Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10

Rumi berlari dengan tergesa menyusuri lorong. Langkahnya terhenti begitu dia berada di depan sebuah kamar, nampak sahabatnya menangis tergugu sendirian.

Gadis itu adalah Nara, sahabat yang menghubunginya selepas makan malam tadi. Dengan suara terisak, gadis itu meminta Rumi untuk menemaninya.

"Gimana, Ra?" Rumi duduk sambil memeluk Nara dari samping untuk menguatkan.

"Mas Rian, Rum." Dengan sesenggukan Nara selanjutnya menceritakan kronologis musibah yang menimpa Rian, sang kakak.

"Kamu yang tenang. Yang penting Mas Rian udah nggak kenapa-kenapa sekarang." Sebelah tangan Rumi mengusap punggung berusaha menenangkan Nara.

Tap ... Tap ... Tap....

Terdengar langkah kaki mendekat dan berhenti di depan mereka. Rumi yang menyadari keberadaan orang lain di antara mereka kemudian mendongak, hingga beberapa saat sebuah cengiran terlihat di wajahnya.

"Aku nyariin kamu dari tadi, Rum. Begitu turun dari motor, kamu malah langsung lari gitu aja. Itu, helm juga gak dilepas dulu," cakap Rama sambil menunjuk ke kepala Rumi.

Rumi refleks memegang kepala,ternyata benar. Ia sama sekali tak menyadari hal itu, dengan wajah memerah dia membuka helm dan menyerahkan pada Rama.

Nara yang tadinya menangis khawatir, terlihat mencerna, hingga tiba-tiba tawanya meledak melihat kekonyolan yang dilakukan Rumi, karena kalut ia tak memperhatikan penampilan Rumi yang ternyata masih menggunakan helm masuk dalam area rumah sakit.

Kenapa tadi sekuriti pas kasih tau letak kamarnya juga enggak ngasih tau kalo aku masih pake helm sih, gerutu Rumi dalam hati.

"Ya ampun Rumi. Emang nggak berasa bawa helm segede gitu?" Nara tertawa sambil menepuk pundak Rumi.

"Namanya juga orang panik. Kamu telpon malam-malam sambil nangis histeris gitu. Untung ada Mas Rama yang disuruh abi nemenin tadi," gerutu Rumi yang tak terima, menepuk balik lengan Nara.

Rama yang menyaksikan interaksi dua gadis di depannya hanya bisa tersenyum kemudian melangkah untuk duduk tak jauh dari mereka.

"Eh, Rum. Kayaknya masih ada yang aneh deh." Nara yang sudah tenang, mulai memperhatikan penampilan Rumi.

"Aneh apaan? Aku tambah manis gitu? Jangan aneh-aneh ya kamu Ra." Rumi mengerutkan dahinya, menunggu lanjutan omongan Nara.

"Kui (Itu)," Nara menunjuk bagian kaki Rumi.

Rumi yang mengikuti arah telunjuk Nara sontak kaget.

"Astaghfirullah... Sandalku selen (bukan pasangannya)!" Rumi kemudian menutup wajahnya. Lagi-lagi karena panik dan buru-buru, dia tidak memperhatikan ketika memakai sendal. Kaki kanannya memakai sendal jepit berwarna kuning sedangkan sebelah kiri memakai sendal selop ungu milik ummi. Entah mau ditaruh dimana mukanya sekarang, rasanya ia ingin bersembunyi dalam selimutnya saja.

Rama yang duduk tak jauh dari mereka pun ikut tertawa terbahak mengetahui kekonyolan Rumi yang lain. Beberapa pengunjung sempat menoleh, memperhatikan mereka karena terkejut.

"Besok lagi, panik boleh tapi teledor jangan, Rum. Untung bukan hidungmu yang ketinggalan di rumah gara-gara kamu panik" tegur Rama sambil menahan tawanya.

Duuuuhhh..... Rasanya pengen punya pintu kayak punya doraemon. Malunya nggak nanggung, mana lagi rame di sini, batin Rumi.

.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro