Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16 - Chip n Dale

Oke dimulai dari part ini, aku gak revisi ulang yah. Masih amat sangat banyak typo, koma titik tidak pada tempatnya, dan kesalahan lainnya. Ini benar-benar masih mentah... 😅 jadi ga usah komen ko gini, ko gitu.. TIDAK MENERIMA KOMEN KAK KOK KAK KOK... 😎 aku tau ini mentah dan memang belum dirapikan... (mounalizza 11 jan 2020)

           

Masih di bengkelnya Mark.

"Dalilah, sedang apa kamu di sini?"

"Oma? Oma dan Oma Tiara ada keperluan apa ke sini?"

"Kamu sendiri sedang apa di bengkelnya Mark?"

Diam. Hanya itulah yang bisa dilakukan sejenak oleh Dalilah dan Mark. Siapa yang menduga, siang yang begitu panas sepanas gairah sepasang kekasih ini, harus dikagetkan dengan kehadiran tamu tak diundang. Sangat tidak ingin diundang, mungkin.

Masih dapat terlihat jelas sisa pemerah bibir milik Dalilah di sekitar permukaan bibir Mark. Terlebih Dalilah, dengan tampilannya yang sedikit berantakan di sekitar wajah, hingga tatanan rambut panjangnya, dan jangan lupakan dua kancing baju yang terlepas di bagian teratas. Oh, siapapun pasti dapat menebak mereka sedang melakukan apa.

Nadira dan Tiara menatap dua manusia ini dengan kecurigaan siaga satu. Antara percaya dan tidak percaya. Kedua wanita paruh baya ini terdiam untuk mencerna kebenaran yang sesungguhnya dan selanjutnya akan ditindak seperti apa, khususnya Nadira Sarha.

Cucu perempuannya lepas dari pantauan.

"Kenapa masih di depan pintu, aku mau masuk.." Dan jangan lupakan satu wanita tua lagi Hani Pratama yang juga ingin menyaksikan bukti dua manusia menjalin asmara di tengah siang hari bolong yang sangat terik. Seterik panas cuaca dan gairah di dalam ruangan tersebut. Oups...

"Eh, itu Dalilah cucumu, kan, Dir..?" Hani bertanya kepada Nadira.

"Katanya cucuku yang berselingkuh dengan Mark? Ini yang benar gimana, sih?" Hani masih bertanya bingung. Rupanya informasi pata wanita cukup umur ini belum sepenuhnya valid.

"Kebenaran akan kita cari tahu sekarang.." Nadira Sarha menatap garang ke wajah Dalilah.

"Oma-oma kami bisa jelaskan ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Mari, silahkan masuk dulu.." ajak Mark seramah mungkin. Mark berusaha meredamkan aura detektif yang terpancar dari ketiga wanita baya di hadapannya. Walaupun kenyataannya Mark sedang gamang. Ingat pesan orangtuanya, akan runyam jika berurusan dengan wanita-wanita ini.

"Jangan mikir yang aneh-aneh, aku nggak berbuat macam-macam dengan Mark." Dalilah menarik masuk Nadira untuk duduk. "Rapikan bajumu," sindir Nadira penuh penekanan.

Wajah Dalilah sudah tidak bisa dijelaskan bagaimana bentuk dan rupanya. Tertangkap basah bagai dua pelaku mesum yang tidak bersertifikat halal, ditambah yang menyergap adalah sekumpulan para wanita lansia energik yang menginginkan pernikahan dari para cucunya.

"Bisa dijelaskan kenapa ada Dalilah di kantormu, Cucuku Tersayang?" Tiara mulai melakukan interogasi menatap Rama junior.

Nadira dan Hani duduk bersebelahan menghadap Mark dan Dalilah. Oh batin Tiara mengingat masa lampau saat menangkap basah pasangan muda bandel yang sudah menikah berkat dirinya. Mungkin kali ini akan bernasib sama. Deja vu.

"Han ingat penggerebekan kita di kamar hotel Biyan?" bisik Tiara kepada sahabat merangkap besan Hani Pratama.

"Iya kamu benar, sekarang Rama junior melakukan hal yang sama walaupun tidak sebandel biangnya," balas Hani pelan dan menganggukan kepala menatap Mark dan Dalilah penuh curiga.

Nadira tampak penasaran. "Apa yang digerebek? Kasih tau aku,dong!" tanyanya dengan suara berbisik pelan namun tetap terdengar, jelas sekali para oma ini memang tidak bisa menyimpan rahasia.

"Nanti saja yang penting kita selamatkan cucumu dan segera kita putuskan selanjutnya seperti apa. Aku rasa Dalilah dan Mark harus lebih dulu dinikahkan," jelas Tiara yang terdengar oleh dua tersangka di depannya dengan perasaan ketar-ketir, terutama Dalilah.

"Oma jangan salah paham,aku tidak melakukan apa-apa. Kami hanya mengobrol.." rengek Dalilah dengan wajah gelisah.

"Ooo mengobrol.." Ketiga oma itu hanya ber-oh  dengan nada tidak percaya. Hei, jam terbang mereka sudah lebih dari setengah abad. Mereka tidak mudah dibohongi dengan alasan seperti itu. Penampilan bibir kalian sudah cukup membuktikan secara jelas adegan yang baru saja kalian lakukan.

"Terus kamu ada keperluan apa ke sini Dalilah, apa kamu menawarkan produk lipstik untuk pria?" Nadira bertanya menatap langsung wajah sang cucu yang sudah kehabisan ide mencari alasan.

Dalilah sulit merangkai kata.

"Hhmm, aku ke sini, kesiniii..." jawab Dalilah terbata-bata berpikir alasan apa yang masuk akal. Mark sekilas menahan tawa, menatap sang kekasih memikirkan alasan yang logis disaat seperti ini.

"Dalilah nunggu aku, Oma. Kebetulan mobilku lagi di bengkel. Kita mau jalan bareng hari ini.." Dewi keberutungan memihak Dalilah, Rachel datang dan mengambil alih jawaban Dalilah.

"Iya, Oma kami mau jalan bareng." Dalilah berjalan cepat memeluk Rachel dengan sekuat tenaga. Rachel tersenyum lega dengan sambutan Dalilah.

"Wah, lagi ramai di sini?" Marsha datang menahan tawa yang hampir pecah. Ia tahu saudara kembarnya terpergok.

"Oma, apa kabar.." Marsha duduk di samping Mark.

"Baik, Sayangku. Ini kembarannya Mark, Dir, dia cantik, yah?" Tiara mengenalkan Marsha. Sejenak dua tersangka terlupakan dengan kehadiran Rachel dan Marsha.

"Rachel Sayaang..." Hani memberikan intrusksi tangan untuk mendekat dengannya.

"Omaaaa Hani, aku kangeenn..." Rachel memeluk omanya erat.

"Oh, cucu perempuan kalian sangat cantik, dia mirip Sarah." Nadira menatap bahagia calon istri dari cucu tersayangnya. Teringat penjelasan Satria sebelumnya tentang niat serius meminang Rachel.

"Siang, Oma.." Rachel memberi salam hormat  Nadira Sarha. Nadira membelai pipi Rachel dengan sayang. Rasanya ingin bercerita, tetapi Satria masih melarang dirinya ikut campur. Ah, masih ada satu cucunya yang harus dia selidiki, Dalilah.

"Kebetulan semua ada di sini. Nadira, tadi kamu bilang cucuku Rachel berselingkuh dengan Mark? Tapi kenapa cucumu yang di sini?" Tiara melanjutkan investigasi. Oke, dua tersangka kembali disidang.

Sesuai dengan niat kedatangan awal mereka bertiga ingin bertemu dengan Mark. Mereka hendak mencari tahu kebenaran perselingkuhan tersebut. Walaupun yang mereka dapatkan adalah wanita yang berbeda sedang bermesraan dengan Mark.

"Apa selingkuh? Aku dengan Mark?" Rachel tampak bingung ia menatap Oma Tiara meminta penjelasan. Tetapi Nadira merasa gatal dengan mulutnya jika tidak berbicara.

"Dalilah kamu ini gimana, sih, tadi pagi kamu bilang Rachel berselingkuh dengan Mark?" giliran Dalilah yang salah tingkah dengan tatapan Rachel yang terlihat kesal dengan tindakan Dalilah. Enak saja berpikir sesuka hati tanpa minta penjelasan terlebih dahulu dengannya.

"Nggak benar itu, Oma. Aku menganggap Rachel adikku sendiri. Lagipula, aku sudah mempunyai kekasih.." Mark menimpali dan menatap Dalilah saat ia selesai berbicara. Tiara mengetahui maksud siapa kekasih Mark.

"Sayang, apa kekasihmu, Dalilah? Wah, Nadira ini harus segera diikat, daripada terlalu jauh mereka bertindak.." Tiara memberikan idenya.

"Oma, aku tidak akan bertindak di luar batas percaya padaku!" Dalilah duduk di lantai di hadapan Nadira.

"Tidak di luar batas seperti ini?" Nadira merapikan rambut dan kerah baju Dalilah. Wajah Dalilah bak kepiting rebus menahan malu. Ia benar-benar tertangkap basah bermesraan.

"Aku sih, sebernarnya sudah berusaha tahan godaan, tapi Dalilah mendekatiku terus. Lebih baik memang hubungan ini segera diresmikan." Dalilah mendelik emosi menatap Mark. Kekasihnya rupanya mencari gara-gara.

"Wah, lebih baik kita menikahkan mereka dulu, aku takut mereka kebablasan.." Nadira mengangguk mendengar penjelasan Tiara.

"Iya, lebih cepat lebih baik.." Mark menimpali santai. Emosi Dalilah memuncak. Mark sadar ditatap garang Dalilah, dan dengan bahasa lirikan mata, Mark memberikan intruksi kepada Dalilah untuk membawa Rachel dalam menyelesaikan masalah. Dalilah seperti paham maksud sang kekasih, langsung segera bertindak.

Rasa kesal, kecewa dengan Rachel sejak semalam hilang seketika.

"Oma, biar Kakak dulu yang menikah! Oma tahu, Rachel bersedia menikah dengan Kakak, benar, kan, Chel..?" Dalilah menarik tangan Rachel, tetapi sang gadis pendek itu rupanya masih kecewa dengan fitnahan Dalilah. Situasi berbalik.

"No, lebih baik Dalilah yang harus segera dinikahkan,dia sudah tidak tahan sepertinya." Tatapan Rachel terlihat sangat licik di mata Dalilah. Bahkan mata Rachel menantang berani menatap Dalilah yang mendelik di hadapannya.  Dobel sialan.

"Nad, lebih baik urusi cucu perempuanmu dulu, perlu kamu tahu, Mark ini punya darah kental biangnya. Aku takut kejadian dulu terulang kembali. Tapi kami akan membantu, Mark juga sudah kuanggap cucuku.." bisik Tiara.

Dalilah hilang arah. Harus bersiasat apalagi? Akhirnya Dalilah melirik Marsha, berharap isi kepalanya masih normal mencernan situasi yang salah akan penilaian.

"Oma-oma tenang saja, aku akan memantau hubungan saudara kembarku dan Dalilah. Mereka aku jamin berhubungan sewajarnya. Biarkanlah mereka yang memutuskan selanjutnya." Marsha membuka suara. Dalilah tersenyum lega mendengarnya.

"Marshaa benar. Jangan terlalu terburu-buru. Tapi harus selalu dipantau." Hani selalu suka dengan sifat lembut dan kalem Marsha.

"Dia calon untuk Leo cucuku." Hani berbisik dengan Nadira. Wajah Marsha merona merah.

"Ya sudah, sepertinya gosip tadi hanya isapan jempol belaka. Mungkin cucumu sedang menutupi kebenaran kalau sebenarnya.. Ah, sudahlah jiwa muda memang selalu bergairah.." Tiara tertawa kencang membuat Dalilah sekali lagi kikuk dan bingung hendak berkata apa.

"Oke, kali ini Oma tidak akan menyebarkan kejadian tadi ke papamu, terlebih kakakmu," ancam Nadira. Dalilah mengangguk lesu. Mark terkikik geli.

"Oma tidak usah khawatir, aku akan membantu Dalilah menahan godaannya, tapi Oma mengizinkan tidak aku menjalin hubungan dengan Dalilah?" Mark mendekati Dalilah dan memberikan hormat untuk Nadira.

"Oma izinkan, asal kamu menjaga dia dengan benar, dan tolong nasihati kekurangannya. Dia mirip papanya, suka bermain rahasia." Nadira tersenyum dengan Mark.

"Siap laksanakan, Oma. Dalilah aman dengan aku. Kalau ada apa-apa, aku akan berkata jujur dengan Oma." Mark menyeringai bahagia. Dalilah masih setia menahan emosi.

"Mark kamu sudah Oma anggap cucuku juga. Jaga baik-baik Dalilah, dan ingat hubungan kalian akan terus kami PANTAU." Tiara berkata dengan senyuman tak terbaca. Senyuman yang hanya mereka yang tahu akan bertindak apa selanjutnya.

"Ayo kita pulang. Wah, apa kita mencari gedung saja, yah? Atau mencari jasa katering?" Hani terlihat antusias.

"Nanti saja di mobil kita rundingkan di sini, banyak pitik-pitik.." ucap Tiara melirik Mark.

"Madam kesayanganku." Mark memeluk Tiara erat, ia sudah menganggap Tiara sebagai neneknya sendiri. Setelah ketiga oma itu pergi, Mark langsung duduk tersenyum lega. "Akhirnyaa..."

"Mark sialannn..." Dalilah langsung menerjang Mark. Ia duduk di samping Mark, menyubiti lengan dan pinggang kekasihnya itu sekuat tenaga. Marsha yang duduk di samping mereka hanya tertawa karena saudara kembarnya terlihat bahagia dan nyaman dengan Dalilah.

"Sakit, Manisss... " Mark justru merangkul Dalilah, kemudian memeluk erat. Membuat Dalilah tak bisa melanjutkan aksi kesalnya.

"Kamu berbicara seolah aku yang menggoda kamu dan merayu. Aku kan malu sama oma-oma itu." Dalilah akhirnya berhenti mencubiti Mark dan terlihat mengerucutkan bibir. Lelah juga menyalurkan emosi seperti itu.

"Iya-iya, aku minta maaf, tapi kita dapat tanda tangan setuju dari omamu.." Mark mencubit bibir Dalilah sekilas.

"Iya, sampai-sampai kamu memfitnah aku berselingkuh dengan Mark." Hei, Rachel masih berdiri di depan pintu dan hendak keluar, Dalilah langsung berdiri mengejar Rachel. Merasa mereka akan bertengkar Marsha hendak memisahkan tetapi Mark menahan.

"Biar mereka selesaikan kekonyolan ini berdua, kita hanya menonton saja, lebih seru," kata Mark terkikik

"Ini gara-gara kamu, Mark. Kalau mereka benar-benar bertengkar parah, gimana?" tanya Marsha khawatir.

"Percaya padaku, mereka tidak akan lama bertengkarnya." Mark dan Marsha berdiri melihat dari depan pintu, Rachel dan Dalilah kini berhadapan di taman pribadi Mark.

"Biarkan mereka selesaikan berdua." Mark menutup pintu ruang kantornya. Sementara di luar ruangan itu tepatnya di taman teduh milik Mark, udara sekitar tidak seasri emosi Rachel dan Dalilah.

"Apa maksud kamu, Lil? Aku berselingkuh dengan Mark?" tanya Rachel tajam.

"Tadi pagi aku masih kesal dengan kamu, karena melihat foto kamu menerima ciuman Mark," jawab Dalilah tak mau kalah.

"Sudah kubilang aku spontan membalas ciuman itu." Rachel setengah berteriak. Tapi Dalilah masih tetap dengan pendiriannya. "Tetap saja kalian berciuman." Tadi saat para oma hadir, mereka bisa mendadak akur, sekarang kembali lagi.

"Ternyata kalian bodoh semua." Rachel dan Dalilah dikagetkan dengan tamu yang sangat-sangat tidak diundang. Karena dialah akar permasalahannya mereka bisa bertengkar.

"Ngapain lo ke sini, mau benerin mobil di luar sana bukan di sini" desis Dalilah tajam menatap Kimberly.

"Aku mau bicara dengan yang punya bengkel mau join sesuatu. Bisniss..." jawab Kimberly santai.

"Heh sinting masih belum puas apa lo bikin gue kesel semalam, pergi dari hadapan gue sana!!!" Rachel menimpali Dalilah tak kalah emosi.

"Jangan salahin aku dong sayang. Satria dan aku memang bersenang-senang semalam lagipula apa hak kamu marah? Kalian ternyata tidak pacaran kan?" tanya Kimberly.

"Jadi elo yang ciuman sama kakak? Udah sana pergi jangan ganggu kita berdua." Dalilah mengusir Kimberly, ia sedikit kasihan dengan perubahan wajah Rachel yang terdiam kaku.

"Dengar Rachel sayang bukan alasan yang dapat diterima kamu membalas ciuman dari pacar teman kamu sendiri. Itu sih namanya musuh dalam selimut. Kalau aku kan mencium Satria bebas karena dia single." kini wajah Dalilah kembali emosi menatap Rachel.

"Ayo Chel Lil kita pergi dari sini. Kalian akan semakin terhasut mendengar ocehan wanita ular ini." Marsha tiba-tiba menerobos dan menarik Rachel dan Dalilah untuk ikut dengannya.

"Marsha putri bulan yang anggun berlagak penyelamat yah." Kimberly tertawa mengejek melihat kepergian mereka.

"Jangan dengerin ocehan wanita itu..." Marsha berbicara dengan Dalilah dan Rachel yang masih sama-sama cemberut tetapi tetap ikut berjalan dengan Marsha.

"Rachel tidak hanya menerima ciuman tapi juga menerima gendongan mesra." suara Kimberly masih jelas terdengar.

"Tunggu.." Dalilah berhenti dan melepaskan genggaman tangan Marsha. Sekali lagi ia menatap Rachel dengan aura emosi. Rachelpun tak kalah emosi menatap Dalilah.

"Ayo udah jangan ribut lagi ini cuma salah paham.." Marsha berusaha menengahi.

"Tukang selingkuh." ejek Dalilah.

"Tukang fitnah." balas Rachel tak mau kalah. Marsha menepuk dahinya pasrah. "Haduuhh.."

"Siap.." Rachel menantang Dalilah dengan senyuman jahat. Dalilah mengangguk. "Siapa takut pendek." nada Dalilah mengejek.

Mereka berjalan berdua menghampiri Kimberly yang masih tertawa.

"Dasar sinting.." Rachel begumam kesal dengan wanita sexy di hadapannya.

"Arrrhhh tolong..." Kimberly berteriak karena Dalilah menarik rambutnya dan jangan lupakan Rachel..

Byuuurrrrrr..

Akhirnya mereka mendorong Kimberly jatuh berenang di dalam kolam ikan-ikan koi milik Mark.

"Arrhhhh tolong.. Awas kaliannn...." Kimberly berteriak karena tubuhnya basah terduduk dikolam ikan tersebut. Kedua wanita itu hanya tertawa dan saling berangkulan bahagia.

Mark yang hanya berdiri di depan pintu ruang kantornya hanya menggelengkan kepalanya menyaksikan dua wanita spesial dihatinya bertingkah. "Chip & Dale bersatu." gumam Mark geli.

"Heh cewe aneh udah untung lo kita ceburin ke kolam ikan. Pantesnya lo tuh di got!!!" desis Dalilah yang sudah tak kuat menahan emosinya.

"Itu sedikit balasan dari gue karena dulu lo pernah ganggu abang gue dan Marsha, oh ya perlu lo ingat ciuman lo semalam dengan Satria gak akan pernah gue tanggepin. Dasar cewek sinting. Jangan sekali-kali lagi lo berani muncul di hadapan gue. Gue bukan cewek lemah." Rachel murka.

"Apalagi gue. Awas aja lo berani nongol depan muka gue. Terus berani-berani lo ganggu kakak gue! Tamat aja lo!!! Bener kata kamu Chel dia sinting..." akhirnya Dalilah tersenyum menatap Rachel. Mereka berpelukan. "Kita bisa jadi team lagi nggak pendek?" tawar Dalilah, Rachel mengangguk. "Bisa nenek."

"Ladiesss ini kolam ikan ku kenapa jadi ada putri duyung.." Mark menatap geli tingkah dua wanita di hadapannya.

"DIAM..." Rachel dan Dalilah menjawab bersamaan sambil cemberut menatap Mark.

"Udah ayo kita pulang, Mark urus tuh ular berbisa." Marsha kembali datang dan menarik kedua wanita labil untu ikut dengannya.

"Eitss simanis biar sama aku." Mark menahan Dalilah tapi sang kekasih menolak.

"Aku masih marah sama kamu, minggir aku mau ikut Marsha aja." Dalilah pergi meninggalkan Mark, sejenak ia berhenti dan membalikan badan menatap Kimberly yang berhasil naik dari kolam ikan dengan tubuh basah bercampur lumut hijau.

"Heh sinting berani sekali lagi lo ganggu pacar gue awas ajah gue lempar lo ke kandang macan." Dalilah pergi sambil menggerutu.

"Udah ngambek masih ngaku pacar. Huh nggak kakak dan adik punya sifat sama. Egois." Rachel mencibir kelakuan Dalilah yang sangat mirip ternyata dengan Satria.

" Dalilah emang unik, udah tahu cemburu ngapain dia pergi yah. Ah udahlah yuk Chel kita pergi.." Marsha merangkul Rachel tanpa menatap Kimberly yang basah kuyup di depannya.

"Ayo cepetan pendek lamaa amat jalannya." Dalilah berteriak menunggu Marsha dan Rachel.

"Sabar nenek..." ketus Rachel sebal. Sejujurnya ia senang salah faham dengan Dalilah tidak berujung ribut terlalu lama.

"Mark.." Kimberly yang sudah basah di sekujur tubuhnya tampak meminta bantuan dengan Mark.

"Hei nona..dengar aku tidak tahu maksud kamu mengirimkan itu ke pacarku. Yang pasti aku tidak akan tinggal diam jika ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dan membuat kacau segala sesuatunya." Mark tersenyum penuh arti menatap Kimberly.

"Aku tidak mengirimkan foto adegan kamu dan Rachel ke Dalilah." jujur Kimberly dengan bodohnya. Mark tertawa mengejek.

"Pakailah ruangan di situ, akan aku suruh orang mengambil baju bersih milikku dan peralatan mandi. Setelah itu jangan pernah datang lagi ke taman pribadi milikku." Mark menunjuk kamar kosong di dekat pintu menuju bengkel.

"Terimakasih Mark." jawab Kimberly. Sayangnya Mark sudah pergi lebih dulu meninggalkan dirinya.

***

Di kamar Rachel.

"Janji yah kalian jangan lagi bertengkar..." Marsha berdiri sambil bersedekap di depan dua wanita dengan temperament yang tak kalah kerasnya satu sama lain.

"Dia cium pacar aku seenaknya." sindir Dalilah yang sedang duduk bersandar di kasur.

"Hallah aku juga nggak nafsu sama Markona.." Rachel yang juga sedang duduk melempar bantal ke arah Dalilah lalu ia tertawa menatap Dalilah.

"Hahahah...dasar pendek!!!" Dalilahpun juga membalas lemparan Rachel.

"Dasar kalian berdua bikin aku stress tadi. Tapi kalian kompak juga yah, Kimberly jadi berenang di kolam..." Marsha duduk di tepi tempat tidur.

"Ah kalo aku sih Sha tau dia biang kerok hubungan pacaran udah dari awal aku seret terus bejek-bejek tuh muka dempulan.." sungut Rachel berapi-api.

"Hallah ngomong doang buktinya semalem kamu nangis liat kakak ciuaman sama dia..." cibir Dalilah.

"Itukan beda aku emang nggak ada status jelas sama kakak kamu, semalam aku kecewa." dengus Rachel lelah.

"Udah deh sekali-kali kita free ngomongin pria. Aku lagi males aja bahas urusan kaum Adam." Dalilah menimpali.

"Sha perasaan kamu maju mundur terus sama abang. Si sinting jangan jadi itungan. Tenang aja kalo dia mulai macem-macem aku siap membantu. Ceburan dia ke kali aku mau.."

"Apalagi aku Sha.. aku siap membantu urus si Kimberly itu." Dalilah duduk tegak dengan bangga. Rachel mencibir.

"Ah kamu urus aja kebijakan para oma-oma. Emang enak disidak mendadak.. " goda Rachel. Seketika wajah Dalilah berubah gelisah.

"Haduh gimana ini kalo oma ku bilang sama papa dan mama. Wah kalo kakak tahu gimana?" Dalilah semakin panik.

"Ya sudah paling kalian berdua dikawinin buru-buru." Rachel semakin menggoda Dalilah.

"Aku nggak mau nikah buru-buru. Haduh Sha gimana? Rachel kamu bantuin aku dong biar kakak ku nggak marah kalau tahu. Bisa-bisa aku dikurung di rumah nggak boleh keluar rumah.." Dalilah menarik lengan baju Rachel dengan manja.

"Yah yah yah Chel?!" Rachel menggeleng tak perduli. "Nggak ah aku lagi males berurusan sama kakakmu."

"Yah jangan gitu dong calon kakak ipar. Yah yah rayu kakak semampu kamu." rengek Dalilah.

"Hahaha kamu jadi kakak ipar harus baik dong" Marsha menggoda Rachel.

"Untuk sementara kita lupakan pria-pria brengsek itu." Rachel memberikan ide yang diangguki oleh Marsha dan Dalilah.

"Gimana kalau malam ini kita jalan cari-cari pemandangan. Nggak perlu aneh-aneh yang penting liat yang lucu-lucu ajah." usul Dalilah yang diangguki antusias Rachel.

"Nggak ah aku nggak mau menambah masalah." Marsha menolak ia wanita yang malas mencari tantangan.

"Ah nggak asik kamu Sha. Ini juga buat kamu, biar kamu nggak terlalu bingung mikirin abang. Kita juga butuh refreshing. Kita sekarang siap-siap terus jalan yah." Rachel sangat bersemangat.

"Ayo aku juga mau. Tapi Chel kamu izinin aku sama kakak yah, bilang kita nggak akan pulang malam." mohon Dalilah. Rachel hanya menggeleng cuek.

"Kamu sms aja dulu! Bilang kamu mau jalan bareng aku. Maaf aku lagi malas berurusan dengan kakak kamu." Rachel berlalu ke kamar mandi. Dalilah terlihat lesu.

"Rachel masih sakit hati sama Satria. Lil kakak kamu ko jahat sih sama Achel? Aku kasihan jadinya. Achel itu dasarnya hatinya manja tapi dia berusaha tegar di depan kita." Dalilah juga berfikiran yang sama dengan Marsha.

"Sstt tapi kejadian ini ada hikmahnya Sha. Kakak jadi yakin kalau dia benar-benar mencintai Rachel." bisik Dalilah pelan. "Maksud kamu?"

"Tadi pagi kakak udah minta restu sama keluarga di rumah kalau dia mau melamar Rachel menjadi istri. Makanya tadi aku sempat bikin kehebohan dan bilang Mark selingkuhan Achel." Dalilah menepuk bibirnya sendiri merutuki kesalahan yang ia perbuat.

"Terus Achel udah tahu?" Dalilah menggeleng. "Kakak mau berjuang sendiri. Tadi juga kalau kakak tahu oma menemui Mark kakak pasti marah." Marsha tersenyum lega.

"Mudah-mudahan mereka berjodoh yah. Satria kaku, Rachel riang hahaha mereka pasti serasi." Marsha tersenyum menatap Dalilah.

"Kamu juga Sha serasi sama Leo tapi kenapa kamu tidak mau berjuang?" Marsha diam dengan pertanyaan Dalilah.

"Aku takut Lil.." jawab Marsha lirih. "Aku nggak seperti kamu Lil, dan Achel yang bisa meluapkan emosi tanpa perduli apa kata orang. Aku cenderung mengalah untuk yang lebih baik." Dalilah menggeleng tak setuju.

"Kalau gitu terus kapan bahagianya Shaaa..." tanya Dalilah lelah.

"Nggak tahu lah.." desah Marsha. Hatinya memikirkan Leo. Sejak kemarin siang mereka tidak bertemu dan itu sangat disayangkan. Lagi-lagi mereka mundur selangkah.

Sementara di luar kamar mereka tidak tahu ada sepasang telinga yang mendengarkan pembicaraan mereka dari balik pintu. Leo menahan deru nafasnya saat mendengar Marsha berbicara tentang hubungan mereka.

Mungkin benar yang Mark dan Daddy Rama bilang aku harus memberikan Marsha pelajaran apa itu arti perjuangan. Tapi kalau dia terus mendengarkan ide Dalilah dan Rachel bisa jadi dia mencari pria lain. Ah ruwet jadinya.

Leo berjalan menjauh dari kamar sang adik dan hendak memikirkan sesuatu. Cara yang benar agar Marsha tidak mencari pria lain.

Sesampainya di kamar Leo merebahkan dirinya. Ia lalu mengambil ponsel miliknya mengetik pesan di dalam group terbaru yang baru saja ia buat beberapa waktu yang lalu.

------
Group Brader

•Leo : Info, Marsha Dalilah dan Rachel akan pergi mencari PEMANDANGAN nanti malam.

•Mark : whaattt????

•Leo : ya sepertinya mereka enek sama kita dan mau mencari pria lucu-lucu katanya.

•Leo : gmn markona kalo mereka kepincut pria lain?

•Mark : hahaha kasih mereka waktu brader. Dalilah pasti setia sama gue. Tau deh kalau adek lo mungkin dia udah capek ngadepin ibu tirii, kaburr.

•Satria : BERISIK lo mark.

•Satria : ganggu aja org lg sibuk.

•Satria : Leo adek lo seneng warna apa? gue lg beli kado.

•Mark : hijau kakak.

•Satria : gue nggak tanya lo.

•Leo : hahaha hijau, dan dia anti warna pink. Lo mau beliin apa? Ehem.. Semangat berjuang.

•Satria : bunga atau boneka?

•Mark : kakak alay deh.

•Satria : (-_-")

•Mark : ngambekan ah.

•Mark : nggak asik ah.

•Mark : tium dong.

•Satria : Leoooo.. jawab!!!

•Leo : hahaha boneka. Ada baiknya lo beliin parfume dia paling suka parfume.

•Satria : dia suka wangi apa?

•Mark : nyong nyong.

•Satria : (-_-)

•Satria : mau gue pisahin lo ama Lilah??? Mingkem!!!

•Mark : jangan dong kakak brader, maenannya anceman.

•Satria : Leo jawab! gue lagi mau beli parfume nih.

•Leo : tiap hari dia pake japanese cherry blossom.

•Satria : oke gue beliin itu juga.

•Leo : boneka dia suka betty boop sama tazmania.

•Mark : sexy betty boop.

•Satria : ukuran baju?

•Satria : ukuran sepatu?

•Satria : ukuran celana?

•Mark : ga sekalian ukuran BRA?

•Mark : lo mau borong apaan aja sih? Udah kaya mau hantaran? Kaya diterima aja lo ngelamar Achel.. Kabuuuuurrrrr..

•Leo : ahhh gue gak tau Sat.. mana gue apal ukuran dia. Udah parfume aja. Ribet amat lo.

•Satria : abis gue bingung mau kasih buat dia apa, yg ada semuanya gue borong. Sepatu, baju, topi, tas, dompet, bunga, kacamata, parfume, boneka, handuk, saputangan.

•Mark : shopiiing niyee.

•Mark : handuk?????

•Mark : ahh kakak mesum.

•Mark : kaya diterima aja ntar.

•Satria : BERISIK...!!!!

•Satria : btw ntar malam mereka mau kemana?

•Satria : Kasih tau alamatnya.

•Satria : Mark lo pulang anter adek gue!! Awas jangan malem2.

•Mark : laksanakan kakak.

•Satria : Leo ntar Achel gue ajak jalan yah?!

•Leo : mau kemana?

•Satria : ada ajaa hihihihi

•Leo : hmmmm

•Satria : tenang aja gue ga bakal macem2 sebelum nikahin adek lo.

•Leo : iye gue percaya.

•Satria : lagian ntar lo jadi bisa pulang bareng Marsha hahahha

•Mark : jangan, Le inget pesan gue. Hindari Marsha untuk sementara. Lo harus mampu.

•Mark : lo mau liat dia berjuang kan demi diri lo kan? Ini saatnya.

•Satria : kali ini gue setuju.

•Mark : kita sehati kakak.

•Satria : prettt.

•Leo : berisiiikkkk, udah ah ruwet gue baca ocehan lo pada.. ntar gue kirimin alamat bye.

•Satria : oke gue mau cari kado lagi..bye..

•Mark : oke pokoknya lo tenang aja selama Chip and Dale nggak ngasih nasihat aneh-aneh gue yakin Marsha pasti berjuang buat dapetin lo lagi.

•Satria : Chip and dale???

•Mark : Rachel ama Dalilah hahaha.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro