Over Protektif
Setelah dua hari dirawat akhirnya Kia diijinkan pulang mengingat kondisinya yang sudah membaik. Dan selama itu lah sang suami setia menemani, Ken kini berubah sedikit over protektif kepada Kia pasca Kia keluar dari rumah sakit.
“Mas ...aku bisa sendiri gak usah digendong malu dilihatin orang” tolak Kia lembut ketika Ken ingin menggendongnya
“Oke kalau gak mau digendong berarti kamu harus naik ini kamu masih lemas Kia” menunjuk sebuah kursi roda.
“Tapi mas Kia udah sembuh loh...enggak ahh Kia kuat jalan kok...kakak tenang saja” ucap Kia meyakinkan.
Tanpa basa basi Ken langsung menggendong Kia ala bridal style keluar ruangan menyusuri lorong demi lorong. Banyak orang melongo melihatnya membuat Kia malu dan menelusupkan wajahnya kedada bidang sang suami dengan kedua lengan tangan yang setia mengalung dileher sang suami.
Ken mendudukkan Kia dikursi samping kemudi lalu ia berlari masuk kedalam mobil duduk dibagian kemudi melajukan mobil menuju Apartemennya.
Meski hanya dengan kecepatan sedang tak butuh waktu lama untuk Ken sampai di apartemen karena jarak apartemen dengan rumah sakit tak terlalu jauh. Tak seperti biasanya yang cuek kini Ken lebih menunjukkan perhatiannya yang terkadang membuat Kia kesal karena terlalu berlebihan.
"Kak Ken gak kerja?" Tanya Kia pelan.
"Kenapa pengen ditinggal kerja kamu? Atau gak suka diperhatiin suami?" Tanya Ken menyelidik.
" Bu....bukan gitu kali mas....ah mas Ken mah sensian deh..." jawab Kia sembari memanyunkan bibirnya.
"Gak usah dimanyunin gitu...atau kode minta..." ucap Ken menyeringai nakal.
"Gak... ih enak aja" ucap Kia cemberut yang membuat Ken terkikik senang.
Drrrrrtdrtttt
Suara getar entah dari ponsel siapa dinakas yang langsung disambar oleh Ken, terpampang nama mama yang kemudian segera Ken angkat.
"Ya ma..."
"......."
"Ada kok... bentar Ken kasih Kia" ucap Ken sembari menyodorkan ponsel ke Kia.
Ken berjalan kerah dapur mengambil bubur yang ia beli tadi dalam perjalanan pulang menaruhnya kedalam mangkuk lalu membawanya kekamar.
"Hallo ma...apa kabar?" Sapa Kia sopan.
"......"
"Kia udah sembuh kok mama jangan khawatir ya..."
"......."
"Iya ma...hmmm udahan dulu ya ma mas Ken udah bawain Kia makan...bye ma....."
Dari arah pintu terlihat Ken membawa nampan berisi samangkuk bubur yang kemudian diletakkan diatas nakas dan memberi kode Kia untuk segera menyudahi teleponnya yang dibalas anggukan oleh Kia.
Ken pun duduk disebelah Kia dan berniat untuk menyuapinya namun ditolak oleh Kia. Bukan Ken namanya jika tidak bisa memaksa Kia untuk menurutinya dan akhirnya Kia pun luluh dan mau disuapi oleh Ken.
"Mas...Kia uda kenyang...udah ya" ucap Kia merengek.
"Dikit lagi Ki...kamu baru dikit makannya nanti mas kasih hadiah deh kalau kamu makannya banyak" bujuk Ken.
"Beneran ya..." ucap Kia semangat yang dibalas anggukan oleh Ken.
Selang beberapa waktu akhirnya bubur Kia habis dan Kia pun menagih hadiahnya.
"Udah...ayo mana hadiah buat Kia" ucap Kia semangat.
"Tutup mata dulu dong" pinta Ken.
Cup sebuah ciuman pipi Kiri.
"Ini untuk istri yang penurut"
Cup untuk pipi kanan.
"Ini untuk istri yang cantik"
Cup untuk kening.
"Ini untuk istri yang baik"
"Dan ini untuk..." ucap Ken menggantung.
"Ya ampun jangan bilang kak Ken mau cium bibirku... aduh kenapa aku jadi gugup gini sih" gumam Kia dalam hati sembari meremas ujung seprei.
"Ini untuk kamu Ki..." ucap Ken sembari menyodorkan sebuah amplop coklat untuk Kia dan membuat Kia langsung membuka mata.
Ada rasa lega karena apa yang difikirkan Kia ternyata salah.
"apa ini mas?" tanya Kia penasaran.
"buka dong..."
"tiket ke Bali... " ucap Kia sembari menatap sang suami yang dibalas anggukan oleh suaminya.
"hemm... kita akan pergi liburan minggu depan..."
"tapi mas... bagaimana dengan kuliah Kia? " cicit Kia sembari menunduk.
"Nanti mas atur... mami sama papi kasih itu buat kita Ki, mas gak mungkin nolak kan..?" ucap Ken yang dibalas anggukan kepala oleh Kia.
" Baiklah kita akan pergi liburan minggu depan... " ucap Kia datar sembari membaringkan tubuhnya.
"Tenanglah aku tak kan memintanya disana jika kau belum siap Ki... tak perlu merisaukan masalah liburan... Kita hanya perlu me uruti kemauan mami dan papi agar mereka tidak kecewa" ucap Ken seolah mengerti apa yang Kia fikirkan.
"Maaf mas..." ucap Kia merasa bersalah.
"tak apa sayang... mas kan sudah janji sama kamu buat sabar " ucap Ken sembari tersenyum menarik tubuh sang istri kedalam dekapannya.
♡♡♡♡♡
Kia sudah mulai aktifitasnya seperti biasa dan hari ini adalah hari pertama Kia mengikuti kelas.
"Hai Ki... apa kabar? udah baikan?" Tanya Intan yang duduk disebelah Kia.
"Kabar baik tan... ospeknya bagaimana kemarin? seru?"
"Melelahkan Ki... kalau boleh milih gue gak mau ikut " ucap Intan terkekeh.
"kau memang selalu begitu Tan... "
"Nia mana? tumben belum dateng..."
"dia tidak masuk hari ini... sakit mungkin karena kelelahan Ki"
"hemm begitu ya... bagaimana jika usai kelas kita jenguk Nia?"
"ide yang bagus Ki... aku setuju..."
Usai Matkul selesai Kia dan Intan bergegas menuju rumah Nia karena sang sahabat kini sedang sakit.
"Pak nanti mampir ditoko buah dulu ya... " ucap Kia kepada sang sopir.
Kia mencari cari ponselnya yang sedari tadi bergetar sudah bisa ditebak itu pasti dari Kenan sang suami yang sedang mengkhawatirkannya karena ia lupa mengabari sang suami.
"halo mas"
"....."
"iya mas... maaf ya aku tadi buru buru soalnya mau jenguk Nia sakit..."
"...."
"iya iya aku inget kok mas... iya iya nanti aku cepet pulang" bip suara sambungan telepon dimatikan.
"Siapa? laki lo ya?" tanya Intan yang dibalas anggukan oleh Kia.
"siapa lagi yang seover protektif itu ke gue kalau bukan suami gue"
"Cie ileh dulu aja sedingin es nah sekarang pas udah dapet jatah jadi over gini" cibir Intan sembari terkekeh.
"jatah apaan?" tanya Kia polos.
"ya itu enaena...." ucap Intan terkikik geli.
"aish gue masih virgin kali... " ucap Kia percaya diri.
"Sumpah lo... " pekik Intan tak percaya.
"hemmm... gue serius" ucap Kia sembari menganggukkan kepala.
"wahh parah lo Ki... ati ati laki tampan nan tajir lo ditikung cewek sexy" ucap Intan menakut nakuti Kia.
"Jangan nakut nakutin lah Tan..."
"ya sudah kalau gak percaya"
"terus gue harus gimana dong"
"ya kasih jatah buat suami lo lah"
"tapi gue takut Tan" ucap Kia sembari menunduk.
"ya elah apa sih yang lo takutin... dia itu udah sah jadi laki lo Ki... lo wajib kasih dia haknya jangan sampai lo nyesel loh "
Kia menghela nafas panjang sembari berfikir tentang perkataan sahabatnya. Apa yang dibilang Intan memang ada benarnya, seharusnya dia gak perlu takut buat kasih hak kesuaminya sendiri. Kia mulai goyah, kata kata Intan benar benar membuatnya berfikir keras.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro