung berfikir.
----------------------
Group Brader
•Satria : Leo gue nggak jadi jalan ama adek lo.
•Satria : dia pulang ama Marsha.
•Satria : Mark adek gue ama lo kan?
•Satria : Mark...?
•Leo : kenapa nggak jadi jalan?
•Leo : bsk pagi kerumah ada oma opa gue komplit.
•Satria : oke sipp
•Leo : Marsha jadi cari cowok?
•Satria : kagak, gue recokin. ha3
•Satria : gue bilang lo mulai nyerah sama dia.
•Leo : ah gila lo.
•Satria : mukanya berubah waktu gue bilang lo mau deket ama cewe lain..
•Satria : terusin aja bikin dia cemburu.. Hahaha
•Leo : serius ????
•Leo : oke gue akan ikutin permainan ini. thx brader.
•Leo : btw mark lagi asik kayanya.
•Leo : hahahah
•Satria : markonaaaa!!!!!
•Satria : awas lo aneh-aneh ama dalilah.
•Satria : bawa pulang adek gue.
•Satria : MARKKKK !!!!
•Mark : berisikk
•Mark : iya ibu tirii..
•Leo : hahaha acara bubar.
•Leo : buruan pulangin anak gadis orang ntar ibu tiri marah.
----------------------
"Sat..mana mobil kamu? Malah ngetik aja dari tadi.." Marsha menyadarkan lamunan Satria. Mereka sudah sampai di tempat parkir mobil. Rachel membuang muka bersandar di mobil Marsha.
"Tunggu yah..." Satria berjalan ke arah mobilnya yang berbeda blok dari tempar parkir mobil Marsha. Sinar lampur mobil Satria membuat Rachel dan Marsha menyipitkan matanya.
Satria keluar dari mobil dan membuka bagasi mobil. Kemudian ia membawa begitu banyak kotak kado berwarna hijau yang semuanya berpitakan bunga-bunga cantik. Rachel dan Marsha terlihat bingung menatap Satria kesusahan memegang kado-kado tersebut. "Sha bukain pintu mobil kamu dong!!!" Marsha membuka pintu mobil dibelakang supir.
"Ini buat siapa Sat? Siapa yang ulang tahun banyak banget kadonya?" Marsha terlihat takjub. Terlebih Satria masih mengambil sejumlah kado lagi di bagasi mobilnya. Alhasil bagian kursi belakang mobil Marsha penuh dengan bungkusan kado tersebut.
"Sat ini buat siapa?" Marsha masih bingung, Rachel tetap diam menatap Satria bingung.
"Ini buat Achel pastinya." Satria menatap Rachel dengan senyuman paling manis khusus untuk gadis pendeknya. "Aku nggak ulangtahun.." Rachel bingung dengan tingkah Satria.
"Emang nggak ulangtahun cuma aku lagi mau balas kasih kamu kado aja. Karena kamu kado terindah dalam hidupku." Satria menyerahkan seikat bunga mawar putih pada Rachel yang semakin bingung menerima bunga tersebut.
Marsha tertawa melihat sepasang manusia di hadapannya. "Haduhh jadi ngiri aku. Chel terima kasih dong." Rachel yang masih bingung dengan pemberian tiba-tiba kado dari Satria hanya bisa mengangguk.
"Makasih.." ia lalu masuk ke mobil Marsha tanpa menatap Satria kembali. "Kami pulang yah Mr.Romantis." goda Marsha.
"Hati-hati..." Satria tetap bersabar tidak memaksa Rachel kali ini.
"Sampai jumpa besok pagi Mini Rachel.." Satria tersenyum menatap mobil Marsha yang terlihat penuh dengan kotak-kotak kado pemberian dirinya untuk Rachel.
Sementara itu.
Bip.. Bip.. Bip.. Bip..
Drt.. Drt.. Drt.. Drt..
Mark sangat tahu siapa yang mengganggunya saat ini. Kali ini ia harus mampu menahan gairahnya sampai waktu yang memang sudah ditentukan. Sabar Mark jangan kamu merusak gadis manis ini karena ego nafsumu. Nikahi dia dulu dan miliki dia seutuhnya.
"Ayo pulang. Kakak kamu sungguh berisik. Jangan ngambek lagi yah manis. Aku nggak tahan kalau kamu jauh dari aku.." Dalilah mengangguk tersenyum lalu ia menyipitkan matanya kembali menatap Mark.
"Satu lagi, aku minta si cewek sinting itu terlarang ke bengkel kamu. Kalau nggak aku pasti akan seret dia dan ceburin dia lagi ke kolam." ancaman Dalilah membuat Mark tertawa. "Iya Princess Dalilah siap laksanakan." Mark mencubit hidung Dalilah.
"Tapi sebelumnya kamu kenal sama Kimberly nggak?" Dalilah menggeleng. "Kenapa dia kirim foto itu ke kamu yah?" Mark berfikir ada keanehan yang ia tidak ketahui. "Jadi dia yang kirim foto sialan itu ke aku? Tau dari mana no ponselku?" Dalilah juga berfikir ada keanehan.
"Nanti aku cari tahu siapa Kimberly dan apa maksudnya dia melakukan itu sama kamu.." Dalilah mengangguk tersenyum menatap Mark.
Sesampainya di depan pagar rumah Keluarga Sarha Dalilah mengecup sekilas pipi Mark dengan lembut dan sayang.
"Hati-hati yah Mark.."
"Sweet dream manis my princes Dalilah..." Dalilah berjalan menyusuri taman menuju rumahnya dengan senyum yang tak bisa dihilangkan di wajah cantiknya. Hari ini penuh warna dari mulai kesal, tegang, malu, takut, tapi semua terlupakan jika ia berada di samping Mark.
Ia seperti mempunyai sifat baru. Sikap berani dalam dirinya. Tidak ada lagi Dalilah yang takut berhubungan, Dalilah yang selalu dibatasi dalam berteman.
Mungkin hanya Mark lah yang mendapat kepercayaan penuh dari sang kakak Satria. Karena selama ia hidup sebagai adik seorang Satria hanya Mark lah yang berhasil meluluhkan hati kaku Satria.
"Puas yah dikasih kebebasan dekat dengan Mark tapi lupa waktu." lamunan Dalilah yang sedang berbunga-bunga tergantikan dengan wajah galak Satria. Dalilah melupakan ibu tiri jadi-jadiannya yang tetap tidak berubah.
"Ih kakak merusak kebahagiaan orang aja sih malam-malam." Satria dan Rahma sedang duduk di ruang keluarga seperti biasanya. "Punya ponsel tuh digunain yang benar jangan cuma dipake buat foto-foto aja. Aku tidur dulu ma." ketus Satria. Ia lalu pergi meninggalkan Dalilah dan Rahma di ruangan itu.
"Kamu suka sekali sih bikin kakak kamu khawatir. Dia daritadi mau tidur tapi nungguin kamu belum pulang." Dalilah duduk memeluk manja Rahma.
"Seenggaknya angkat telephone nya jadi orang tidak khawatir." Rahma memberi nasihat. "Iya sorry tadi aku silent.."
"Kamu udah diizinin jalan sama Mark nih ceritanya?" goda Rahma. Dalilah hanya mengangguk malu.
"Mark baik yah sama kamu? Dari awal dia memang sudah baik sama kamu." Dalilah mengangguk lagi. Rahma tahu putrinya sedang salah tingkah. "Kamu tahu Mark yang memanggil kamu untuk segera keluar dari rahim mama.." Dalilah langsung merubah posisi dari memeluk Rahma lalu duduk tegak menatap sang mama yang sedang tersenyum menggoda.
"Maksud mama.." tanya Dalilah heran. "Waktu itu mama mau lahiran kamu sesuai dengan perkiraan dokter masih seminggu, ehh kamu keluar lebih dulu berbeda dari perkiraan sebelumnya." terang Rahma.
"Dan kamu tahu pertama kali mama mengalami mulas dan kontraksi kecil itu saat mama lagi duduk memangku Mark yang masih berumur dua tahun. Mungkin Mark mau mengajak kamu bermain hahaha" Dalilah tersenyum mendengar cerita Rahma. "Ko bisa ada Mark?"
"Waktu itu Om Rama dan Mark mampir ke villa kita. Kebetulan papamu dan kakak sedang pergi membeli permen. Jadinya Om Rama yang menemani Mama melahirkan kamu sampai kamu keluar, dan selama proses berlangsung Mark kecil menunggu kamu diluar ruang bersalin sama Bi Mirna." wajah Dalilah merona.
"Mungkin itu tanda kalau dari kecil kalian sudah dijodohkan.." goda Rahma. "Ahh mama disangkut-sangkutin aja..." Dalilah salah tingkah.
"Mama nggak bohong memang kenyataannya begitu..." Rahma tahu sang putri merona malu mendengarnya.
***.
Di kamar Rachel.
Marsha tak henti-hentinya tertawa menatap Rachel yang membuka semua kado pemberian Satria dengan perasaan campur aduk.. Wajah Rachel antara bahagia, lucu, heran, bingung, kesal semua menjadi satu.
Ia menatap semua isi kado itu sambil berkacak pinggang. Ada parfume kesukaannya dan beberapa lagi parfume berbau lembut bertuliskan : Ini wangi kesukaanku. Aku harap kamu memakainya yah sayangku.
Lalu Rachel membuka kembali sebuah kotak, ia tersenyum menatap boneka beety boop dan sendal kamar bergambar boneka beety boop.
Dari mana dia tahu aku suka beety boop dan parfume ini juga?
Marsha juga membantu membuka kotak kado-kado itu kembali. Ia tertawa menatap handuk berwarna hijau dengan tulisan romantis di sana. Marsha merentangkan handuk itu agar Rachel melihat tulisan bordir di kanan kiri tepi handuk tersebut
"Chel baca ini.." perintah Marsha. RACHEL CINTANYA SATRIA. SATRIA CINTANYA RACHEL.
"Satria romantisss banget Cheel." Rachel memegang handuk itu sambil tersenyum malu.
Ia lalu membuka kembali kado-kado dari Satria yang baru ia sadari hampir semuanya berwarna hijau. Topi pantai bunga berwarna hijau, saputangan, pasmina, dompet, bantal berbentuk love, capdesk handphone, kaca mata, kaos kaki, sepatu olahraga, baju piyama, tas, aneka baju dengan bermacam model semua berwarna hijau. Ditambah selimut travel berwarna hijau, beberapa alat tulis dan buku catatan berwarna hijau, hingga seperangkat piring makan dan piring kue berwarna hijau.
Satria menulis catatan :
Piring-piring itu buat kamu pakai untuk hasil inovasi memasak kamu, aku harap kamu memakainya di dapurmu. Tak lupa buku catatan agar kamu bisa menulis resep terbaru kamu.
Rachel semakin dibuat bingung dengan kado-kado Satria hingga ia melihat kotak kecil berisi softlens yang juga berwarna hijau.
"Ini semua kenapa warna hijau? Dia kira aku keturunan HULK apa?" Marsha tertawa menatap Rachel yang kebingungan dengan hadiah Satria yang sangat banyak dari berbagai macam jenis dan semua berwarna hijau.
"Dia tahu kamu suka warna hijau Chel.." Marsha geleng-geleng kepala takjub dengan aksi Satria.
"Ya tapi nggak semuanya hijau gini sampai mataku juga harus hijau..." Rachel menggarukkan kepalanya. Ia bingung dengan tingkah Satria yang menjadi berubah dalam sehari. Apa ini akibat ciuman Mark yah batin Rachel bertanya-tanya.
Mark bilang aku akan melihat perubahan Satria.. dan dia benar-benar berubah. Bahkan dia sudah menyatakan cintanya denganku tadi. Ah apa benar Satria serius? Lalu kenapa dia menerima ciuman si sinting.
Bip
•My Hero : udah dibuka blum kadonya?
•Me : udah.
•My Hero : suka nggak warnanya?
•Me : ga sekalian kamu beliin aku pohon. Biar aku mirip sama daun kalo senderan disana.
•My Hero : tadinya aku mau beliin kamu bonsay juga hahaha
•Me : ga lucu.
•My Hero : bobo gih udah mlm. Mimpi indah yah minirachelku.
Rachel melempar ponselnya sembarang ke kasur kamarnya. Ia lalu mengangkat semua barang pemberian Satria dan meletakannya di sofa di samping tempat tidurnya. Perlahan ia berbaring di ranjangnya. "Sha aku tidur duluan yah. Kamu ambil aja baju tidurku."
"Iya kamu istirahat gih mimpiin Satria malam ini yah." Rachel membalikan badannya berusaha tidak mendengar godaan Marsha yang berlalu ke kamar mandi.
Rachel tertawa sendiri memeluk bantalnya menuju dunia mimpi yang indah. Ia pasti mimpi seru malam ini. Marsha yang baru saja membersihkan dari kamar mandi tersenyum geli menatap Rachel yang meringkuk cekikikan sendiri. Ia tahu kado pemberian dari Satria obat kecewanya malam ini.
Marsha lalu bergegas keluar kamar hendak mencari minum. Ia sudah hafal rumah keluarga Rahadi karena rumah ini merupakan rumah keduanya. Perlahan ia menuju dapur mengambil air minum.
Waktu menunjukan pukul 23.35 suasana rumah sudah sangat sepi. Mungkin seluruh penghuni rumah sudah terlelap di kamar masing-masing. Marsha lalu bergegas ke ruang keluarga dimana ada satu pemandangan di sana yang selalu suka ia lihat dan tak pernah terlewatkan jika ia ke rumah ini. Aquarium laut. Ia setengah menunduk menatap biota laut dengan segala keindahannya. Ada terumbu karang dengan perpaduan warna yang mengagumkan selain itu ia juga tertawa melihat ikan-ikan laut yang sangat indah dan unik macam bentuknya.
Tik Tik Tik
"Kamu belum tidur nemo?" Marsha berbicara sendiri menatap ikan clwonfish yang sedang melompat di anemone pink tempat tidur miliknya. Hatinya tersenyum menatap mini kehidupan laut di aquarium tersebut. Hingga sebuah suara mengagetkan dirinya.
"Iya besok jalan bareng yah, kamu mau nonton apa? Oke atur ajah.." tanpa sengaja Marsha melirik Leo yang berjalan memasuki ruangan tersebut. Mata mereka bertemu.
"Sha kamu nginap?" dengan santainya Leo duduk di sofa dan menyalakan televisi. Marsha sedikit kaget dan merapikan posisi berdirinya. Ia lalu duduk di sofa yang sama dengan Leo.
Tenang Marsha ini keputusanmu bukan yang menolak dirinya? Tapi kenapa dia tersenyum menatap ponselnya. Dia sedang berbicara dengan siapa?
"Iya tadi abis jalan sama Achel udah malam mau pulang.." jawab Marsha sedikit gugup.
"Oohh.." Leo hanya menjawab seperlunya dan kembali tersenyum mengetik di ponselnya. Marsha duduk di samping Leo. Ia berpura-pura menonton televisi yang dinyalakan oleh Leo. Diam-diam ia menatap Leo kembali. Tadi Satria bilang dia udah mulai menyerah sama aku dan lagi mau dekat sama cewek lain.
"Le..?"
"Hmmm hihihihi.." Leo menjawab tetapi tetap sibuk menatap layar ponselnya.
"Sibuk yah?" tanya Marsha sedikit bersuara. "Hah..oh sorry Sha kenapa?" Leo tersenyum menatap Marsha seolah habis menemukan hal yang lucu di dalam ponselnya.
"Kamu besok sibuk?"
"Hah iya aku besok mau nonton, ada janji sama teman.." Leo kembali menatap ponselnya dan tersenyum. Marsha terlihat mengerucutkan mulutnya kesal.
"Sama siapa?" tanya Marsha
"Kenapa memangnya?" Leo tetap sibuk menatap ponselnya.
"Nggak apa-apa, orang nanya malah balik tanya." ketus Marsha tanpa sadar ia lalu bangkit dan pergi meninggalkan Leo. "Nyebelin.." samar-samar Leo dapat mendengar gerutuan Marsha, ia menatap kepergian Marsha dengan senyuman jahil. Leo tertawa dan berdiri mendekat kearah aquarium laut. Ia lalu mengetuk kaca arcrylic tersebut.
***
Di depan rumah keluarga Leo dan Rachel.
"Satria?" Marsha membuka kaca mobilnya yang berpapasan dengan mobil Satria yang hendak memasuki rumah keluarga Rahadi.
"Pagi Marshaa..." Satria tersenyum bahagia menyapa Marsha.
"Ngapain kamu pagi-pagi ke sini? Haduh segitu kangennya sama Achel?" goda Marsha. Satria tertawa.
"Tanggapan dia tentang kado-kado itu gimana Sha?" tanya Satria polos.
"Hahaha andai kamu liat wajah Rachel semalam pasti kamu ketawa." Marsha kembali tertawa mengingat kado-kado Satria.
"Ko ketawa si Achel? Dia nggak suka yah?" tanya Satria sedikit kecewa.
"Nggak ko dia senang banget. Aku tahu dia bahagia dengan kado-kado itu. Cuma kamu keterlaluan masa semuanya hijau emangnya dia pendukung perserbaya hahaha." Marsha menggelengkan kepalanya heran. Satria kembali tertawa.
"Hahaha abis aku bingung Sha, kamu udah mau balik aja sih?"
"Iya aku mau ambil berkas di rumah, masuk gih di dalam komplit keluarga besar. Adaptasi dari sekarang." goda Marsha membuat Satria tertawa.
"Bukannya kamu udah biasa adaptasi sama mereka. Oh iya Leo ada nggak?" balas Satria meledek.
"Ada tapi belum turun tadi." jawab Marsha sewot.
"Kamu tahu nggak hari ini dia mau kencan Sha?" Satria melirik geli wajah kesal Marsha. "Nggak tanya, udah ah aku duluan." Marsha langsung melesat pergi meninggalkan Satria yang tertawa menggoda.
"Dasar pemalu. Oke Satria Its time.." Satria melajukan mobilnya ke halaman rumah Biyan Rahadi. Terlihat Leo sudah berdiri rapi mengenakan jas hitam di depan teras rumah.
"Lama benar curhat sama Marsha?" tanya Leo sedikit ketus.
"Hahaha lo tenang aja, Marsha berhasil kemakan cemburu." Leo tersenyum licik. "Bagus deh.." kemudian Leo menepuk pundak Satria.
"Oke Tuan Satria Abraham Sarha apakah sudah siap?" Leo bertanya serius. "Siap kakak Leonardo." mereka berjalan memasuki rumah.
"Jangan panggil gue kakak, gue jadi ingat Mark panggil lo kaya gitu. Geli.."
"Bisa nggak pagi gue jangan lo recokin dengan menyebut nama dia." lirik Satria sebal. "Hahaha ayo masuk." Leo menepuk pelan lengan Satria.
Satria mengikuti Leo ke dalam rumah memasuki ruang keluarga. Dimana seluruh keluarga berkumpul. Terlihat Biyan dan Sarah duduk berdampingan. Tak lupa kedua opa mereka Pratama dan Rahadi yang sedang berbincang dan jangan lupakan kedua anggota The Golden Girls versi Mark, Tiara dan Hani.
"Kamu..?" Rachel terlihat kaget saat hendak memasuki ruangan tersebut sambil membawa kedua piring berisi kue yang baru saja ia buat. Wajah Satria tampak bahagia karena Rachel menggunakan piring pemberiaannya dan ternyata Rachel juga memakai parfume pilihan Satria karena ia dapat merasakan aroma itu melekat di tubuh mungil Rachel.
Ngapain dia jam segini bertamu kesini. Haduh mana piringnya aku pakai lagi. Ge-er deh pasti. Mana aku pakai parfume pilihan dia lagi. Kecium nggak yah?
"Pagi Racheeeel..." sapa Satria sopan membuat Rachel buru-buru meninggalkannya dan masuk keruang keluarga.
Satria merapikan pakaianya. Hari ini ia memakai jas senada dengan celana berwarna abu-abu dipadukan kemeja berwarna hijau, ia pun sengaja tidak memakai dasi sehingga memperlihatkan kesan gagah. Rambutnya yang hitam lebat dan tatapan matanya yang sendu semakin membuat ia terlihat tampan.
"Pagi semua, ada tamu nihh..." Leo bersuara. Semua mata tertuju menatap kedatangan Satria terlebih kedua oma yang sangat antusias bahagia melihat wajah Satria. Mereka saling menyenggol satu sama lain.
"Pagi Om Biyan, Tante Sarah apa kabar?" Satria menghampiri Biyan dan seluruh orang tua di ruangan itu.
"Satria putra Abraham apakabar?" sapa Biyan ramah. Satria duduk di samping Biyan. Sementara Leo duduk di samping kedua opanya.
"Mama dan papamu apakabar? Tante dengar opamu operasi jantung di Singapura?" Sarah bertanya. "Nggak jadi tante. Kondisi opa sudah membaik. Sekarang harus dijaga kondisi fisiknya dan tidak boleh cepat lelah." jelas Satria.
"Haduh Satria pasti kamu yang mengambil alih semua yah. Duh masih muda tampan lagi. Oh iya kamu udah ada yang urus belum?" goda Tiara membuat Satria tertawa.
"Ko ada yang urus sih ma?" tanya Sarah bingung. "Iya Sar bujangan seperti Satria pasti banyak yang suka ditambah kesibukannya di kantor, kasihan kalau masih sendiri. Makanya mama tanya udah ada yang urus belum.." sahut Tiara membuat Rachel melirik sebal. Hanya Rachel yang diam berdiri bingung memikirkan maksud kedatangan Satria di rumahnya. Rachel berdiri di samping Leo.
"Om Biyan kedatangan aku kesini sebenarnya mau meminta sesuatu." Satria berkata dengan tenang dan menatap tanpa takut ke hadapan Biyan Arga Rahadi.
"Ada yang bisa Om bantu?" Satria mengangguk.
"Aku mau minta restu Om Biyan, untuk menerima lamaran aku meminang Rachel menjadi istriku..!" wajah Rachel terlihat terkejut dengan keberanian Satria melamar dirinya di hadapan seluruh keluarga inti dirinya. Semua mata terlihat tersenyum terlebih Tiara dan Hani.
"Kenapa kamu mau melamar putri kesayangan Om?" tanya Biyan dengan wajah serius.
"Karena aku mencintai Rachel dan aku mau menghabiskan masa depanku bersama Rachel. Dan yang pasti aku mau mempunyai keturunan lahir dari rahim Rachel." Satria mengatakan itu sambil menatap wajah Rachel tanpa kedip. Ia adalah Satria jika ia sudah memutuskan miliknya maka sebisa mungkin ia akan berjuang mempertahankannya.
Rachel terkejut dan gugup mendengarnya. Dadanya serasa berhenti berdetak. Ia menggeleng bimbang. Tanpa sadar ia berlari meninggalkan ruangan.
"Loh Acheel mau kemana?" Hani berteriak bingung begitu juga dengan yang lain. Leo berdiri hendak mengejar Rachel. "Biar aku yang urus."
"Haduh mantu, kamu kenapa baru sekarang datang hahaha akhirnya kita jadi menikahkan cucu kita Han.." Tiara mendekati Satria dan memekik bahagia. Ia memeluk Satria tanpa sungkan. Biyan pun tersenyum lega mendengar kabar bahagia ini.
"Satria, Om setuju menerima lamaran kamu. Tapi semua keputusan ada di tangan Rachel. Karena yang menjalankan rumah tangga nantinya adalah kalian berdua. Apa kamu sudah siap menerima Rachel apa adanya?" Sekali lagi Biyan meyakinkan Satria yang tetap mengangguk tanpa ragu.
"Siap Om aku menerima Rachel apa adanya dan saya janji akan membahagiakan Rachel semampu aku berjuang." Satria berkata yakin.
"Wah kamu memang seperti Fatah Sarha tegas dan pantang menyerah." Rahadi tersenyum menatap calon menantu untuk cucunya.
"Dia seperti Fatah berani tanpa keraguan. Bahagiakan cucukku sekuat tenaga." Pratama juga memberikan restu. "Baik opa."
"Satriaa..kamu sudah mendapat restu dari kami semua. Sekarang tinggal menunggu jawaban dari Rachel. Tante harap kamu mampu meluluhkan hatinya." Sarah memberikan nasihatnya.
"Siap tante. Aku janji akan berusaha mendapatkan jawaban iya dari Rachel.." jawab Satria tegas.
"Haduh mantu, kamu jangan manggil tante lagi sama mertua kamu. Panggil mama juga. Oh iya kamu harus bisa mengambil hati Rachel sekarang." Hani duduk menepuk pundak Satria.
"Mantu.. Rachel kamu bikinin dapur besar aja beserta kompor nanti juga dia luluh.." Tiara memberikan ide membuat semua orang tertawa. "Mama jangan bikin malu.." Biyan melirik sang mama.
"Ah nggak usah malu sama mantu.."
Hufftt akhirnya semua setuju. Tinggal Achel aja yang belum memberikan keputusan. Kenapa kamu pergi sayangku. Tenang saja aku akan berjuang sekuat tenaga agar kamu menerima lamaranku. Mini Rachelku tersayang. Calon istriku.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro