Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5. Satu Bus dengan Mas Bams

Para peserta kajian tahsin rutin menyimak pelajaran hari itu dengan penuh saksama. Kami membaca satu per satu ayat secara bergiliran, mempraktikkan apa yang diajarkan oleh Ustaz, lalu diberi penilaian atau komentar terhadap bacaan Alquran kami.

Usai penyampaian materi, Ustaz menyampaikan sebuah informasi penting.

"Bapak-ibu, mohon perhatiannya. Pekan depan insyaaAllaah pusat penyelenggara kajian tahsin akan mengadakan sebuah Dauroh Tilawatil Quran. Dauroh itu seperti seminar, dengan tema praktik membaca Alquran yang baik dan benar," ujar Ustaz.

Kami sangat antusias pada acara Dauroh tersebut. Kami semua pun mendaftar serta memesan tiket tanpa kecuali, termasuk Mas Bams. Kenapa harus ada dia? Jadi, nanti satu bus dengan lelaki itu?

Hari itu pun tiba. Aku mandi pagi-pagi serta bersiap untuk berangkat Dauroh, rasanya semangat sekali. Begitu pula bapak. Sampai di majelis sebagai tempat transit dan untuk menunggu bus datang, ternyata ada Mas Bams yang memakai baju lengan panjang. Jadi, dia tidak bertugas sebagai SATGAS penunjuk jalan, atau menjaga sekitar gedung tempat acara? Pria itu ikut menjadi peserta Dauroh, sama sepertiku. Jengkel sekali!

**

Dauroh pun dimulai. Lalu di tengah-tengah penyampaian materi, karena sudah tak tahan akan rasa kantuk, aku pun menunduk dalam supaya tidak ketahuan sedang memejamkan mata. Setengah menit kemudian, bangun lagi, tidur lagi, bangun lagi. Sampai saat istirahat, ada jatah makan siang dengan cara menukarkan tiket yang sudah kami beli, lalu kami makan. Akhirnya rasa kantuk yang tadi menyerang pun menghilang sehingga bersemangat untuk mengikuti materi selanjutnya, karena masih ada sesi tanya-jawab.

Usai semua peserta salat berjamaah dan makan siang, dilanjutkan dengan pemaparan materi yang tadi belum selesai, juga tanya-jawab seputar bacaan Alquran. Aku bersemangat mengikuti semuanya sampai selesai. Di akhir acara, ada doorprize dengan pertanyaan seputar ayat Alquran dan sambung ayat bagi yang hafal juz 29, juz 30 dan beberapa juz lainnya. .

Setelah acara selesai, semua peserta berhamburan keluar. Aku berjalan mengikuti peserta Dauroh putri dari desaku, menuju tempat bus diparkirkan. Lumayan lelah juga berjalan, karena di rumah selalu naik sepeda ke mana-mana.

**

Mentari sudah mulai turun di ufuk barat. Rupanya jam di ponselku menunjukkan jam empat sore. Rasanya mata sudah lelah sekali.

Akhirnya aku sampai di tempat bus sewaan majelis cabang kami diparkirkan. Rupanya para bapak sudah sampai di bus dahulu. Mereka menunggu para peserta putri sambil duduk-duduk di trotoar dan minum teh yang tersedia. Eh, ada Mas Bams juga. Mengapa, ya, harus selalu ada pria itu setiap ada acara majelis? Aku berusaha tidak memedulikannya, lalu mengalihkan perhatian pada bapakku yang baru saja datang.

"Mau diambilkan minum, Pak?" tawarku pada bapak.

"O iya, alhamdulillaah." Bapak ikut duduk di pinggir jalan bersama yang lain, tetapi agak jauh jaraknya dari Mas Bams.

Aku mengambil dua gelas plastik yang telah tersedia dan mengisinya dengan teh.

"Ini, Pak." Aku menyerahkan segelas teh pada bapak.

Ternyata teh yang ku seduh panas sekali. Aku celingukan kanan-kiri, lalu teringat ada AC di dalam bus. Aku berinisiatif untuk masuk dan menempati kursi yang tadi ku duduki. Ternyata belum ada orang sama sekali.

"Nah, kalau gini, kan, cepat dingin," gumamnya sembari membuka tutup AC dan mendekatkan gelas plastik yang berisi teh panas milikku di bawahnya.

Setelah dingin, aku membuka cadar dan mulai minum, walaupun aku tahu mendinginkan minuman dengan AC seperti ini tidak sehat, tetapi rasa haus ini sudah tak bisa ditahan. Jam kajian Dauroh yang panjang tadi membuatku sangat kelelahan. Rasanya lega sekali bisa memuaskan dahaga.

Akhirnya kerongkongan pun sudah terasa basah. Aku menghentikan kegiatan minum sejenak, lalu berdiri untuk memastikan tidak ada lelaki masuk bus. Setelah merasa aman, ku lanjutkan minum sampai habis. Rasanya asyik sekali bisa menikmati segelas teh dengan membuka cadar, sebab pengap juga memakainya seharian tanpa dibuka. Sebenarnya tidak apa-apa jika tadi membuka penutup muka ini di dalam ruangan peserta Dauroh di ruangan khusus putri semua, tetapi tetap saja merasa kurang nyaman karena ada kru pengambil video yang merekam kegiatan selama acara berlangsung, dari ruangan khusus putra. Lagi pula, ada CCTV yang juga mengintai, walaupun tidak mencuri.
Setelah minum ku habis, peserta Dauroh baik putra maupun putri naik ke bus dan duduk di tempat masing-masing sesuai saat berangkat tadi. Aku sudah mengenakan cadar serta merapikannya.

"Alhamdulillaah kajian tadi sangat bermanfaat, ya," ucap salah seorang peserta.

"Gak menyesal pokoknya ikut sampai selesai," timpal yang lain.

Semua saling berbincang seperti biasa. Aku hanya berbicara seperlunya dengan teman di sampingku karena usia kami terpaut jauh sehingga kurang asyik mengobrol, sehingga beliau pun bercakap-cakap dengan teman putri di sebelah kursi kami. Aku memilih membuka ponsel.

Aku teringat tentang apakah kursi di dalam bus ini cukup untuk menampung semua peserta kajian. Setelah menghitung perkiraan jumlah kursi, sepertinya tidak cukup, berarti ada yang mengalah untuk berdiri. Aku menoleh ke belakang, ternyata Mas Bams termasuk salah satu dari dua orang yang tidak mendapat tempat duduk di bagian paling belakang bus. Atau lebih tepatnya, merelakan jatah kursinya untuk bapak yang lebih tua darinya.

Setelah mengecek dari depan sampai belakang, aku segera menunduk lagi. Takut jika Mas Bams secara tak sengaja juga kebetulan menatapku seperti saat berangkat atau pulang kajian. Ternyata pria itu sedang tidak menghadap ke depan, sehingga aku merasa aman saat menoleh tadi.

Aku mengalihkan perhatian dengan melanjutkan membaca cerita fiksi di sebuah grup literasi Facebook. Eh, dia lihat tidak, ya, kalau ponselku model lama, bukan ponsel pintar? Apa penilaiannya terhadapku? Tahukah aku sedang membuka akun dari aplikasi biru yang menghubungkan teman dunia maya itu? Nama akunnya apa, ya? Lah, kok, jadi bertanya-tanya sendiri? Buru-buru diri ini menepis segala pikiran itu.

**

#smacademy #smwriting

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro